Minggu, 31 Juli 2011

Masjid Haji Bayram Pusat Ramadhan di Turki

Deden Mauli Darajat
Mahasiswa Pascasarjana
Universitas Ankara, Turki

Di sekitar masjid digelar panggung musik yang bernapaskan Islami.

Kanan ke kiri: Tegar, Deden, Hasbi (Turki) Putri (si kecil) Desi (Istri) Fifi
Turki merupakan negara dengan mayoritas penduduknya Muslim. Meski demikian, tidak ada yang spesial dalam menyambut Ramadhan di Turki, seperti layaknya di Indonesia. Poster-poster di jalanan atau iklan-iklan untuk menyambut Ramadhan di televisi Turki jarang kami temui. Walaupun begitu, sebagian masyarakat Turki telah mempersiapkan diri untuk menyambut bulan yang mulia ini.

Seperti yang diungkapkan Ali Perdahci (22), mahasiswa Universitas Erciyes, Kayseri, Turki, bahwa ia mempersiapkan bulan Ramadhan dengan kesungguhan. Beberapa pekan sebelum Ramadhan, Ali menambah porsi membaca Alquran dan kitab-kitab Islam. Selain itu, ia juga mengurangi waktu tidur pada malam hari untuk beribadah mendekatkan diri pada Allah SWT. “Saya dan kawan-kawan berdiskusi tentang keislaman pada malam hari,” ungkap Ali.

Kanan ke Kiri: Deden, Dr. Abdul Mukti,  Dr. Jajat Burhanddin
Mahasiswa jurusan ekonomi ini menyatakan, sebelum Ramadhan tiba, banyak pengusaha atau dermawan yang menyiapkan paket sembako untuk orang-orang yang tidak mampu. Paket sembako Ramadhan itu dibagikan di supermarket. Caranya, warga yang kurang mampu dapat memperlihatkan kartu tanda penduduk kepada petugas di supermarket. “Paket itu juga diberikan kepada para mahasiswa,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Mufid (46), seorang pengemudi taksi di Ankara. Mufid menyambut gembira datangnya bulan suci ini. Meski puasa bulan Ramadhan bertepatan dengan musim panas, ia tetap akan berpuasa. Ramadhan pada musim panas itu lebih panjang waktunya dibandingkan dengan musim dingin. Azan Subuh berkumandang pukul 04.00, sementara azan Maghrib berkumandang pada pukul 20.20 waktu setempat.

Bahkan, musim panas di Turki dapat mencapai mak si mal 45 derajat Celsius. Saat ditanya, bagaimana dengan panas yang menyengat dan waktu yang panjang, Mufid menyatakan, ia tetap kukuh akan berpuasa. “Puasa Ramadhan merupakan perintah agama yang sudah mutlak,” ungkapnya.

Turkish Kebab dan roti canai
Pengalaman saya tahun lalu, meski mayoritas warga Turki adalah Muslim, saat Ramadhan lalu, rumah makan masih banyak yang menyediakan makanan pada siang hari. Pasalnya, tidak ada larangan secara resmi untuk menutup rumah makan selama Ramadhan di Turki. Di jalan-jalan di Ankara masih bisa ditemukan orang yang makan pada bulan Ramadhan.

Meski begitu, Wali Kota Ankara Melih Gokcek sudah menyiapkan 26 titik tenda buka puasa gratis di kota ini yang diperuntukkan bagi orang-orang berpuasa. Ke-26 titik ini tersebar di penjuru Ankara, seperti Terminal Asti, Stasiun Metro, dan Genclik Park atau Taman Pemuda. Paket buka puasa itu terdiri atas empat macam makan malam. Tenda-tenda itu kini sudah mulai didirikan.


Terpusat di masjid

PM Turki Recep Tayip Erdogan
Tahun ini, Pemerintah Ibu Kota Ankara memusatkan kegiatan Ramadhan di Masjid Haji Bayram. Tahun lalu, Taman Pemuda atau Genclik Park dijadikan pusat kegiatan Ramadhan. Masjid Haji Bayram maupun Taman Genclik Park masih dalam satu wilayah, yaitu Ulus. Jarak antara keduanya hanya sekitar satu kilometer.

Masjid Haji Bayram yang didirikan pada 1427 M/831H diresmikan pembaruannya oleh Perdana Menteri Turki Recep Tayip Erdogan pada 14 Februari 2011, bertepatan dengan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Halaman masjid yang luas itu sudah dibangun stan-stan yang akan menjual buku-buku dan barang lainnya.

Masjid Haji Bayram, gmbr diambil thn 2006
Selain itu, di sekitar masjid juga ada didirikan panggung yang akan diisi oleh para musisi, seperti Sami Yusuf, Ahmet Ozan, serta pelantun musikmusik sufi selama 25 hari di bulan Ramadhan. Bukan hanya itu, di area pusat Ramadhan itu juga dilengkapi dengan berbagai hiburan untuk anak-anak. Sementara itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ankara juga telah menyiapkan beragam acara memeriahkan Ramadhan tahun ini untuk masyarakat Indonesia yang akan dilaksanakan di wisma KBRI. Acara seperti ini merupakan program baru di KBRI Ankara.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Turki Nahari Agustini mengatakan, setiap Sabtu, selama Ramadhan, KBRI akan mengadakan buka bersama, pengajian, dan Tarawih di wisma KBRI.ed: khoirul azwar

Sumber:
http://republika.co.id:8080/koran/0/140084/Masjid_Haji_Bayram_Pusat_Ramadhan_di_Turki
(Tulisan ini dimuat di harian REPUBLIKA  terbit Sabtu, 30 Juli 2011, hal. 15 pada rubrik Cahaya Ramadhan)

Deden Mauli Darajat
 Catatan admin tentang penulis:

Kang Deden, begitu admin menyapanya adalah seorang lajang yang santun, cerdas dan bersahaja. Santri yang pernah mondok di Gontor ini, melanjutkan studinya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Komunikasi Penyiaran Islam dan memilih Journalism sebagai bidang yang ditekuninya pada jenjang Pascasarjana di Ankara University, Turki. Saat ini ia tinggal di  Cebeci Erkek Yurdu, Cankaya, Ankara Turki.

Pemuda yang lahir di Rangkasbitung, Banten ini adalah seorang pekerja keras tapi tidak "ngoyo" prinsip atau mottonya adalah: "Sukses itu, manusia yang mengusahakan Tuhan yang Menyetujui.."

"Silakan di share,  tulisan  saya tentang itu baru saja diterbitkan di REPUBLIKA," jawabnya ketika dua hari yang lalu diminta  sumbangsih catatannya tentang pengalaman Ramadhannya di Turki. Dia memang pernah menjadi jurnalis di Harian Umum tersebut beberapa tahun lalu, tidak heran jika tulisan diatas terasa kental nuansa reportasenya.

Sengaja note kang Deden ini baru admin terbitkan hari ini tentunya agar tidak "berlomba" dengan Republika. Dengan tidak mengurangi rasa hormat kepada penulisnya, admin sengaja menambahkan beberapa foto yang bersumber dari akun pribadinya di situs FB dan tentunya dari mbah Google juga . Hal ini tidak lain karena sejatinya Label Ramadhan di Mancanegara ini merupakan kisah pengalaman pribadi penulisnya dalam menjalankan ibadah puasa di negara yang ditempatinya.

Demikian catatan admin tentang penulis, kami disini sangat berterimakasih atas kesediaan kang Deden tuk berbagi pengalamannya dengan kami, semoga menjadi catatan kebaikan juga tuk penulisnya. Aamiin.


Catatan singkat tentang Mescit Hacii Bayram

Mesjid Haji Bayram, sebuah mesjid kuno yang dibangun pada tahun 1427 oleh seorang filsuf dan alim ulama terpandang negeri itu yang bernama Haji Bayram. Terletak di sebuah distrik tertua di Ankara yang bernama Ulus, mesjid ini didirikan untuk memenuhi kebutuhan beribadah para penduduk kota di abad ke-15. Seiring populasi bertambah, maka mesjid itu diperluas dan dekorasinya dipercantik, serta dipugar oleh cucu Haji Bayram yang bernama Mehmet Baba pada tahun 1714. Arsitektur mesjid itu yang terlihat pada masa kini adalah gaya arsitektur abad ke-17 dengan ciri khas arsitektur Ottoman setelah restorasi. Bagian dalam mesjid dilapisi gips Paris, jendela kaca berwarna buatan Cina, serta keramik. Di sayap selatan mesjid kita temukan makam Haji Bayram yang hingga kini masih diziarahi oleh penduduk setempat.

Sabtu, 30 Juli 2011

SUASANA RAMADHAN DI BERLIN

Dee Fika, Suami dan kedua putranya
di Völkerschlachtdenkmal Leipzig
Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Berlin, terutama di daerah di mana kami akan tinggal untuk beberapa tahun ke depan, saya merasa sepertinya Berlin tidak jauh berbeda suasananya dengan suasana di Pamulang atau Ciputat tempat kami tinggal ketika masih di Indonesia. Karena saya melihat betapa banyaknya perempuan-perempuan berjilbab hilir mudik di jalan-jalan kota. Saya jadi teringat rombongan ibu-ibu majlis taklim yang mau atau pulang dari pengajian atau ibu-ibu para tetangga yang mau pergi belanja, jemput anak sekolah atau melakukan kegiatan-kegiatan lainnya. Hanya saja yang membuat berbeda adalah infrastruktur di sini sangat teratur, rapih dan bebas dari kemacetan serta polusi. 


Berlin yang terletak di jantung Eropa memang merupakan sebuah kota internasional yang dihuni oleh berbagai macam ras, bangsa, dan agama dari berbagai pelosok dunia. Tak heran jika populasi masyarakat muslim menempati jumlah yang cukup signifikan di kota ini. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi kami dalam banyak hal, selain mudah menemukan masjid, kami juga mudah untuk menemukan makanan-makanan berlabel halal atau bahan-bahan makanan asia di kota ini.


Seperti umat muslim di kota-kota lain di dunia, Berliner Muslim juga sangat bersuka cita dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Semaraknya semakin terasa karena seperti tahun yang lalu, pada tahun ini semua organisasi-organisasi Islam dan masjid-masjid di Jerman juga memulai Ramadhan secara serempak yaitu pada hari Senin tanggal 1 Agustus 2011. Setiap masjid tentunya mulai berbenah untuk mempersiapkan program-program Ramadhannya seperti juga yang dilakukan oleh masjid-masjid di Indonesia tak terkecuali masjid Al Falah yang merupakan masjid milik komunitas muslim Indonesia yang berada di Berlin. Masjid yang dibangun 22 tahun yang lalu ini menjadi sentral kegiatan peribadatan bagi masyarakat muslim Indonesia maupun muslim dari negara tetangga seperti Malaysia, Brunei, dan Singapura yang tinggal di Berlin. 


Biasanya pada setiap bulan Ramadhan, pengurus masjid akan merancang berbagai macam kegiatan untuk seluruh kalangan seperti dewasa, remaja, dan anak-anak. Tadarus Al-Qur’an, diskusi seputar masalah keagamaan, TPA untuk anak-anak sampai pelatihan-pelatihan menjadi khatib, imam dan lain-lainnya untuk para pemuda dan pemudinya adalah di antara jenis kegiatan yang dilakukan oleh pengurus masjid ini. Jika rindu pada ta’jil makanan Indonesia maka kita bisa datang ke masjid ini untuk berbuka puasa karena selama bulan Ramadhan, makanan seperti kolak, bubur kajang ijo dan lain-lainnya akan selalu tersedia di masjid ini. 
Biasanya di akhir pekan KBRI juga mengadakan acara berbuka puasa dan shalat tarawih bersama, maka kegiatan di masjidpun diliburkan dan seluruh pengurus masjid ikut bergabung di KBRI.


Tidak hanya masjid Indonesia saja yang menyediakan ta’jilan untuk berbuka puasa, tetapi seluruh masjid yang ada di Jerman akan melakukan hal yang sama. Bila kita ingin mencicipi hidangan khas berbuka dari negara lain, kita bisa mampir dari satu masjid ke masjid lainnya secara bergantian. Saya dan keluarga biasanya pergi ke masjid Turki yang kebetulan letaknya tidak jauh dari tempat tinggal kami. Di masjid Turki kami bisa mencicipi ta’jilan khas Turki seperti Roti Ramazan Pidesi atau kalau kita terjemahkan mungkin Ramadhan Pide. Roti berbentuk bulat dengan hiasan wijen di atasnya seperti pizza tanpa topping ini dibuat khusus hanya untuk bulan Ramadhan saja, di bulan selain Ramadhan kita tidak akan menemukan roti ini. Selain Ramazan Pidesi, ada satu menu lagi yang juga hanya bisa kita temui di bulan Ramadhan yaitu Gullac. Gullac ini menurut salah seorang sahabat saya yang asli dari Turki dibuat dari semacam pasta yang cara pembuatannya direndam dulu di dalam susu semalaman sebelum diproses menjadi gullac. Makanan ini dibuat bersama dengan kacang pistachio dan biji delima dan rasanya sangat manis sekali.


Selain masjid milik masyarakat Turki, di Berlin juga terdapat banyak masjid milik masyarakat Palestina, India, Pakistan, Bangladesh, Bosnia, dan lain-lain. Nah sambil menyantap menu ifthar, kita juga bisa mengenal lebih dekat tradisi dan kebudayaan mereka selain itu tentu saja kita bisa menjalin tali silaturrahim dengan saudara-saudara kita dari mancanegara yang sangat bersahabat itu. Seperti juga kebiasaan kita di Indonesia, kita sering mengadakan acara buka puasa bersama sahabat. Tempatnya bisa di rumah atau apartemen kami masing-masing atau bisa juga di salah satu kedai makanan yang menyediakan makanan halal tentunya.


Menjalankan Ramadhan di negeri mayoritas nonmuslim ini tidak sedikitpun mengurangi kekhusyukan kami dalam beribadah. Karena masyarakat di sini pada umumnya sangat terbuka terhadap keberadaan para pendatang yang beragama lain termasuk Islam. Kita tidak perlu ragu untuk mengatakan bahwa kita sedang berpuasa kepada teman maupun kolega kita yang beragama nonmuslim jika kita diundang makan atau minum di waktu berpuasa. Karena mereka pada umumnya sangat menghormati perbedaan. Namun banyak pula di antara mereka yang kaget dan merasa tidak percaya bahwa kami bisa menjalani untuk tidak makan dan tidak minum selama itu. Mereka akan mengatakan “super” atau “tol” untuk mengapresiasi ibadah kami yang menurut mereka sangat luar biasa itu.


LAMANYA BERPUASA DI BERLIN


Berapa jam lamanya menjalankan puasa di Berlin. Alhamdulillah sudah dua Ramadhan ini kami menjalani puasa selama 18 jam sehari. Tentu sangat berbeda ketika kami masih di Indonesia yang umumnya hanya menjalani puasa selama 13 jam sehari. Tadinya kami sempat apatis, apakah kuat kami menjalankan puasa selama itu. Apalagi puasa tahun lalu dan tahun ini kan jatuhnya pas di musim sommer atau musim panas. Terbayang sudah bagaimana beratnya nanti kami harus menahan haus dan lapar. Tetapi alhamdulillah tahun lalu kami bisa menjalankan ibadah puasa dengan lancar. Anak saya yang sulung yang sekarang berumur 13 tahun pun hanya satu kali batal puasa karena sakit padahal dia harus sekolah dan berkumpul dengan teman-temannya yang kebanyakan non muslim. Sementara anak saya yang kecil yang sekarang umur 8 tahun, belum kuat puasa sehari penuh. Jadi dia hanya puasa setengah hari saja atau semampu dia saja. Kami biasa sahur pada jam 2 malam karena subuh jatuh pada pukul 3 dini hari dan baru berbuka puasa pada pukul 21.00. Karena biasanya matahari baru akan tenggelan pada pukul 21.00 ini.


Kenapa bisa kuat? Tentu saja karena niat kami yang kuat dan ikhlas untuk menjalaninya. Selain itu, ada faktor lain yang ikut mendorongnya, yaitu cuaca. Alhamdulillah, meski musim panas tetapi udara sangat sejuk sehingga kami tidak merasakan haus yang berlebihan. Apalagi musim panas tahun ini, selalu diwarnai oleh mendung dan hujan yang turun hampir tiap hari. Sampai-sampai setiap orang yang kami jumpai bertanya das ist richtig Sommer oder? Apakah ini betul musim panas atau? Karena saking seringnya turun hujan dan mendung yang disertai angin kencang di musim panas tahun ini. Mudah-mudahan ini memang bagian dari rencana Allah SWT. Agar kami tidak merasa berat dalam menjalani ibadah bulan Ramadhan, amin.


Tantangan yang jauh lebih besar justru adalah ketika harus melaksanakan shalat tarawih karena waktu Isya’ yang hampir mendekati pukul 12 malam. Kalau kami menunggu Isya tentu waktu tidur kami hanya sebentar dan dikhawatirkan nanti sahurnya kesiangan alias kebablasan. Karena itu biasanya setelah berbuka puasa dan shalat maghrib kami usahakan untuk langsung tidur dan baru melaksanakan shalat isya‘ dan shalat tarawih sebelum makan sahur. Bagi kami orang dewasa tentu lebih bisa mengatasi kurangnya jam tidur tetapi bagi anak-anak, rasanya tidak tega ketika harus membangunkan mereka pagi-pagi karena harus bersiap-siap untuk sekolah. Resiko tinggal di negara non muslim tentu saja tidak adanya dispensasi atau berkurangnya jam sekolah.


Kisah Ramadhan ini akan saya tutup dengan shalat Ied yang biasanya dilaksanakan di KBRI. Setelah shalat Ied kami bisa menyantap menu khas lebaran seperti lontong opor ayam, sambal goreng, rendang daging dan lain-lain yang disediakan oleh KBRI untuk warga Indonesia yang ada di Berlin. Seperti yang saya ceritakan di atas, selain warga Indonesia, ada juga warga asing seperti Malaysia, Singapore, Philipine, yang ikut shalat Ied di KBRI. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin bagi semua manusia di seluruh dunia.

Itulah sekelumit kisah Ramadhan yang kami jalani di negeri Hitler. Semoga bermanfaat dan selamat menjalankan ibadah puasa Ramadhan. 

Oleh: Dee Fika, 30 Juli 2011

Dee Fika di Lynarstraße Berlin
Catatan admin tentang penulis:

Sebagai mana sahabat admin yang lainnya Dee Fika juga pernah singgah dengan note yang berbentuk puisi tentang hari jadi pernikahannya. Karena itu untuk perkenalan dengan Dee Fika silahkan, klik disini. 

Tulisan diatas admin terima via inbox pagi tadi jam 00.15 WIB atau malam jam 19.15 waktu Berlin (mungkin tuk disana tepatnya sore karena matahari baru terbenam Pkl. 21.00). Disitu Dee Fika memberi gambaran secara umum tentang suasana ramadhan di Berlin, kalaupun ada hal-hal yang secara khusus atau menarik lainnya tentang pengalaman ramadhan nya thn ini, insyaAllah iapun tak segan tuk berbagi cerita lagi pada kita.

Terimakasih Dee Fika telah sudi berbagi pengalaman ramadhannya, semoga ramadhan tahun ini dapat dijalankan dengan khusyu' dan tentunya tidak lebih berat dari tahun sebelumnya. Salam dari kami tuk keluarga dan sahabat di Berlin.


Jumat, 29 Juli 2011

Ramadhanku Bersama Sang Mentari

(Ini adalah catatan pengalaman ramadhan seorang sahabat - mba' Icha panggilannya- di Norwegia tahun  2010, semoga bermanfaat)

Mba' Icha & Fatih (5 thn) di Haugesund, Norwegia
Subhanallah... Tak terasa Ramadhan sudah menginjak hari ke-12! Betapa cepat waktu seakan terbang di awang - awang. Betapa berat terasa berpuasa di awalnya, di musim panas, di negeri ujung bumi, di mana matahari tetap bersinar selama 18 jam sehari. Sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya. Sesuatu yang kunantikan dengan hati penuh debar dan sedikit khawatir, akankah aku kuat dan tawakkal menjalani semua ibadah di bulan suci ini tanpa mengeluh, dengan penuh kesabaran dan semangat, dan juga tetap sehat?

Alhamdulillah... sampai saat ini Allah masih melindungi kami semua. Puasa tetap dijalani dengan baik. Ibadah Ramadhan bisa ditegakkan. Lapar dan haus itu biasa, namanya juga orang puasa. Tapi kalau sudah niat, godaan apapun yang ada di depan mata dan hati, insya Allah tak akan menggoyahkan semangat kita. Bukan begitu?

Alhamdulillah... sampai hari ini kami tidak pernah melewatkan waktu berbuka puasa meskipun dengan mata terkantuk - kantuk dan badan sedikit lemas pada pukul 22.00. Berbuka tetap dengan semangat yang sama seperti Ramadhan sebelum - sebelumnya, walaupun dengan menu sederhana. Hikmah yang kurasakan dengan berpuasa di musim panas, saat berbuka tidak ada hidangan yang begitu banyak sehingga membuat meja makan penuh sesak. Yang berpuasa di rumah kami cuma 2 orang. Saat jam berbuka tiba, tenggorokan langsung terasa segar dengan diguyur segelas air putih, es melon serut dan jus buah. Cuma tersisa sedikit ruang di perut ini. Bagiku, setangkup sandwich ayam atau tuna dan sebuah pisang cukuplah untuk mengakhiri malam (lagipula aku sudah terbiasa tak makan malam selama 2 tahun terakhir). Suamiku memilih untuk makan malam seperti biasa. 
Setelah mengistiratkan perut sejenak, kami meneruskan sisa malam dengan sholat maghrib berjamaah dan bertadarrus sembari menunggu waktu isya'.
Setelah isya', tarawih dan tadarrus lagi, sekitar pukul 23.30 barulah kami benar - benar beristirahat.

Alhamdulillah... meskipun tidur malam cuma sekejap, kami belum pernah melewatkan bagun untuk sahur pukul 04.00. Karena makanan yang akan disantap sudah kusiapkan di piring kami masing - masing dan disimpan di kulkas malam sebelumnya, pada saat akan sahur kami tinggal memanaskannya di microwave dan langsung bersantap. Praktis, jadi tak banyak cucian setelah makan :-). Biasanya sahur kami akhiri a la unta: minum air putih sebanyak - banyaknya untuk perjalanan panjang melintasi gurun pasir... Ehm, maksudnya agar kami tidak terkena dehidrasi mengingat waktu puasa yang cukup panjang.
Setelah sahur, kami lanjutkan dengan sholat subuh berjamaah dan mengaji sebentar. Setelahnya suamiku langsung kembali beristirahat hingga pukul 06.30 untuk mandi dan kemudian berangkat ke kantor.
Bagaimana denganku? Aku langsung mandi dan mempersiapkan sarapan si kecil dan perlengkapannya ke sekolah, dan perlengkapanku untuk les bahasa juga.
Setelahnya, giliran si kecil yang kumandikan, kemudian aku menemaninya sarapan.
Pukul 07.00, rumah seketika sepi karena penghuninya pergi ke tempat kesibukan masing - masing. Suami kerja. Aku mengantarkan jagoanku ke PG-nya. Kalau masih ada waktu sebelum les, biasanya aku sempatkan pulang untuk mengerjakan PR: sholat dhuha, bersih - bersih rumah, atau masak, kalau memang sempat. Kemudian aku berangkat ke tempat les dan belajar memahami bahasa orang setempat (yang sungguh susah dan ajaib) sampai menjelang petang. Setelahnya tentu saja aku tak boleh langsung pulang, karena pangeran kecil sudah setia menunggu di pagar sekolahnya untuk kujemput. Setelah itu barulah kami pulang dan beristirahat sejenak.
O ya. Meskipun jagoanku sekolah seharian, aku tak khawatir dia akan kelaparan, karena di sana dia makan 3 kali sehari. Kalau saat pulang ke rumah dia masih lapar, dia akan makan lagi (untuk keempat kalinya!).
Setelah beristirahat sejenak dua jenak, aku sholat dhuhur, mengaji, dan kemudian masak (kalau paginya tak sempat masak). Setelah itu, biasanya aku akan mengerjakan PR dari tempat les, kemudian menemani si kecil bermain dan belajar, sambil menunggu suami pulang.

Alhamdulillah... malam - malam Ramadhan tak pernah kami lewati dengan bermuram durja. Begitu banyak kegiatan yang bisa kami lakukan. Setelah si kecil makan malam, minum susu dan menggosok gigi, aku menemaninya menjelang waktu tidur dengan mendongeng, bernyanyi, dan mendengarkan dia melafalkan syahadat, Rukun Islam, sholawat, Al Fatihah, An Nas, Al Ikhlas, dan menghafalkan nama - nama Nabi dan Rasul. Biasanya kemudian pangeran kecilku akan benar - benar mengantuk dan terlelap.
Rampung dengan kegiatan ini, aku kemudian lanjut dengan sholat asar dan bertadarrus lagi. Kalau tak mengantuk, setelahnya aku sempatkan menonton TV atau mengobrol dengan suami. Tapi kalau mata ini tak bisa diajak kompromi, aku akan memberi kesempatan tubuhku untuk rebahan dan istirahat sebentar. Tidurnya orang yang berpuasa juga dinilai sebagai ibadah 'kan?
Rutinitas berbuka dan selanjutnya sama dengan hari sebelumnya. Dan setelah lebih sepuluh hari menjalankan Ramadhan di sini, semua menjadi hal biasa; dalam arti bukan lagi menjadi beban. Kami menjalaninya seolah - olah kami tidak sedang berpuasa karena mekanisme tubuh kami sudah terbiasa dengan rutinitas barunya.

Alhamdulillah... meskipun melelahkan, kami tidak merasa bosan atau menyerah dengan Ramadhan yang panjang ini. Selalu ada variasi yang membuat kami bisa bersantai. Akhir minggu adalah contoh di mana kami bisa "leyeh - leyeh" tanpa diburu waktu karena padatnya kegiatan.
Contoh lainnya, sudah dua hari ini aku dapat dispensasi dari-Nya untuk tidak berpuasa :-). Alhamdulillah, libur puasa kali ini, di negeri empat musim seperti ini, berarti bonus untuk perempuan muslimah. Kenapa? Meskipun kami harus bersusah payah menahan lapar dan haus 17-18 jam sehari selama Ramadhan di musim panas, kami bisa membayarnya nanti di musim dingin, di mana siang amatlah singkat; hanya sekitar 8-9 jam. Ini baru namanya bonus :-).

Alhamdulillah... Dia memang Maha Baik, Maha Pengatur dan Maha Penguasa. Menurut orang - orang nonmuslim, berpuasa untuk jangka waktu yang panjang sebulan penuh, setiap tahun,sepertinya sulit diterima nalar. Kamu tidak lapar atau haus? Tidak lemas? Tidak sakit? Baikkah untuk kesehatan? Semua muslim harus puasa? Bagaimana dengan orang sakit? Anak kecil? Daftar pertanyaannya akan terus berlanjut. Bagiku dan kaum muslim di negeri nonmuslim, ini adalah kesempatan baik untuk menjelaskan dan memperkenalkan keindahan dan kebaikan Islam. Ternyata Allah memang menciptakan manusia sedemikian rupa dengan mekanisme yang sungguh rumit, yang memungkinkan kita bisa menahan kebutuhan makan dan minum secara kontinyu dalam batas manusiawi, namun tetap sehat dan bisa beraktivitas normal.

Subhanallah... alhamdulillah... Allahu akbar...! Cuma kata - kata itu yang bisa terucap bila kita merenungi betapa baik dan sayangnya Dia kepada kita semua.
"...Dan nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?..." (Q.S Ar-Rahman :53).
Jadi, untuk kita yang sehat wal'afiat, tak ada alasan untuk tidak bersemangat melanjutkan puasa 'kan? Jangan sia - siakan kesempatan emas untuk melipatgandakan pahala di bulan suci ini. Tidak ada waktu untuk bermalas - malasan, marah atau melakukan kegiatan tak bermanfaat.

Sebentar lagi Ramadhan akan meninggalkan kita. Jangan sampai perpisahan dengannya nanti membawa penyesalan di hati: kenapa aku tidak maksimal beribadah? Kenapa aku banyak marah? Kenapa aku banyak bergosip, berdusta, dan seterusnya? Masih ada waktu...

Mari tetap semangat dan luruskan niat!

oleh Savitry 'Icha' Khairunnisa pada 22 Agustus 2010 jam 14:41

Catatan admin tentang penulis:

Mba' Icha pernah menulis di blog ini tentang:

untuk kenal lebih dekat lagi dengannya, silahkan klik tautan berupa judul tulisannya diatas.

Terimakasih mba' Icha, kami disini masih menunggu tulisan berikutnya, baik tentang pengalaman ramadhannya tahun ini ataupun note lainnya. 

Salam tuk keluarga di Norwegia.

Ramadhan di London dan sekitarnya

(Ini catatan lama, Ramadhan tahun 2009 , ada beberapa teman yang ingin tahu bagaimana sih puasa di Inggris semoga bermanfaat dan bisa jadi pembanding dan untuk saling menyemangati).

Pengajian Masyarakat Islam Indonesia bekerjasama dengan KBRI di London dan sekitarnya seperti biasanya telah siap mengkoordinir acara atau program Ramadhan yakni berbuka puasa bersama yang berlangsung setiap akhir pekan. Pekan pertama secara tradisi diselenggarakan diwisma Nusantara tempat kediaman Bapak Dubes Yuri Thamrin & keluarga di Hamstead, London utara.

Acara ini sangat di dinanti nanti oleh masyakat Indonesia, terutama untuk mereka yang baru saja tiba dari tanah air. Pada saat Ramadhan terasa kerinudan akan suasana puasa dengan keluarga ditanah air tentunya, nah dengan berkumpul bersama masyarakat Indonesia lainnya akan sedikit terobati rasa nostalgia ini sambil menjalin tali siltaurahim dan mengenyam makanan Indonesia seperti kolak dan makanan utama Indonesia yang langka dan mahal didapat.

Selain acara berbuka bersama diselenggarakan di di KBRI, komunitas siswa yang tergabung dalam pengajian Al-Ikhlas yang jamaahnya terdiri dari para siswa yang sedang menuntut ilmu digabung pula dengan teman-teman residen UK dan pekerja sehingga ramailah rumah yang dijadikan mushola itu oleh puluhan keluarga untuk berbuka puasa bersama.

Tahun ini Ramadhan jatuh di penghujung musim panas, jadi lumayan panjang. Pada hari pertama Ramadhan mulai jam 4.06 dan berbuka pk 20.15 (total kl 16 jam). Agak kewalahan memang awalnya namun syukurnya di Inggris tidak sepanas seperti negara-negara lainnya. Setiap hari jam buka dan waktui sholat maju sehingga yang bedanya kini hampir satu jam perubahannya.

Berbuka puasa di Masjid Agung, London

Sabtu dan Ahad kami telah mencicipi buka puasa bersama dengan masyarakat Indonesia di London. Sahabatku Uni Ita Gibbons penasaran ingin berbuka di Mesjid Besar Regent Park, London. Beliau haus dengan berita dan cerita tentang Ramadan diseputar London. Akhirnya kami memutuskan Seninnya untuk berbuka puasa di masjid tersebbut

‘Regent Park Mosque’ terletak di Park Road, jantung kota London itu selalu padat oleh Muslim dan muslimah yang datang dari berbagai penjuru London. Masjid yang pembangunannya dimulai pada tahun 1974 baru rampung tahun 1977 yang bisa menampung jama’ah sampai 5000 orang. Uniknya arsitek dari masjid ini adalah seorang non Muslim bernama Sir Frederick Gibberd yang berhasil mengalahakan ratusan saingannya.

Kebetulan Senin itu bertepatan dengan hari libur di Inggris yang bernama ‘Bank Holiday’, libur di akhir bulan Agustus jadi perjalanan menuju masjid cukup lancar. Namun karena libur itulah kami kewalahan mencari tempat parkir. Saat kami tiba disana, sepanjang jalan sudah dipenuhi oleh mobil para pengunjung masjid, walau kami harus berputar dua kali akhirnya kami temukan tempat untuk parkir yang cukup aman.

Masjid Agung yang terletak ditengah kota, satu-satunya masjid yang dikunjungi oleh orang-orang penting seperti para Kedubes di London, sekaligus mewakili umat Islam di UK juga selalu dipenuhi oleh jamaah regular yang datang dari berbagai negara, warna dan usia.

Tak pelak dimasjid ini pula banyak dikunjungi para observer, orang-orang yang mencari tahu dan belajar tentang Islam. Dibulan Ramadhan yang barokah ini banyak pula para observer, duduk bersimpuh bersama temannya, ingin tahu dan menyaksikan seperti dan apa itu ‘Ifthar…’ nama yang sudah menjadi merek dan dikenal oleh semua Muslim di Inggris yaitu berbuka puasa. Begitu banyak yang penasaran, keingintahuan mereka tentang Ifthar dan biasaya dari ikutan berifthar pada akhirnya mengikarkan syahadat dibulan ini.

Direktur masjid Regent Park ‘Dr Al-Dubayan’ mengatakan bahwa sudah sa’atnya kita berintegrasi dengan masyarkat disekitar kita. Artinya memperkenalkan Islam kepada masayarakat disekitar kita dengan memberi contoh dan row model yang baik terhadap orang-orang non Muslim, ‘ kita harus berintegrasi dengan mereka’ ujarnya. Tahun lalu program ‘Ifthar’ mulai dilakukan oleh masjid ini yakni mengundang pejabat walikota London dan staffnya, tetangga yang non muslim, dan semua pengurus masjid untuk berbuka puasa bersama.

Sederhana dan praktis

Berbuka puasa di masjid ini sangat simple dan praktis. Hingga kini masih berlangsung. Bapak-bapak menyiapkan penganan kecil untuk berbuka puasa yakni buah-buahan seperti apel, pisang, anggur atau strawberry dimasukkan kedalam piring kertas, jamaah yang lalu-lalang dipersilahkan untuk mengambilnya ditemani segelas susu atau air putih lengkap dengan korma.

Kami dibagian perempuan biasanya tidak ada apa-apa. Sunyi dari suara piring dan gelas. Para muslimah biasanya membawa makanan sendiri dari rumah, atau kalau berkenan saling berbagi menawarkan. Begitu azan berbunyi masing-masing  menikmati makanan bawaan sendiri lalu disambung dengan sholat maghrib berjamaah.

Begitu usai sholat (anehnya tanpa berdoa)..saya agak terperangah karena jama’ah muslimah tsb berlari kearah meja. Setelah saya mengucap salam, hati bertanya..ada apa sih mereka ko berlari-lari..? lalu saya menengok kebelakang ternyata mereka bergegas antri makanan. Astghfirullah. Sebegitu seriusnya siih.

Masjid Regent Park menyediakan makanan gratis sebagai sumbangan untuk para jama’ah yang datang berbukan puasa dan sholat di masjid itu. Sambil menelpon Ita, sayapun ikutan antri. Tak lama kerumunan jama’ah nampak tambah panjang, datang dari arah lantai atas, oh rupanya mereka ikutan antri pula.

Antrian maju pelan sekali, mulailah suara teriakan si ibu yang membagikan nasi bungkus itu terdengar..’ Come on sister mooove…move along..!’ hentaknya. Dia ulang terus. Sambil menunggu Ita, teriakan terus menggema digedung....ah membuat saya rada sebel’ ‘You don’t need shouting, so unnecessary…be quite’ ujarku, menggerutu. Apa perlu dia teriak-teriak? Wanita disebelahku sepakat. ‘Iya ya kenapa sih pake teriak teriak begitu?

Teriakan mengingatkan saya di kota Mekkah sana, seakan mereka tidak bisa bicara dan berbahasa kecuali ya teriak itulah. Kebetulan pula ia berwaran coklat tua, ‘waah pasti niih dari Afrika..’ sifat jugmentalku dan prejudisku muncul…ooops stop it.

Giliran saya tiba ditempat, ’ya satu kotak plastik kudapat terdiri dari nasi biriyani kambing berikut kuahnya, padat dan penuh, plus satu botol air minum dan sendok plastik…’. Alhamdulillah. Uni Ita tidak sreg makan nasi berlauk kambing, ia memilih nasi goreng bawaan ibu-ibu asal Malaysia yang ikutan duduk bersama kami. Mereka mengira kami dari Malaysia, ‘ oh bukan kami dari Indonesia..’ Ohhh…saye kire dari Malaysia , ujarnya.

Kami tidak bisa berlama-lama menikmati makan disitu karena para pengurus masjid mulai bebenah, menggulung tikar sebagai isyarat agar segera kami hengkang meninggalkan tempat. Tak ayal nasipun tak habis kami makan dan bersegeralah kita meniggalkan masjid.

‘Gimana Ita..kesannya?’ tanya saya. Ita memilih diam, walau saya tahu hatinya agak sedikit kecewa, hampir tidak mendapat kesan apa-apa, jangankan mau mendapatkan teman baru, muslimah baru, untuk melebar luaskan silaturahim, kita tak sempat saling menegur karena seperti itu keadaanya. Kalau saya berfikir bagaimana kesan muallaf yang ingin menikmati ifthar bersama, kalau dapat perlakuan seperti itu? Allah hu alam.

‘Kita ngopi yuu Teh..dimana ke’ ajaknya. ‘ hayuu, ‘ kata saya sambil meluncur kejalan Baker Street lalu belok kekanan ke Marylebone Rd lalu kekiri kearah Edgward Road, sebuah jalan yang selalu dipadati oleh orang-orang dari Arab atau Timur Tengah.. Tanpak mereka tengah duduk menikmati rokok ‘Shisha’ didepan restoran (trotoar) atau kedai kopi dan jus. Disepanjang jalan itu tampaklah wajah-wajah dari Timur Tengah yang tengah menghabisi uang dan malamnya di London. Malam itu keinginan untuk singgah dikedai kopi urung, karena sukarnya parkir, akhirnya kami pulang ke Bromley.

Kegiatan Sosial mencari dana bagi yatim.

Pada bulan yang penuh barokah ini tidak kami lewatkan kesempatan untuk mengumpulkan sadaqah atau Zakat. Kami diberi kesempatan oleh koordianator mushola di kawasan Canary Warf untuk ‘fundraising’ pada hari Jumat, pekan kedua Ramadhan.

Awalnya hati agak was-was untuk menemukan gedung atau Aula yang digunakan untuk Jumatan.  Begitu kami berada ditrotoar gedung, kami sempat bingung, tiba-tiba seorang ibu Inggris menawarkan kebaikannya , ‘are you looking for building for praying?’ Kami bilang iya, beliau menunjukan dimana gedung tsb. Begitu kami sampai didepan gedung, seorang bapak Satpam keren berdasi’ ‘ ‘Yes ladies…are you going to pray…come in please’ dengan gentlemannya dibukakan sang pintu dengan sopan dan hormatnya..’ menyilahkan kami masuk.

Lalu seorang wanita pengelola aula meyakinkan kalau kami dapat ijin oleh imam untuk melakukan fundraising. ‘Tapi imam sudah kasih ijin khan? Tanya beliau, kami meyakinkan beliau. Saat itu aula baru disiapkan untuk sholat Jumat. Ruang utama di gedung Eastwinter Garden, Canari Wharf yang begitu luas, megah dan bergengsi itu baru pertama kali digunakan untuk sholat Jumat. Kiranya pegawai Muslim di Canari Wharf kian membengkak sehingga mereka memerlukan ruangan atau aula yang lebih besar untuk sholat Juma’at.

Nampak dua orang tengah membeberkan kain lebar untuk sholat. Saya terharu dan berkesan dengan mereka, walau bukan muslim mereka mau menyiapkan aula ini untuk sholat Jumat, untuk para jama’ah yang kebanyakan proffesional bekerja disekitar gedung Canary Warf yang megah dan bergengsi itu.

Tak lama berdatangan para jamaah untuk melakukan sholat, ada yang langsung menaruh uang diember atau kotak uang sambil mengambil leaflet. ‘ This is for orphan in Indonesia’ ujar sigadis cilik hitam manis, Yasmin, sambil mengucap terima kasih.

Jama’ah terus berdatangan, aula kian dipenuhi dan khotbahpun mulai lalu dilanjutkan dengan sholat Jumat. Kesempatan ini tak kami lewatkan, kami sholat dimana kami berada tanpak kain atau sajadah karena sang gedung berlantaikan marmer yang sejuk dan bersih. Usai sholat kami siap dengan ember dan leaflet dan menjegat para jamaah…sambil mengucap salam dan melempar senyum, tak ayal kertas bergambar kepala Ratu Elizabeth atau uang receh/coin bergantian masuk ke ember..Allah Akbar.

Ber-ifthar di ‘ Woking Mosque’ Surrey.

Woking terletak di county Surrey, terletak di pinggiran orbital jalan Tol M25, sekitar 30 mil dari London. Kebetulan salah seorang sahabat yang tinggal dikota ini mengundang untuk berbuka puas disana. Saya fikir kebetulan sekali, selain memang kami saling rindu, saya juga ingin sekali berbuka puasa di masjid yang dikenal cantik, paling tua dan pertama di England.

‘Masjid Shah Jahan Woking’ demikian namanya namun lebih dikenal sebagai ‘Woking Mosque’. Masjid ini merupakan mesjid pertama yang sengaja dibangun untuk masjid pada tahun 1889. Masjid dibangun oleh seorang orientalis bernama Dr Gottlieb Wilhelm Leitner, lahir dari keluarga Yahudi asal Hungaria. Sebagian besar dari pembangunan masjid ini didanai oleh Ratu Begum Shah Jahan, kepala negara bagian Bhopal, India. Indah sekali masjid tak ubahnya bagai ‘Taj Mahal di India.

Sekitar jam 6 kami memasuki pelataran masjid. Nampaklah beberapa pria berpakaian koko ala Pakistan tengah sibuk membawa makanan dan minuman untuk berbuka puasa. Kami dipersilahkan masuk keruang wanita. Baru ada 3 orang, masih sunyi. Meja kecil memanjang telah disiapkan dengan piring-piring plastik berisikan makanan kecil ala Asia seperti pakora (semisal ba’wan tapi berbumbu), samosa lengkap dengan saus yoghurt, korma dan buah-buahan yang dipotong dadu dan air putih.

Seorang wanita Inggris berkerudung warna hijau terang (warna jeruk nipis) datang bersama temannya, saya persilahkan duduk disamping, saya agak ragu bertanya apakah dia muslim atau masih belajar, namun alhamdulillah ia memperkenalkan dirinya : ‘ I am Katherine, I am a preacher from a church..’ saya kira inilah program yang tengah dilakukan yakni ‘integrasi antar agama (interfaith) untuk saling berkenalan, berdialog dan saling mengenal agama masing masing. Ia mengakui bahwa ini merupakan yang pertama kali ikutan ifthar.

Semenatara bapak-bapak diruang sebelah begitu riuhnya, masing-masing duduk dikursinya, jumlahnya mungkin ada sekitar 200-300 orang. Bahasanya kalau tidak Urdu atau Punjabi. Menjelang berbuka puasa saya mendengar sebuah alunan..menurut Seema sahabatku, itu merupakan shalawat dan doa menjelang buka puasa sedang aku mengira itu sebuah nyanyian, tak ubahnya lagu-lagu India yang kita dengar di film India..begitulah lain ilalang lain belalang.

Didepanku ada seorang remaja Inggris bernama Rosy, yang sedang belajar agama Islam. Ketika saya tanya bagaimana rasanya duduk bersama kami dan menikmati berbuka bersama, ‘I really like it very much’ ujarnya. ‘ I like muslim people, they are very kind and friendly’,  tambahnya. Ia bercerita bahwa ia sedang belajar bahasa Arab dan belajar agama Islam.

Ketika saya tanya apa yang membuat dia tertarik dengan bahasa Arab…’entahlah, aku suka saja, aku tinggal di daerah Westminster, saya punya tentangga orang Lebanon dan Arab…mereka itu baik sekali, selalu menegur dan mengajak saya singgah kerumahnya, aku fikir mereka ini ko baik sekali ’ Dikepalanya tersampir kerudung putih, kecantikannya menyeruak diiring matanya yang kelabu warna asap uuh nampak anggun sekali’ ‘Rosy, moga engkau mendapatkan hidayah dari Allah swt’ gumam aku..

Tak lama makanan terhidang berupa kare ayam ditemani capati (mirip roti), kami nikmati makanan yang menurut aku sangat lezat (maklum lapar) sambil berbincang kebarat ketimur dengan ibu-ibu yang seratus persen Pakistan, India atau Bangladesh. AKhirnya tiba saatnya pulang, kami saling mengucap selamat tinggal dan bersalaman.

Demikian segelintir kegiatan Muslim di London dan sekitarnya yang bisa saya ikuti dan nikmati tahun ini. Memang kami terlalu disibukkan dengan kegiatan ifthar disetiap akhir pekan, atau dihari-hari biasa baik secara pribadi, kegiatan organsasi dan kegiatan social lainnya. Buat aku pribadi selain mencoba meningkatkan taqwa kita kepada Allah swt, fokus saya senantiasa memikirkan nasib anak-anak yatim korban konflik/musibah dan dhuafa lainnya tsb yang yang entah dengan apa mereka makan hari ini dan esok dan nasib mereka yang terus didera oleh kemiskinan yang tak berujung.

Kini Muslim dan Islam di UK berkembang dengan pesatnya. Jumlahnya hampir mencapai 3 juta yang berada di Inggris, Scotland, Wales dan Irlandia Utara dari jumlah penduduk 54 juta. Di London itu sendiri jumlah muslim ada 1 juta dan jumlah mesjid di UK menurut survey berjumlah 1689 masjid.

Aku berharap Islam akan lebih berkembang dan menjadi pusat di Eropa karena rasa toleran dan kebebasan untuk melakukan syariatnya, demikian ujar Syerif atau Simon, ia juga meyakinkan  bahwa tanah Inggris sebetulnya sangat subur untuk ditanami bebijian’ yang artinya Islam akan berkembang pesat dan mudah diterima di Inggris. Demikian Simon, yang memilih nama Islamnya menjadi Syarif sepuluht ahun lalu. (Nizma Agustjik)

London, 16 September 2009

http://www.eramuslim.com/ramadhan/ramadhan-mancanegara/ramadhan-di-london-dan-sekitarnya.htm

oleh Nizma Agustjik pada 29 Juli 2011 jam 4:27

Catatan admin:

Alhamdulillaah... seperti yang pernah admin janjikan akan ada Label khusus tentang "Ramadhan di Mancanegara" pada blog ini yang akan berisi tentang pengalaman sahabat dan kerabat yang melaksanakan ibadah puasanya di mancanegara. 
Agar nuansa Ramadhan yang tinggal 2 hari lagi ini makin terasa, maka admin  mempersiapkan dua catatan yg terbit sebelum ramadhan:


1. Dari Norwegia ditulis oleh mba' Icha (pengalaman Ramadhannya tahun lalu di Norway) 
2. Dari London, UK. oleh teteh Nizma tentang pengalaman Ramadhannya tahun 2009 yang pernah dimuat oleh eramuslim.com (salah satu situs muslim yang "bergengsi" krn amat selektif menyajikan notenya)


Catatan singkat tentang penulis:

Ibu Nizma Agustjik; Alamat: 32 Ash Row, Bromley, BR2 8Y, England, UK; Email: nizma.agustjik@yahoo.co.uk, tel: +447908791400; Pekerjaan: Pendiri & Direktur Chariots For Children, lembaga philantropi (www.chariots4children.org)

Teteh Nizma adalah sosok yg "punya semangat dan energi berlimpah". Antusias, ambisius tapi realistis, tidak suka bertele-tele, benci kebohongan dan kepura-puraan. Beliau tinggal di London, meski jauh dari negerinya (6 jam perbedaan waktunya) namun beliau tidak kehilangan jatidirinya sebagai anak bangsa dan tetap menjaga teguh keyakinan beragamanya ditengah heterogenitas budaya barat yang mengelilinginya. Tulisannya pernah beberapa kali diposting keblog ini diantaranya Speaker Corner dan Makna Silaturahim (oleh-oleh pengajian beliau bersama Prof. Dr. Quraish Syihab di KBRI London). Selain enerjik beliau juga handal dan kreatif dalam hal tulis menulis, wanita yg bersahaja ini juga kerap memberi dorongan dan motivasi kepada admin (tentu pada yang lainnya juga) agar tetap kreatif mempersembahkan apa yang kita bisa untuk berbagi dengan sesama.


Akhirnya, ditengah-tengah kesibukan para sahabat  menjalankan aktifitas dan ibadah puasanya di mancanegara, admin sangat berharap catatan mereka tuk ramadhan tahun ini. Diantara yang sudah bersedia adalah Teh Nizma (London), Mba' Icha (Norway), Dee Fika (Berlin), Hasna Isma (Malaysia). Sementara beberapa lainnya Belanda, Mesir, USA masih dalam tahap konfirmasi. Untuk sahabat yang pernah mengunjungi blog ini diantaranya dari Taipei, Hongkong, Brunei, Kanada, Australia, Arab Saudi dll. admin juga sahabat disini meminta dan berharap agar sudi kiranya berkontribusi dan berbagi pengalamannya. Note/foto/attachment  bisa dikirim melalui Email admin ke asuganda14@yahoo.com atau melalui situs FB ke www.facebook.com/karyaprima. 

Terimakasih untuk kesediaan para sahabat tuk berbagi pengalamannya, semoga menjadi catatan amal ibadah di bulan Ramadhan ini. Aamiin...

Janganlah Buat Puasamu Sia-Sia

بسم الله الرحمن الرحيم
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

Di bulan Ramadhan ini setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjalankan puasa dengan menahan lapar dan dahaga mulai dari fajar hingga terbenamnya matahari. Namun ada di antara kaum muslimin yang melakukan puasa, dia tidaklah mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja yang menghinggapi tenggorokannya. Inilah yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jujur lagi membawa berita yang benar,
رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ الجُوْعُ وَالعَطَشُ
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir . Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi -yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya-)

Apa di balik ini semua? Mengapa amalan puasa orang tersebut tidak teranggap, padahal dia telah susah payah menahan dahaga mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari?
Saudaraku, agar engkau mendapatkan jawabannya, simaklah pembahasan berikut mengenai beberapa hal yang membuat amalan puasa seseorang menjadi sia-sia -semoga Allah memberi taufik pada kita untuk menjauhi hal-hal ini-.

1. Jauhilah Perkataan Dusta (az zuur)

Inilah perkataan yang membuat puasa seorang muslim bisa sia-sia, hanya merasakan lapar dan dahaga saja.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no. 1903)

Apa yang dimaksud dengan az zuur? As Suyuthi mengatakan bahwa az zuur adalah berkata dusta dan menfitnah (buhtan). Sedangkan mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan konsekuensinya yang telah Allah larang. (Syarh Sunan Ibnu Majah, 1/121, Maktabah Syamilah)

2. Jauhilah Perkataan lagwu (sia-sia) dan rofats (kata-kata porno)

Amalan yang kedua yang membuat amalan puasa seseorang menjadi sia-sia adalah perkataan lagwu dan rofats.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082 mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Apa yang dimaksud dengan lagwu? Dalam Fathul Bari (3/346), Al Akhfasy mengatakan,
اللَّغْو الْكَلَام الَّذِي لَا أَصْل لَهُ مِنْ الْبَاطِل وَشَبَهه
“Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah.”
Lalu apa yang dimaksudkan dengan rofats? Dalam Fathul Bari (5/157), Ibnu Hajar mengatakan,
وَيُطْلَق عَلَى التَّعْرِيض بِهِ وَعَلَى الْفُحْش فِي الْقَوْل
“Istilah Rofats digunakan dalam pengertian ‘kiasan untuk hubungan badan’ dan semua perkataan keji.”
Al Azhari mengatakan,
الرَّفَث اِسْم جَامِع لِكُلِّ مَا يُرِيدهُ الرَّجُل مِنْ الْمَرْأَة
“Istilah rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita.” Atau dengan kata lain rofats adalah kata-kata porno.
Itulah di antara perkara yang bisa membuat amalan seseorang menjadi sia-sia. Betapa banyak orang yang masih melakukan seperti ini, begitu mudahnya mengeluarkan kata-kata kotor, dusta, sia-sia dan menggunjing orang lain.

3. Jauhilah Pula Berbagai Macam Maksiat

Ingatlah bahwa puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga saja, namun hendaknya seorang yang berpuasa juga menjauhi perbuatan yang haram. Perhatikanlah saudaraku petuah yang sangat bagus dari Ibnu Rojab Al Hambali berikut:
“Ketahuilah, amalan taqarrub (mendekatkan diri) pada Allah ta’ala dengan meninggalkan berbagai syahwat yang mubah ketika di luar puasa (seperti makan atau berhubungan badan dengan istri, -pen) tidak akan sempurna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang Dia larang yaitu dusta, perbuatan zholim, permusuhan di antara manusia dalam masalah darah, harta dan kehormatan.” (Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah)

Jabir bin ‘Abdillah menyampaikan petuah yang sangat bagus:
“Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga. Bersikap tenang dan berwibawalah di hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.” (Lihat Latho’if Al Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah)

Itulah sejelek-jelek puasa yaitu hanya menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan maksiat masih terus dilakukan. Hendaknya seseorang menahan anggota badan lainnya dari berbuat maksiat. Ibnu Rojab mengatakan,
أَهْوَنُ الصِّيَامُ تَرْكُ الشَّرَابِ وَ الطَّعَامِ
“Tingkatan puasa yang paling rendah hanya meninggalkan minum dan makan saja.”
Itulah puasa kebanyakan orang saat ini. Ketika ramadhan dan di luar ramadhan, kondisinya sama saja. Maksiat masih tetap jalan. Betapa banyak kita lihat para pemuda-pemudi yang tidak berstatus sebagai suami-istri masih saja berjalan berduaan. Padahal berduaan seperti ini telah dilarang dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun hal ini tidak diketahui dan diacuhkan begitu saja oleh mereka.

Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahramnya.” (HR. Bukhari, no. 5233)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
أَلاَ لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ لاَ تَحِلُّ لَهُ ، فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ ، إِلاَّ مَحْرَمٍ
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya. (HR. Ahmad no. 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi –shohih dilihat dari jalur lain-)
Apalagi dalam pacaran pasti ada saling pandang-memandang. Padahal Nabi kita –shallallahu ‘alaihi wa sallam- telah memerintahkan kita memalingkan pandangan dari lawan jenis. Namun, orang yang mendapat taufik dari Allah saja yang bisa menghindari semacam ini. Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan,
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.
Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera memalingkan pandanganku. (HR. Muslim no. 5770)

Kalau di luar Ramadhan, perbuatan maksiat semacam ini saja jelas-jelas dilarang maka tentu di bulan Ramadhan lebih tegas lagi pelarangannya. Semoga kita termasuk orang yang mendapat taufik dari Allah untuk menjauhi berbagai macam maksiat ini.

Apakah Dengan Berkata Dusta dan Melakukan Maksiat, Puasa Seseorang Menjadi Batal?

Untuk menjelaskan hal ini, perhatikanlah perkataan Ibnu Rojab berikut, “Mendekatkan diri pada Allah ta’ala dengan meninggalkan perkara yang mubah tidaklah akan sempurna sampai seseorang menyempurnakannya dengan meninggalkan perbuatan haram. Barangsiapa yang melakukan yang haram (seperti berdusta) lalu dia mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan yang mubah (seperti makan di bulan Ramadhan), maka ini sama halnya dengan seseorang meninggalkan yang wajib lalu dia mengerjakan yang sunnah. Walaupun puasa orang semacam ini tetap dianggap sah menurut pendapat jumhur (mayoritas ulama) yaitu orang yang melakukan semacam ini tidak diperintahkan untuk mengulangi (mengqodho’) puasanya. Alasannya karena amalan itu batal jika seseorang melakukan perbuatan yang dilarang karena sebab khusus dan tidaklah batal jika melakukan perbuatan yang dilarang yang bukan karena sebab khusus. Inilah pendapat mayoritas ulama.”

Ibnu Hajar dalam Al Fath (6/129) juga mengatakan mengenai hadits perkataan zuur (dusta) dan mengamalkannya:
“Mayoritas ulama membawa makna larangan ini pada makna pengharaman, sedangkan batalnya hanya dikhususkan dengan makan, minum dan jima’ (berhubungan suami istri).”
Mula ‘Ali Al Qori dalam Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih (6/308) berkata, “Orang yang berpuasa seperti ini sama keadaannya dengan orang yang haji yaitu pahala pokoknya (ashlu) tidak batal, tetapi kesempurnaan pahala yang tidak dia peroleh. Orang semacam ini akan mendapatkan ganjaran puasa sekaligus dosa karena maksiat yang dia lakukan.”

Kesimpulannya: Seseorang yang masih gemar melakukan maksiat di bulan Ramadhan seperti berkata dusta, memfitnah, dan bentuk maksiat lainnya yang bukan pembatal puasa, maka puasanya tetap sah, namun dia tidak mendapatkan ganjaran yang sempurna di sisi Allah. –Semoga kita dijauhkan dari melakukan hal-hal semacam ini-

Ingatlah Suadaraku Ada Pahala yang Tak Terhingga di Balik Puasa Kalian

Saudaraku, janganlah kita sia-siakan puasa kita dengan hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Marilah kita menjauhi berbagai hal yang dapat mengurangi kesempurnaan pahala puasa kita. Sungguh sangat merugi orang yang melewatkan ganjaran yang begitu melimpah dari puasa yang dia lakukan. Seberapa besarkah pahala yang melimpah tersebut? Mari kita renungkan bersama hadits berikut ini.

Dalam riwayat Muslim, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى »
“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR. Muslim no. 1151)

Lihatlah saudaraku, untuk amalan lain selain puasa akan diganjar dengan 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Namun, lihatlah pada amalan puasa, khusus untuk amalan ini Allah sendiri yang akan membalasnya. Lalu seberapa besar balasan untuk amalan puasa? Agar lebih memahami maksud hadits di atas, perhatikanlah penjelasan Ibnu Rojab berikut ini:

“Hadits di atas adalah mengenai pengecualian puasa dari amalan yang dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan hingga 700 kebaikan yang semisal. Khusus untuk puasa, tak terbatas lipatan ganjarannya dalam bilangan-bilangan tadi. Bahkan Allah ‘Azza wa Jalla akan melipatgandakan pahala orang yang berpuasa hingga bilangan yang tak terhingga. Alasannya karena puasa itu mirip dengan sabar. Mengenai ganjaran sabar, Allah ta’ala berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dibalas dengan pahala tanpa batas.” (QS. Az Zumar [39]: 10).

Bulan Ramadhan juga dinamakan dengan bulan sabar. Juga dalam hadits lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Puasa adalah setengah dari kesabaran.” (HR. Tirmidzi, Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Al Jami’ Ash Shogir no. 2658 mengatakan bahwa hadits ini dho’if , -pen)

Sabar ada tiga macam yaitu sabar dalam menjalani ketaatan, sabar dalam menjauhi larangan dan sabar dalam menghadapi takdir Allah yang terasa menyakitkan. Dan dalam puasa terdapat tiga jenis kesabaran ini. Di dalamnya terdapat sabar dalam melakukan ketaatan, juga terdapat sabar dalam menjauhi larangan Allah yaitu menjauhi berbagai macam syahwat. Dalam puasa juga terdapat bentuk sabar terhadap rasa lapar, dahaga, jiwa dan badan yang terasa lemas. Inilah rasa sakit yang diderita oleh orang yang melakukan amalan taat, maka dia pantas mendapatkan ganjaran sebagaimana firman Allah ta’ala,
ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ لَا يُصِيبُهُمْ ظَمَأٌ وَلَا نَصَبٌ وَلَا مَخْمَصَةٌ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَطَئُونَ مَوْطِئًا يَغِيظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُونَ مِنْ عَدُوٍّ نَيْلًا إِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهِ عَمَلٌ صَالِحٌ إِنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
“Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS. At Taubah [9]: 120).” -

Demikianlah penjelasan Ibnu Rojab (dalam Latho’if Al Ma’arif, 1/168) yang mengungkap rahasia bagaimana puasa seseorang bisa mendapatkan ganjaran tak terhingga, yaitu karena di dalam puasa tersebut terdapat sikap sabar.-
Saudaraku, sekali lagi janganlah engkau sia-siakan puasamu. Janganlah sampai engkau hanya mendapat lapar dan dahaga saja, lalu engkau lepaskan pahala yang begitu melimpah dan tak terhingga di sisi Allah dari amalan puasamu tersebut.

Isilah hari-harimu di bulan suci ini dengan amalan yang bermanfaat, bukan dengan perbuatan yang sia-sia atau bahkan mengandung maksiat. Janganlah engkau berpikiran bahwa karena takut berbuat maksiat dan perkara yang sia-sia, maka lebih baik diisi dengan tidur. Lihatlah suri tauladan kita memberi contoh kepada kita dengan melakukan banyak kebaikan seperti banyak berderma, membaca Al Qur’an, banyak berzikir dan i’tikaf di bulan Ramadhan. Manfaatkanlah waktumu di bulan yang penuh berkah ini dengan berbagai macam kebaikan dan jauhilah berbagai macam maksiat.
Semoga Allah memberi kita petunjuk, ketakwaan, kemampuan untuk menjauhi yang larang dan diberikan rasa kecukupan.

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.


***
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal