Jumat, 10 Juni 2011

Kreativitas Tak Berbatas?


Lebih kurang 90 peti mati bertebaran ke seantero Jakarta. Entah berapa tiba di tujuan yang tertera di peti mati tersebut. Senin (06/06/11), tiba-tiba saja sejumlah nama pemimpin media dan pelaku komunikasi kaget saat ke kantor, nama mereka ada sebagai alamat tujuan benda sensitif, bahkan terasa horror itu.

Setelah beberapa jam, polisi akhirnya meringkus dan memeriksa sang pengirim. Sumardy, demikian nama sang inisiator pengiriman paket tak menyenangkan itu, menurut laporan media.

Dalam pemeriksaan awal, Sumardy yang mengaku pengajar komunikasi itu mengatakan, ide pengiriman benda yang tak diharapkan itu semata cara dia mengundang pihak-pihak tertuju untuk hadir pada peluncuran bukunya. Dus, itulah cara dia mempromosikan bukunya.

Sebenarnya, itu bukan cara tak lazim pertama yang dilakukan seseorang dalam memasarkan produk dan jasa. Sebelumnya, Tung Desem Waringin, menghamburkan uang dari helikopter yang terbang di atas Jakarta. Tujuannya sederhana, menarik perhatian. Dan perhatian, harus dilakukan dengan cara tak biasa.

Apakah cara tak biasa tersebut?

Cara-cara biasa, rutin, dan standar, memang dijauhi para pelaku industri komunikasi, pemasaran, dan reklame. Karena lautan informasi produk dan jasa, membuat cara-cara biasa ibarat ikan kecil di samudera dalam perlombaan menarik perhatian masyarakat.

Kreativitas adalah sumbu pokok kegiatan kampanye, penjualan, pemasaran, promosi, dan periklanan. Dan, ide adalah nafas utama kreativitas. Karena ide merupakan awal bermulanya kreativitas, seringkali sulit ditemukan di mana tepinya.

Berbagai kemungkinan dieksplorasi para kreator dari berbagai sudut kemungkinan. Apalagi jumlah dan jenis produk serta jasa dalam perekonomian kini makin melimpah, beriring sejajar dengan kerumitan jumlah dan jenis media kiwari.
Tempo dulu, dengan populasi dan struktur masyarakat yang sederhana, cara-cara berkomunikasi dan memasarkan pun bersahaja.

Kembali ke soal peti mati, apakah itu layak disebut kreativitas yang kreatif? Apakah karena kreativitas yang berpokok pada ide tak boleh berbatas dan tak punya tepi? Jika ada, di mana dan apa yang membatasinya?
Sebagaimana kebebasan sebagai sesuatu yang diagungkan masyarakat maju, juga ada batasnya; saat mana kebebasan itu menabrak kebebasan orang lain. Kita bebas berkata dan bertindak selagi kegiatan tersebut hanya bersisian dengan kebebasan pihak lain.

Jika aktivitas kata-kata serta tindak-tanduk seseorang atau sekelompok orang beririsan, apalagi bertumbuk dan mengganggu kebebasan pihak lain, itulah batas kebebasan tersebut.
Pun demikian dengan kreativitas. Jika saat melakukan penjelajahan, ide kreatif tak bertepi, namun saat dirumuskan menjadi sebuah tindakan atau produk kreatif, selayaknya tidak mengganggu kenyamanan seseorang atau masyarakat.

Lebih kurang 90 peti mati bertebaran ke seantero Jakarta. Entah berapa tiba di tujuan yang tertera di peti mati tersebut. Senin (06/06/11), tiba-tiba saja sejumlah nama pemimpin media dan pelaku komunikasi kaget saat ke kantor, nama mereka ada sebagai alamat tujuan benda sensitif, bahkan terasa horror itu.
Banyak sekali ide pemasaran, promosi, dan advertensi yang mencengangkan. Bahkan, hampir setiap negara memiliki festival atau lomba menilai produk-produk kreatif.

Selalu saja hadir kejutan yang menyenangkan. Bahkan mengilhami. Sebagian, bahkan merangsang ide-ide kreatif berkelanjutan.

Namun, pengiriman peti mati, dipastikan tidak termasuk kreativitas yang menyenangkan, apalagi mencengangkan. Kreativitas dalam pemasaran bukan berarti harus liar, asal berbeda, apalagi sembarangan.

Pengiriman peti mati tanpa kedalaman sebab musabab hanya terlihat sebagai pameran keputusasaan. Sebab, di berbagai masyarakat, selain menebar kepedihan dan kesedihan; peti mati adalah benda yang menakutkan.
Padahal, puncak pencapaian sebuah ide kreatif dalam pemasaran haruslah menakjubkan. ***

Oleh: 
Ichsan Loulembah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar