Minggu, 22 Januari 2012

Prinsip-Prinsip Akhlak Pengusaha Muslim

Agama Islam adalah agama yang sangat menekankan kepada umatnya agar berakhlak mulia. Karena ia merupakan buah dari aqidah yang lurus dan ibadah yang benar sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.  Tanda-tanda kesempurnaan seorang muslim juga diukur dari akhlaknya yang baik. Bahkan akhlak yang baik dapat menempatkan seseorang pada tingkat tertinggi di hadapan manusia. Hal ini bisa kita buktikan ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dipuji oleh Allah ta’ala karena akhlaknya yang mulia. Allah ta’ala berfirman:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)

Setiap pengusaha muslim hendaknya berkomitmen dengan akhlak dan adab Islam. Karena dengan akhlak dan adab Islam, Allah akan turut membantunya dengan membukakan hati hamba-Nya yang lain sebagai pintu rezeki yang dianugerahkan kepadanya. Dan pintu itu tidak mungkin terbuka kecuali atas kehendak-Nya.
Dalam kajian kali ini, kita akan menyebutkan secara global beberapa prinsip akhlak dan adab Islam yang semestinya dimiliki oleh setiap pengusaha muslim.

Pertama, jujur. Jujur adalah sifat utama dan akhlak muslim yang tinggi nilainya. Seorang pengusaha muslim hendaknya memegang teguh akhlak mulia ini dalam setiap urusan dan persoalan. Allah ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al-Ahzaab: 70-71)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Hendaklah kalian berlaku jujur, sebab kejujuran itu akan mengantarkan kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan mengantarkan ke dalam surga. Dan seseorang senantiasa berlaku jujur, dan membiasakan diri dengan kejujuran, hingga dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur.” (HR. Bukhari no.5743 dan Muslim no.2607).

Di antara bentuk kejujuran dalam bisnis adalah seorang pedagang berkomitmen dengan memberikan penjelasan yang transparan kepada konsumen –dalam proses jual beli- tentang barang-barangnya hingga menjadikan konsumen merasa yakin dan puas untuk membelinya. Cara inilah yang akan membawa keberkahan di sisi Allah ta’ala. Selain itu, ia akan diangkat derajatnya di dalam surga, setingkat dengan para nabi, orang-orang yang jujur, dan para syuhada. Berdasarkan riwayat Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu anhu dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: “Seorang pedagang yang jujur akan bersama dengan para nabi, orang-orang jujur, dan para syuhada.” (HR. At-Tirmidzi no.1130).

Dari Hakim bin Hizam, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
“Kedua orang yang melakukan transaksi jual beli boleh memilih selama mereka belum berpisah. Jika mereka berdua jujur dan menjelaskan dengan jelas (keadaan barang dagangannya, pent), maka Allah memberkahi jual beli mereka. Dan jika mereka berdusta dan menyembunyikan sesuatu, maka Allah mencela dan tidak memberkahi jual beli mereka.” (HR. Bukhari no.1973 dan Muslim no.1532)

Kedua, amanah. Merupakan hal yang wajib bagi setiap pengusaha muslim untuk menghiasi dirinya dengan sifat amanah sehingga dapat dipercaya oleh manusia.
Anas bin Malik radhiyallahu anhu berkata: “Tidaklah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menasehati kami kecuali beliau berpesan,
“Tidaklah beriman seseorang yang tidak bisa amanah dan tidaklah dianggap beragama orang yang tidak bisa memegang perjanjian.” (HR. Ahmad no.12406. Syu’aib al-Arnauth berkata, “Hadits ini hasan”.)

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebelum hijrah ke kota Madinah telah bergelar al-amin (orang yang terpercaya). Ketika hendak hijrah, beliau meminta anak pamannya, Ali bin Abi Thalib agar mengembalikan semua barang titipan kaum Quraisy yang dititipkan kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam walaupun mereka mengusir beliau dari tanah kelahirannya.

Di antara bentuk amanah dalam bisnis adalah tidak mengurangi takaran dan timbangan dari barang-barang dagangannya, sehingga tidak merugikan konsumen. Allah ta’ala berfirman:
“Dan sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil.” (QS. Al-An’aam: 152)
Allah ta’ala berfirman pula:
“Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (QS. Ar-Rahmaan: 9)

Dan Allah ta’ala berfirman pula:
“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. (Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadapa Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Muthaffifiin: 1-6)

Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma berkata: “Suatu saat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menemui kami dan bersabda:
“Wahai para Muhajirin, ada lima hal yang jika kalian mengalaminya –aku berlindung kepada Allah ta’ala semoga kalian tidak akan mengalaminya- tidaklah nampak zina pada suatu kaum hingga mereka terang-terangan melakukannya, kecuali akan tersebar penyakit Tho’un dan penyakit lain yang belum pernah ada sebelumnya. Dan tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran, kecuali mereka akan dilanda kekeringan dan kurang pangan serta penguasa yang zhalim. Dan tidaklah suatu kaum menolak mengeluarkan zakat, kecuali akan ditahan hujan dari langit. Kalau bukan karena hewan ternak, maka tidak akan turun hujan. Dan tidaklah mereka mengkhianati janji Allah dan Rasul-Nya, kecuali Allah akan membuat mereka dikuasai oleh musuh dari luar mereka sehingga mereka merampas semua yang mereka miliki. Dan tidaklah para imam (pemimipin) meninggalkan untuk berhukum dengan kitab Allah dan memilih selain yang diturunkan oleh Allah, kecuali Allah akan menjadikan mereka saling memusuhi.” (HR. Ibnu Majah no.4155)
Termasuk dalam makna amanah adalah seorang pedagang mengatakan cacat dari barang yang dia jual kepada pembelinya, bila memang ada cacatnya.

Diriwayatkan, bahwa Jarir al-bajali radhiyallahu anhu bila hendak menjual barang dagangannya kepada pembeli, dia meneliti barang-barangnya terlebih dahulu. Kemudian beliau memilahkannya dan mengatakan, “Jika anda mau, maka belilah barang ini. Jika tidak, maka tinggalkanlah.” Kemudian orang tersebut mengatakan, “Semoga Allah merahmatimu. Sesungguhnya jika engkau melakukan ini, maka barang daganganmu tidak akan habis.” Lalu beliau menjawab, “Sesungguhnya kami telah berbai’at kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk saling menasehati kepada sesama muslim.” (HR. ath-Thabrani no.2447)

Dari Uqbah bin Amir radhiyallahu anhu,
“Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Seorang muslim adalah saudara muslim lainnya. Tidak halal bagi seorang muslim untuk menjual barang yang cacat kepada saudaranya tanpa memberitahukan cacatnya.” (HR. Ibnu Majah no.14291)

Pada prinsipnya, menawarkan barang kepada pembeli dengan menyembunyikan cacat yang ada pada barang tersebut tidaklah akan menambah rezeki seseorang. Harta tidak akan bertambah dengan berlaku khianat sebagaimana juga tidak akan berkurang karena berlaku jujur. Satu rupiah yang diberkahi oleh Allah –dan barangkali ia akan menjadi sebab kebahagiaannya di dunia dan akhirat- jauh lebih baik daripada jutaan rupiah yang dicela dan dijauhkan dari berkah yang barangkali menjadi sebab kehancuran bagi pemiliknya di dunia dan akhirat.

Orang yang berakal lebih tau bahwa keuntungan akhirat adalah keuntungan hakiki nan abadi. Dan hal itu jauh lebih baik daripada keuntungan dunia dan seisinya. Keuntungan harta dunia hanya akan habis dengan habisnya umur manusia, sementara kezhaliman seseorang dan dosanya akan tetap abadi. Dan sumber kebaikan itu hanya ada pada keselamatan agama.

Ketiga, toleran. Sikap toleran adalah pembuka pintu rezeki dan jalan untuk memperoleh kehidupan yang mapan dan aman. Di antara manfaat bersikap toleran adalah dipermudah dalam transaksi, dipermudah dalam interaksi, dan dipercepat perputaran modalnya oleh Allah ta’ala. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Allah akan mencurahkan rahmat-Nya kepada orang yang toleran ketika menjual, toleran ketika membeli, dan toleran ketika menagih hutang.” (HR. Bukhari no.1970)

Di antara makna toleran adalah mempermudah dalam proses transaksi jual beli. Seorang muslim tidak akan meninggikan harga barang di atas kewajaran ketika dia menjadi seorang penjual. Sebab dia paham bahwa tindakan tersebut berarti zhalim terhadap saudaranya sesama muslim dan juga mempersempit ruang kehidupan baginya.

Termasuk makna toleran juga adalah ketika seorang pengusaha muslim dalam posisinya sebagai penjual, mau menerima permintaan atau membolehkan seorang pembeli yang ingin mengembalikan barang yang telah dibelinya. Dia melakukan hal itu karena menyadari bahwa seorang pembeli tidak akan meminta atau mengembalikan barang yang telah dibelinya itu kecuali dia merasa kecewa dan merasa dirugikan. Maka hendaknya seorang pengusaha muslim tidak rela jika dirinya merugikan saudaranya. Justru yang lebih utama adalah berupaya menghilangkan kesempitan dan kesulitan saudaranya, sebab dengannya dia akan mendapatkan pahala yang besar.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang meringankan kesulitan dari saudaranya muslim, maka Allah akan meringankan kesulitannya di dunia dan akhirat.” (HR. Muslim no.2699)

Di antara makna toleran juga adalah ketika seorang pengusaha muslim berupaya melunasi hutang yang dia miliki. Dia tidak ingin tergolong dalam orang-orang yang memakan harta orang lain dengan cara batil. Dia berusaha keras untuk melunasi hutang-hutangnya pada waktu yang telah dijanjikan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, “Dikisahkan bahwa ada seseorang yang mempunyai piutang satu unta berumur satu tuhan pada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Kemudian sang pemilik datang menagihnya dengan sedikit memaksa. Kemudian Rasulullah mengatakan (kepada para sahabat, pent), “(Carilah unta berumur satu tahun, pent) dan berikanlah haknya.” Kemudian mereka mencari unta yang umurnya satu tahun, namun tidak didapatkannya. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan lagi (kepada para sahabat, pent), “(Carilah unta berumur satu tahun, pent) dan berikanlah haknya.” Lalu si penagih tersebut berkata, “Engkau telah memenuhi hutangmu, maka semoga Allah memenuhi janji-Nya kepadamu.” Kemudian Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik dalam menunaikan haknya.” (HR. Bukhari no.2182).

Jika seorang pengusaha merasa kesulitan dalam melunasi hutangnya, maka dia tidak boleh banyak beralasan. Hendaknya dia tetap meniatkan diri untuk melunasi hutangnya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila seorang muslim berhutang dengan suatu hutang dan Allah mengetahui bahwa dia hendak melunasinya, maka Allah akan menolongnya untuk melunasinya di dunia.” (HR. Ibnu Majah no.2408, Ath-Thabrani no.19558, dan Ahmad no.26859 tanpa lafazh ‘di dunia’. Syu’aib al-Arnauth berkata, “Hadits ini shahih berdasarkan syawahid (hadits-hadits penguat lainnya).

Di antara makna toleran adalah ketika seorang pengusaha muslim memberikan kemudahan kepada para penghutang yang kesulitan. Dia berusaha untuk tetap bersikap baik kepada mereka. Pada satu waktu, dia bias memberikan toleransi dengan menghapus sebagian, dan sesekali dia memberikan perpanjangan waktu atau pengunduran waktu.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang ingin diselamatkan dari azab di hari kiamat, maka hendaknya dia meringankan beban orang yang kesulitan atau membebaskan hutangnya.” (HR. Muslim)

Keempat, menepati janji. Islam adalah agama yang sangat menganjurkan umatnya untuk selalu menepati akad dan perjanjian dan semua bentuk komitmen yang telah disepakati. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.” (QS. Al-Maa-idah: 1)
Dan Dia berfirman pula: “Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’: 34).

Islam menegaskan agar setiap muslim memenuhi janjinya, selama perjanjian tersebut sesuai dengan garis-garis ajaran syariat. Hal ini dibuktikan ketika Islam menganjurkan agar setiap muslim mencari berbagai macam metode tautsiq (menetapkan kepercayaan) termasuk di dalamnya dengan tulisan. Allah ta’ala berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu’amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya…” (QS. Al-Baqarah: 282)

Allah berfirman pula:
“…Dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya..” (QS. Al-Baqarah: 282)
Juga dengan tanggungan (ar-Rahn) sebagaimana Allah berfirman:
“…Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang)…” (QS. Al-Baqarah: 283)
Atau dengan cara jaminan (adh-dhoman), sebagaimana Allah berfirman:
“…Dan aku menjamin terhadapnya.” (QS. Yusuf: 72)

Dengan demikian, memperkuat perjanjian dan menuliskannya, mengambil saksi atasnya, dan meminta jaminan untuk memeliharanya, merupakan langkah yang sangat penting dalam rangka melanggengkan proses transaksi dan pemenuhan hak. Dan hal-hal di atas juga berguna untuk menutup celah persengketaan dan perselisihan antar individu. Allah telah memberikan pengecualian untuk perdagangan tunai yang umumnya membutuhkan kecepatan dan kemudahan. Allah berfirman:
“…(Tulislah mu’amalahmu itu), kecuali jika mu’amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya…” (QS. Al-Baqarah: 282)

Kelima, tidak berbisnis pada barang-barang atau jasa yang dilarang syari’at. Maksudnya adalah hendaknya para pengusaha muslim hanya berbisnis pada barang-barang yang baik yang dihalalkan oleh Allah ta’ala. Allah berfirman:
“Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang Telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.” Demikianlah kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang Mengetahui.” (QS. Al-A’raaf: 32)

Allah juga berfirman:
“Katakanlah: “Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, Maka bertakwalah kepada Allah Hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al Maa-idah: 100)

Berdasarkan dalil di atas, maka setiap pengusaha muslim dituntut untuk berinteraksi hanya di wilayah yang baik lagi halal saja. Mereka tidak diperbolehkan berbisnis pada barang-barang yang diharamkan oleh Allah seperti khamr, narkoba, patung (gambar makhluk bernyawa), alat-alat musik, dan semisalnya. (tentang beberapa bentuk bisnis haram telah kami bahas pada Majalah Pengusaha Muslim edisi 2 volume 1/Februari 2010, dalam rubrik kajian kita dengan judul ‘Bisnis Pembawa Petaka’ (hal.40-42). Silakan dibaca kembali).

Keenam, tidak memakan harta dengan cara batil. Islam sangat memerintahkan umatnya agar bekerja dalam rangka mencari rezeki dengan cara yang halal dan diridhoi oleh Allah. Demikian sebaliknya, Islam sangat melarang umatnya memakan harta yang diperolehnya dengan cara batil. Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.” (QS. An Nisaa’: 29)

Di antara bentuk memakan harta orang lain dengan cara batil ialah hal-hal berikut ini:
Riba, penipuan, perjudian, penimbunan barang, monopoli, persaingan yang tidak sehat, dan lain sebagainya. (tentang ancaman riba, hukum dan bentuk-bentuk judi, dan penimbunan barang telah kami bahas pada Majalah Pengusaha Muslim edisi 2 volume 1/Februari 2010. Sedangkan tentang persaingan bisnis yang tidak sehat maka kami bahas dalam edisi kali ini dalam rubrik motivasi. 
Silakan dibaca dan dipahami). [Majalah PM]

Kamis, 12 Januari 2012

GALAU (God Always Listening Always Understanding)

Sahabat, ada yang pernah mendengar kata “galau”? Seringkali kita mendengar kata galau di lingkungan kita, coba sahabat ingat-ingat. Atau sahabat sekarang bisa buka Facebook, kemungkinan kata galau akan muncul menghiasi beranda Facebook kita. Siapa yang mempopulerkan kata ini, saya kurang tahu. Tetapi hampir semua kalangan rasa-rasanya pernah menggunakan kata ini, paling tidak akhir-akhir ini.

Selanjutnya saya ingin bertanya kepada sahabat, adakah di antara sahabat yang sering merasa galau? Sepertinya tak usah bertanya pun saya tahu bahwa sahabat semua pernah merasakannya, bahkan sampai mengungkapkan kegalauannya di status Facebook, entah langsung memamerkan kata galau atau dengan kalimat yang menyatakan kegalauan sahabat.

Memang sebenarnya arti kata galau itu apa ya? Saya mengajak sahabat memahami kata ini dengan melihat kisah orang-orang yang katanya galau yang pernah saya temukan.

Ada seorang mahasiswa terlihat sedang duduk di lobi kampus, tak jelas sedang apa, kerjanya garuk-garuk kepala, kelihatannya ia sedang menunggu jam kuliah kedua. Kadang ia duduk lalu berdiri kemudian duduk lagi. Atau ia mondar-mandir ke ruang kuliah dan balik lagi ke lobi. Sesaat saya mendengar salah seorang temannya bertanya, “Kenapa sih loe?” si mahasiswa pun menjawab, “Galau gw.”

Di lain waktu saya mengamati dari kejauhan seorang wanita melamun saja di taman, dari pagi sampai dzuhur saya lihat dia masih diam sendirian, ketika ia pergi, saya pun menyambangi tempat duduknya dan melihat secarik kertas yang sudah penuh coretan wanita tadi, terseliplah di situ kata galau.

Setelah mahasiswa dan seorang wanita, ternyata saya kembali melihat hal yang menarik dan membuat saya semakin penasaran dengan kata galau. Saat mengadakan rapat organisasi, masing-masing peserta rapat harus memberikan usul dan pendapat, namun ketika salah seorang teman saya diberi kesempatan akan hal itu, ia menolak bicara dan diam seribu bahasa, hanya satu kalimat yang ia katakan, “Maaf saya lagi galau,” Seketika itu juga seluruh peserta rapat ingin mengetahui apa gerangan yang menyebabkan hal itu terjadi. Akhirnya ia pun menjelaskan masalah yang sedang ia hadapi. Ia bingung harus bagaimana menceritakan kepada orang tuanya tentang nilai ujian semesternya yang terbilang rendah.

Sahabat, dari tiga peristiwa tadi kita dapat menyimpulkan makna galau yang beken di masyarakat. Galau bermakna perasaan yang tidak jelas, kebingungan, putus asa, atau tidak mood. Tetapi apa benar itu maknanya? Ketika saya googling, ternyata makna galau lebih mengarah kepada suatu perasaan yang tidak jelas dikarenakan oleh orang lain.

Namun ternyata di masyarakat kata galau sering digunakan pada perasaan-perasaan negatif, seperti tidak mood, putus asa, bingung, bimbang, dan banyak lagi.

Terlepas dari semua pemaknaan tentang kata galau dan terlepas dari bagaimana sahabat semua mendefinisikan kata galau, intinya galau menyatakan perasaan negatif terjadi pada diri sahabat. Iya negatif thinking sedang menyelimuti seluruh tubuh sahabat.
Sahabat, mari mengubah pandangan hidup kita terhadap suatu kejadian yang menimpa kita, terlebih kejadian yang tidak mengenakkan. Saya yakin sahabat pernah mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan dalam hidup ini bahkan efek dari kejadian tersebut membuat sahabat putus asa, lebih jauh lagi banyak sahabat kita yang meninggalkan Sang Pencipta karena berpikir bahwa ia tidak mendapatkan keadilan hidup di bumi ini.

Benarkah seperti itu? Jawabannya tidak. GALAU, God Always Listening Always Understanding.
Be positif thinking friends…. Allah mengetahui apa yang hambanya butuhkan, cobalah ingat apa yang pernah kita inginkan dulu. Cobalah ingat apa yang pernah kita minta dalam doa, tak pernahkah terkabul?

Ayo buang prasangka negatif dalam diri kita, bagaimanapun keadaan kita. Karena perasaan negatiflah yang membawa lesunya tubuh kita untuk bergerak, malasnya otak kita berpikir, sampai putus asa tak mencari ide, atau bisa-bisa bunuh diri. Lihatlah orang-orang yang menyatakan dirinya galau, mereka lesu, tak semangat, tak jelas apa yang dikerjakan. Sebegitu tak produktif dan hanya membuang waktu.

Sekarang cobalah memaknai galau dalam bingkai positif thinking, God Always Listening Always Understanding. Saya yakin sahabat akan bersemangat menjalani hidup ini, sahabat akan menjadi manusia luar biasa yang tak pernah putus asa walaupun dalam keadaan susah, walaupun dalam keadaan terjepit. Entah karena ekonomi sulit atau permasalahan lainnya. Dan yang terpenting sahabat akan menjadi lebih dekat dengan Allah karena sahabat berprasangka baik terhadap-Nya.

Seperti sebuah kisah seorang tukang ojek yang mampu menyekolahkan anaknya sampai menjadi Sarjana. Ia membeberkan rahasianya, kenapa ia bisa seperti itu. Jawabannya, “Biasa aja mas, saya hanya ngojek tiap hari dan berapa pun penghasilannya saya selalu bersyukur karena masih dapat uang. Malam hari saya berdoa agar besok diberi rezeki, seperti itu setiap hari. Dan ketika saya memang sedang butuh uang, pasti tarikan banyak mas, tapi ketika kebutuhan biasa saja, ya tarikan ga rame juga, emang Allah maha tau.”

Semua telah ada yang mengatur, tak perlu lagi kesedihan menghiasi kegagalan kita, tak perlu lagi kebimbangan mewarnai langkah kita. Yang perlu kita lakukan adalah berusaha dan berdoa, gantikan galau negatif dengan galau positif. Jikalau dalam film 3 Idiot kata-kata “All Is Well” menjadi penenang seseorang dalam posisi sulitnya maka perasaan Galau Positif akan jadi penenang kita.

Keep Positif thinking cause God Always Listening Always Understanding.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/01/17454/galau-god-always-listening-always-understanding/#ixzz1jDh8Yycp

Rabu, 11 Januari 2012

Ternyata NARSIS Memang Berhubungan Dengan Gangguan Kejiwaan

Maaf, Ternyata NARSIS Memang Berhubungan Dengan Gangguan Kejiwaan

Narsis ternyata masuk dalam gangguan kepribadian. Tepatnya gangguan kepribadian narsistik. Pembaca boleh percaya boleh tidak, memang begitulah sebuah bukti ilmiah menjawabnya.
Bagi orang psikologi, pasti tidak asing lagi dengan yang namanya Buku pegangan PPDGJ dan DSM IV-TR. Dalam buku tersebut dijelaskan, adanya aksis II yaitu gangguan kepribadian.
Diantara sekian macam gangguan kepribadian, ternyata terdapat satu gangguan yang mungkin seseorang tidak menyadari akan adanya gangguan tersebut dalam dirinya. Yaitu narcissistic personality disorder (gangguan kepribadian narsistik).
Dalam buku Essentials Abnormal Psychology karya V. Mark Durand dan David H. Barlow, dijelaskan bahwa gangguan kepribadian narsistik adalah gangguan yang melibatkan pola pervasive dari grandiosities dalam fantasi atau perilaku; membutuhkan pujian dan kurang memiliki empati.
Orang-orang yang menganggap dirinya berbeda dengan orang lain, serta pantas menerima perlakuan khusus, merupakan perilaku yang sangat ekstrem.
Gejala Klinis
Penderita gangguan kepribadian narsistik memiliki perasaan yang tidak masuk akal bahwa dirinya orang penting dan sangat terokupasi dengan dirinya sendiri sehingga mereka tidak memiliki sensivitas dan tidak memiliki perasaan iba terhadap orang lain (Gunderson, Ronningstam, dan Smith, 1995).
Mereka membutuhkan dan mengharapkan perhatian khusus. Mereka juga cenderung memanfaatkan dan mengeksploitasi orang lain bagi kepentingannya sendiri serta hanya sedikit menunjukkan sedikit empati.
Ketika dihadapkan pada orang lain yang sukses, mereka bisa merasa sangat iri hati dan arogan. Dan karena mereka sering tidak mampu mewujudkan harapan-harapannya sendiri, mereka sering merasa depresi. Yang terakhir ini adalah gejala yang paling tampak.
Beberapa penulis, termasuk Kohut (1971, 1977), percaya bahwa gangguan kepribadian narsistik muncul dari kegagalan meniru empati dari orang tua pada masa perkembangan awal anak.
Akibatnya, anak tetap terfiksasi di tahap perkembangan grandiose. Selain itu, anak (dan kelak setelah dewasa) menjadi terlibat dalam pencarian, yang tak berkunjung dan tanpa hasil, figure ideal yang dianggapnya dapat memenuhi kebutuhan empatiknya, yang tak pernah terpenuhi.
Orang-orang yang narsis adalah orang yang meyakini bahwa mereka adalah orang-orang yang lebih daripada orang lain. Namun dibalik rasa percaya dirinya yang teramat kuat, sebenarnya orang narsis memiliki penghargaan terhadap diri sendiri yang lemah, mudah depresi, mudah stress dan mudah tersinggung, meskipun terhadap kritikan kecil.
Sebenarnya kata narsis sendiri berasal dari seorang tokoh bernama Narciscus yang gemar mengagumi dirinya dengan bercermin di atas kolam. Hal inilah yang akhirnya menjadi dasar mengapa orang-orang yang terlalu berlebihan dalam mengagumi dirinya sendiri disebut narsis. Untuk lebih mengenal dan mengetahui perilaku narsis ini, simak beberapa hal berikut yang merupakan ciri-ciri dari PENDERITA NARSIS:

1. Ditandai dengan perilaku yang emosional dan dramatis, dan bahkan terkadang dapat menjadi antisosial.

2. Memiliki perasaan bangga yang berlebihan tentang kehebatan atau keunikan dirinya, misalnya membanggakan kemampuannya, kecantikan atau bakatnya secara berlebihan.

3. Melebih-lebihkan prestasi yang dicapainya atau memusatkan perhatian berlebihan pada permasalahannya.

4. Hanya berfokus pada fantasi tentang sukses, kekuatan, kecemerlangan, kecantikan atau mendapatkan cinta dari pasangan ideal.

5. Selalu membutuhkan dan mengharapkan perhatian dan pujian secara terus-menerus.

6. Dalam merespons kritik atau kekalahan dapat berupa reaksi marah berlebihan.

7. Orang narsis memiliki keyakinan bahwa dialah orang yang merasa lebih dan istimewa daripada orang lain.

8. Kurang bisa memahami emosi dan perasaan orang lain

9. Mengharapkan orang lain untuk selalu setuju dengan segala ide dan rencananya

10. Kadang suka mengambil keuntungan dari orang lain

11. Mengekspresikan penghinaan kepada orang-orang yang dianggapnya lebih rendah

12. Suka cemburu terhadap orang lain

13. Memiliki keyakinan bahwa orang lain selalu cemburu terhadap dirinya

14. Sulit menjaga hubungan yang baik dan sehat

15. Membuat tujuan-tujuan yang seringkali tidak masuk akal

16. Menjadi mudah terluka dan terpukul atas penolakan

17. Memiliki rasa penghargaan terhadap diri sendiri yang rapuh dan lemah

18. Terlihat seperti orang yang keras hati dan emosional

19. Terkadang terselip sifat congkak, angkuh dan sombong

20. Bisa menjadi sangat marah dan tidak sabar bila tidak mendapatkan perlakuan yang istimewa dari seseorang yang diharapkan

21. Memaksakan untuk memiliki segala sesuatu yang terbaik

22. Memiliki perasaan malu dan terhina, dan agar bisa merasa lebih baik, maka akan bereaksi dengan marah, menghina atau meremehkan orang lain.

Dari ciri-ciri tersebut, karakter narsis sekilas terlihat mirip seperti karakter orang dengan rasa percaya diri yang kuat. Padahal hal tersebut tidak lah sama. Orang narsis memang memiliki rasa percaya diri yang kuat, namun rasa percaya diri tersebut adalah rasa percaya diri yang FATAMORGANA mudah runtuh oleh sebuah sentilan dan kritikan yang sebenarnya kurang berarti. semoga bermanfaat..........

Surat Wasiat Indah Charlie Chaplin kepada Putrinya

Geraldine putriku, aku jauh darimu, namun sekejap pun wajahmu tidak pernah jauh dari benakku. Tapi kau dimana? Di Paris di atas panggung teater megah… aku tahu ini bahwa dalam kehengingan malam, aku mendengar langkahmu. Aku mendengar peranmu di teater itu, kau tampil sebagai putri penguasa yang ditawan oleh bangsa Tartar.

Geraldine, jadilah kau pemeran bintang namun jika kau mendengar pujian para pemirsa dan kau mencium harum memabukkan bunga-bunga yang dikirim untukmu, waspadailah. Duduklah dan bacalah surat ini… aku adalah ayahmu. Kini adalah giliranmu untuk tampil dan menggapai puncak kebanggan. Kini adalah giliranmu untuk melayang ke angkasa bersama riuh suara tepuk tangan para pemirsa. Terbanglah ke angkasa namun sekali-kali pijakkan kakimu di bumi dan saksikanlah kehidupan masyarakat. Kehidupan yang mereka tampilkan dengan perut kosong kelaparan di saat kedua kaki mereka bergemetar karena kemiskinan. Dulu aku juga salah satu dari mereka.

Geraldine putriku, kau tidak mengenalku dengan baik. Pada malam-malam saat jauh darimu aku menceritakan banyak kisah kepadamu namun aku tidak pernah mengungkapkan penderitaan dan kesedihanku. Ini juga kisah yang menarik. Cerita tentang seorang badut lapar yang menyanyi dan menerima sedekah di tempat terburuk di London. Ini adalah ceritaku. Aku telah merasakan kelaparan. Aku merasakan pedihnya kemiskinan. Yang lebih parah lagi, aku telah merasakan penderitaan dan kehinaan badut gelandangan itu yang menyimpan gelombang lautan kebanggaan dalam hatinya. Aku juga merasakan bahwa uang recehan sedekah pejalan kaki itu sama sekali tidak meruntuhkan harga dirinya. Meski demikian aku tetap hidup.

Geraldine putriku, dunia yang kau hidup di dalamnya adalah dunia seni dan musik. Tengah malam saat kau keluar dari gedung teater itu, lupakanlah para pemuja kaya itu. Tapi kepada sopir taksi yang mengantarmu pulang ke rumah, tanyakanlah keadaan istrinya. Jika dia tidak punya uang untuk membeli pakaian untuk anaknya, sisipkanlah uang di sakunya secara sembunyi-sembunyi.

Geraldine putriku, aku telah memerintahkan kepada wakilku di Paris untuk memberikan sejumlah uang untuk keperluanmu tanpa menanyakan kebutuhanmu. Namun bila engkau punya pengeluaran untuk orang lain, maka engkau harus mengirimkan bukti pembayarannya.

Geraldine putriku, sesekali naiklah bus dan kereta bawah tanah. Perhatikanlah masyarakat. Kenalilah para janda dan anak-anak yatim dan paling tidak untuk satu hari saja katakan: "Aku juga bagian dari mereka". Pada hakikatnya kau benar-benar seperti mereka. Seni sebelum memberikan dua sayap kepada manusia untuk bisa terbang, ia akan mematahkan kedua kakinya terlebih dahulu. Ketika kau merasa sudah berada di atas angin, saat itu juga tinggalkanlah teater dan pergilah ke pinggiran Paris dengan taksimu. Aku mengenal dengan baik wilayah itu. Di situ kau akan menyaksikan para seniman sepertimu. Mereka berakting lebih indah dan lebih menghayati daripada kamu. Bedanya di situ tidak akan kau temukan gemerlap lampu seperti di teatermu. Ketahuliah bahwa selalu ada orang yang berakting lebih baik darimu. Engkau juga perlu tahu bahwa tidak pernah ada salah satu anggota keluarga Chaplin yang begitu sombong mencerca seorang pengemis atau seorang senniman di sekitar Paris.

Geraldine putriku, aku mengirimkan cek ini untukmu, belanjakanlah sesuka hatimu. Namun ketika kau ingin membelanjakan dua franc, berpikirlah bahwa franc ketiga bukan milikmu. Itu adalah milik seorang miskin yang memerlukannya. Jika kau menghendakinya, kau dapat menemukan orang miskin itu dengan sangat mudah. Jika aku banyak berbicara kepadamu tentang uang, itu karena aku mengetahui kekuatan 'anak setan' ini dalam menipu…..

Aku tinggal lama di tempat sirkus, dan aku merasa khawatir setiap kali melihat para pemain akrobat yang bergantungan pada tali yang tipis dan bergetar. Namun putriku, aku harus mengucapkan sebuah realita padamu bahwa rakyat kokoh berdiri di atas bumi yang luas, tapi lebih banyak yang terjatuh ketimbang para pemain akrobat yang bergantungan di tali itu.

Geraldine, ini ayahmu tengah berbicara denganmu. Mungkin suatu malam gemerlap ada sebuah berlian paling mahal di dunia yang menipumu. Pada malam itu, berlian tersebut menjadi tali yang tidak kokoh di bawah kakimu dan kejatuhanmu sudah pasti terjadi… Suatu hari ketika seorang bangsawan tampan secara licik menipumu, agar engkau bermain dengan tali sirkus, maka perlu kau ketahui bahwa para pemain amatir tali sirkus bakal terjatuh.

Jangan tambatkan hatimu pada emas dan perhiasan lainnya. Berlian paling besar di dunia ini adalah matahari yang bersinar menyinari seluruh alam. Namun bila suatu hari engkau menambatkan hatimu kepada seorang pria yang punya hati bak mentari, satukan hatimu dengannya, cintailah ia dengan sunguh-sungguh dan apa yang engkau lakukan itu sebagai kewajiban. Dia lebih layak mendefinisikan cinta yang berarti satu hati, ketimbang aku…

Putriku, seorang wanita tidak layak menelanjangi dirinya karena seseorang dan sesuatu apa pun itu… Ketelanjangan adalah penyakit zaman kita. Menurut pendapatku, tubuhmu hanya menjadi milik seseorang yang ruhnya telanjang untukmu.

Geraldine putriku, masih ada banyak hal yang akan aku ceritakan kepadamu, namun aku akan menceritakannya di kesempatan lain. Dan aku akhiri suratku ini dengan;
"Jadilah manusia, suci dan satu hati; karena lapar, menerima sedekah, dan mati dalam kemiskinan, seribu kali lebih mudah dari pada kehinaan dan tidak memiliki perasaan".

Sumber:
http://www.facebook.com/notes/moh-suwandi/surat-wasiat-indah-charlie-chaplin-kepada-putrinya/10150514835003847