Jumat, 24 Juni 2011

Surat dari Sang Maha Pencipta

Saat kau bangun di pagi hari, AKU memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKU, walaupun hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur kepadaKU atas sesuatu hal  yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kemarin.

Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja. AKU kembali menanti saat kau sedang bersiap, aku tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk.

Disatu tempat, engkau duduk dikursi selama lima belas menit tanpa melakukan apapun. Kemudian AKU melihat engkau menggerakkan kakimu. AKU berpikir engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau berlari ke telepon dan menelepon seseorang untuk mendengarkan gosip terbaru.
AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu AKU berpikir, engkau terlalu sibuk untuk mengucapkan sesuatu kepadaKU.

Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang kesekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKU, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu. Engkau memandang tiga atau empat meja disekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKU dengan lembut sebelum mereka menyantap rizki yang AKU berikan, tapi engkau tidak melakukannya.

Yah, tidak apa-apa masih ada waktu tersisa dan AKU berharap engkau akan berbicara kepadaKU, meskipun ketika engkau pulang kerumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan. Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV, AKU tidak tahu apakah kau suka menonton TV atau tidak, hanya saja engkau selalu kesana dan menghabiskan waktu didepannya tanpa memikirkan apapun dan hanya menikmati acara yang ditampilkan. Kembali AKU menantimu dengan sabar saat engkau menonton TV dan menikmati makananmu, tetapi kembali engkau tidak berbicara kepadaKU.

Saat tidur, KU-pikir engkau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam kepada keluargamu, kau melompat ketempat tidur dan tertidur tanpa sepatahpun namaKU kau sebut. Tidak apa-apa karena mungkin engkau tidak menyadari bahwa AKU selalu hadir untukmu. AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. AKU sangat menyayangimu, setiap hari AKU menantikan sepatah kata, do’a, pikiran atau ucapan syukur dari hatimu.

Baiklah, engkau bangun kembali dan kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan menyisihkan sedikit waktu untuk menyapaKU. Tapi yang AKU tunggu.... aaah tak jua kau menyapaKU. Dari detik-ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam, hingga hari berganti lagi, kau masih mengacuhkanKU. Tak ada sepatah kata, tak ada seucap do’a, tak ada  rasa dan keinginan tuk bersujud kepadaKU.

Apakah salahKU padamu? Rizki yang AKU limpahkan, kesehatan yang AKU berikan, harta yang AKU relakan, makanan yang AKU hidangkan, anak-anak yang AKU rahmatkan, apakah hal ini tidak membuatmu ingat kepadaKU?

Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU tetap berharap suatu saat engkau akan menyapaKU, memohon perlindunganKU dan bersujud menghadapKU.

Yang selalu menyertaimu setiap saat
ALLAH SWT

Submitted by DINDA MAHARANI

Catatan Admin atas tulisan Dinda Maharani:

Jika ada anak berkirim surat tuk presiden, itu biasa. Anak berkirim surat kepada Allah, juga ada. Tapi jika Sang Khaliq bersurat kepada makhluk-Nya? “That’s another side point of view” , hanya itu dalam benak admin.

Hati kita kerap tertutup, terselubung noda dan dosa seakan keras membatu, hingga sulit sekali untuk sekedar terketuk mendengar ceramah, petuah, nasehat, wejangan yang berorientasi Ilahi. 
Dinda Maharani, ‘tidak berputus asa’ ia yakin masih ada celah atau sisi-lain yang lembut dari sebongkah hati manusia yang dapat disentuh kalimat-NYA. Untuk itulah dia mencari “sisi lain dari sudut pandangnya”  yang original. Dinda paham betul bahwa manusia selalu terusik rasa ingin tahunya jika ada hal menarik yang baru. Jadilah Allah yang “berkirim surat” tuk hambaNya.

Semoga tulisan diatas tidak hanya mengetuk relung hati, tapi juga dapat meresap kedalam pori-pori nurani yang telah terpolusi kehidupan duniawi.

Terimakasih Dinda Maharani.

ADMIN

Note: Gambar diatas adalah Surat ke 94 (Alam Nasyrah) ayat 1-8,  berikut terjemahannya:

1. Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, 
2. Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu,
3. yang memberatkan punggungmu?
4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. 
5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
6. sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
8. dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar