Senin, 19 Desember 2011

7 KEBIASAAN YANG MEMPERKAYA HIDUP..

1. Kebiasaan mengucap SYUKUR..

Ini adalah kebiasaan istimewa yang bisa mengubah hidup selalu menjadi lebih baik. Bahkan agama mendorong kita bersyukur tidak saja untuk hal- hal yang baik ..tapi juga dalam kesusahan dan hari- hari yang buruk..
Memang sulit untuk bersyukur..namun kita bisa belajar secara bertahap...
Mulailah mensyukuri kehidupan..mensyukuri berkat..kesehatan..keluarga..sahabat dsb...
Lama kelamaan kita bahkan bisa bersyukur atas kesusahan dan situasi yang buruk..

2. Kebiasaan BERPIKIR POSITIVE..

Hidup kita dibentuk oleh apa yang paling sering kita pikirkan..
Kalau selalu berpikiran positif..kita cenderung menjadi pribadi yang yang positif... Ciri-ciri dari pikiran yang positif selalu mengarah kepada..kebenaran..kebaikan.. kasih sayang..harapan dan suka cita..
Sering-seringlah memantau apa yang sedang kita pikirkan..
jika kita terbenam dalam pikiran negatif..kendalikanlah segera kearah yang positif..

3. Kebiasaan BEREMPATI..

Kemampuan berhubungan dengan orang lain merupakan kelebihan yang dimiliki oleh banyak orang sukses..
Dan salah satu unsur penting dalam berhubungan dengan orang lain adalah empati..
kemampuan atau kepekaan untuk memandang dari sudut pandang orang lain..
Orang yang empati bahkan bisa merasakan perasaan orang lain..mengerti keinginannya dan menangkap motif dibalik sikap orang lain...
Ini berlawanan sekali dengan sikap egois ..yang justru menuntut diperhatikan dan dimengerti orang lain...
Meskipun tidak semua orang mudah berempati..namun kita bisa belajar dengan membiasakan diri melakukan tindakan-tindakan yang empatik...
Misalnya..
jadilah pendengar yang baik..
belajarlah menempatkan diri pada posisi orang lain..
belajarlah melakukan apa yang Anda ingin orang lain lakukan kepada Kita dsb..

4. Kebiasaan MENDAHULUKAN YANG PENTING..

Pikirkanlah apa saja yang paling penting..dan dahulukanlah..!.
Jangan biarkan hidup kita terjebak dalam hal-hal yang tidak penting..sementara hal-hal yang penting terabaikan..
Mulailah memilah-milah mana yang penting dan mana yg tidak..
kebiasaan mendahulukan yang penting akan membuat hidup efektif dan produktif..

5. Kebiasaan BERTINDAK..

Bila Kita sudah mempunyai pengetahuan..sudah mempunyai tujuan yang hendak dicapai dan sudah mempunyai kesadaran mengenai apa yang harus dilakukan.. maka langkah selanjutnya adalah bertindak...
Biasakan untuk mengahargai waktu..lawanlah rasa malas dengan bersikap aktif.. Banyak orang yang gagal dalam hidup karena hanya mempunyai impian dan hanya mempunyai tujuan..tapi tak mau melangkah...

6. Kebiasaan MENABUR BENIH..

Prinsip tabur benih ini berlaku dalam kehidupan...
Pada waktunya Kita akan menuai yang kita tabur..
Bayangkan...betapa kayanya hidup kita bila kita selalu menebar benih..'kebaikan’.. Tapi sebaliknya..betapa miskinnya kita bila rajin menabur keburukan...

7. Kebiasaan HIDUP JUJUR...

Tanpa kejujuran..kita tidak bisa menjadi pribadi yang utuh..bahkan bisa merusak harga diri dan masa depan Kita sendiri..
Mulailah membiasakan diri bersikap jujur..tidak saja kepada diri sendir..tapi juga terhadap orang lain...

Mulailah mengatakan kebenaran..meskipun mengandung resiko...
Bila kita berbohong..kendalikanlah kebohongan kita sedikit demi sedikit...
Sumber:
http://www.facebook.com/dirtha.yhm/posts/250308008366992
 

60 Islamic Ways To Keep Ur Husband’s Love Forever

(Tulisan ini ditujukan untuk para Istri, aslinya berbahasa Inggris kemudian diterjemahka kedalam bahasa Indonesia oleh admin)

Ini dia :|
1. Behave like a female, i.e. all the tenderness of a female–a man doesn’t want a man for his wife.

Berperilakulah layaknya
seorang wanita, mis. bersikap lembut sbg seorang wanita pada umumnya--  seorang pria tidak menginginkan seorang pria untuk menjadi istrinya.

2. Dress pleasantly/attractively. If you are a home-maker, don’t stay in your sleeping suit all day.

Kenakanlah gaun
yang menyenangkan / menarik. Jika anda seorang ibu rumah tangga, jangan kenakan pakaian tidur anda sepanjang hari
3. Smell good !

Usahakan selalu wangi !

4. Don’t lay out all your problems on your husband as soon as he walks in. Give him a little mental break.

Jangan
langsung ungkapkan semua masalah anda pada suami begitu ia datang. Beri dia sedikit waktu tuk istirahat.

5. Don’t keep asking him, “what are you thinking?”

Jangan terus-menerus bertanya, "apa yang kamu pikirkan?" (pasti wanita facebookers)

6. Stop nagging non-stop before Allah ta’ala gives you something really to complain about.

Berhentilah mengeluh
tanpa henti sebelum Allah ta'ala benar-benar mengabulkan apa yang anda keluhkan.

7. Absolutely no talking about your spousal problems to anyone you meet, not even under the pretense of seeking help! If you think you want to solve legitimate marital issues, then go seek counseling with the right person who can give advice in either:

a. Mediate any injustice done so any wrong can be corrected and the couple can reunite in harmony, or

b. Amicable divorce

Jangan pernah membicarakan tentang masalah pribadi/pasangan Anda kepada siapapun yang Anda temui, bahkan dengan dalih mencari bantuan! Jika Anda berpikir Anda ingin untuk memecahkan masalah perkawinan yang sah, maka usahakan konseling dengan orang yang tepat yang dapat memberikan nasihat dalam hal:

a. Mediasi setiap ketidakadilan yang dilakukan sehingga setiap kesalahan dapat diperbaiki dan pasangan bisa menyatu kembali dengan harmonis, atau
b. Bercerai secara baik-baik


8. Be kind to your mother-in-law the same way you would like your husband to be kind to your own mother.



Bersikap baiklah kepada ibu mertua anda dengan cara yang sama sebagaimana anda ingin suami anda untuk bersikap baik kepada ibu anda sendiri.
9. Learn all the rights and obligations of each other in Islam. Focus on fulfilling your obligations, not demanding your rights

Pelajari semua hak dan kewajiban satu sama lain dalam Islam. Fokus pada memenuhi kewajiban anda, bukan pada menuntut hak anda.
10. Race to the door when he comes home, as if you were waiting for him. Smile and hug him.

Bersegeralah membukakan pintu ketika dia pulang, seolah-olah anda sedang menunggunya. Tersenyum dan peluklah dia.

11. Keep your house clean, at least to the level that he wants it.

Jagalah
rumah agar senantiasa bersih, setidaknya seperti apa yang ia inginkan.

12. Compliment him on the things you know he’s not so confident about (looks, intelligence, etc.) This will build his self-esteem.

Pujilah dalam hal yang anda tahu dia tidak begitu PD (penampilan, kecerdasan, dll) ini akan membangun kepercayaan dirinya.

13. Tell him he’s the best husband ever.

Katakan padanya bahwa dialah suami yang terbaik.

14. Call his family often.

Sering-seringlah menelepon keluarganya.

15. Give him a simple task to do at home and then thank him when he does it. This will encourage him to do more.

Beri dia tugas sederhana untuk dilakukan di rumah dan kemudian berterima kasih padanya ketika ia melakukannya. Hal ini akan mendorong dia untuk berbuat lebih banyak.

16. When he’s talking about something boring, listen and nod your head. Even ask questions to make it seem like you’re interested.

Ketika dia berbicara tentang sesuatu yang membosankan, dengarkanlah dan anggukkan kepala anda. Kalau perlu ajukan pertanyaan untuk mengesankan seolah-olah anda tertarik.

17. Encourage him to do good deeds.

Dorong dia untuk melakukan perbuatan baik.

18. If he’s in a bad mood, give him some space. He’ll get over it, inshaAllah.

Jika dia dalam mood yang buruk, berilah  ruang (biarkan jangan diganggu). Dia akan pulih, insya Allah.

19. Thank him sincerely for providing you with food and shelter. It’s a big deal.

Ucapkan terima kasih dengan tulus karena telah menyediakan anda makanan dan tempat berlindung. Ini hal yang besar (berterimakasih itu dampaknya besar/positif)


20. If he’s angry with you and starts yelling, let him yell it out while you’re quiet. You will see your fight will end a lot faster. Then when he’s calm, you can tell him your side of the story and how you want him to change something.

Jika dia marah pada anda dan mulai berteriak, biarkan dia berteriak-teriak sementara anda tetap bersikap tenang. Anda akan melihat perjuangan anda akan berakhir jauh lebih cepat. Lalu ketika dia tenang, barulah anda dapat memberitahu pendapat anda dan bagaimana anda ingin dia mengubah sesuatu.

21. When you’re mad at him, don’t say “YOU make me furious”, rather, “This action makes me upset”. Direct your anger to the action and circumstance rather than at him.

Ketika Anda marah padanya, jangan mengatakan "KAMU membuat saya marah", tapi (katakan), "Tindakan ini membuat saya marah". Tunjukan  kemarahan anda langsung  kepada tindakan dan keadaan (yang membuat anda marah) ketimbang pada orangnya.

22. Remember that your husband has feelings, so take them into consideration.

Ingatlah bahwa suami anda (juga) memiliki perasaan, maka jadikanlah itu sebagai pertimbangan.

23. Let him chill with his friends without guilt, especially if they’re good guys. Encourage him to go out, so he doesn’t feel “cooped up” at home.

Biarkan dia mendinginkan suasana (menghibur diri) dengan teman-temannya tanpa rasa bersalah, terutama jika mereka (teman-temannya) orang baik. Dorong dia untuk pergi keluar, sehingga dia tidak merasa "terkurung" di rumah.

24. If your husband is annoyed over a little thing you do (and you can control it), then stop doing it. Really.

Jika suami anda terganggu atas hal kecil yang anda lakukan (dan Anda dapat mengontrol/mengatasi itu), maka  berhentilah melakukannya. Serius nih.

25. Learn how to tell him what you expect without him having to guess all the time. Learn to communicate your feelings.

Pelajari cara untuk mengatakan padanya apa yang anda inginkan/harapkan tanpa dia harus menebak sepanjang waktu. Belajarlah untuk mengkomunikasikan perasaan Anda.

26. Don’t get mad over small things. It’s not worth it.

Jangan marah atas hal-hal kecil. Ini tidak layak/pantas.

27. Make jokes. If you’re not naturally funny, go on the internet and read some jokes, and then tell them to him.

Buatlah lelucon. Jika anda tidak bisa melucu, cari di internet dan baca beberapa lelucon, dan kemudian ceritakanlah kepadanya.


28. Tell him you’re the best wife ever and compliment yourself on certain things you know you’re good at.

Katakan padanya anda adalah istri terbaik  dan pujilah diri anda sendiri pada hal-hal tertentu yang anda tahu bahwa Anda baik.

29. Learn to make his favorite dish.

Belajarlah membuat makanan kesukaannya.


30. Don’t ever, EVER talk bad about him with friends or family unnecessarily. If they end up agreeing with you, you will see that it hits you back in the face because you get more depressed that you have a bad husband–and other people also think you have a bad husband.

Jangan pernah, SEKALIPUN bicara buruk tentang dia dengan teman atau keluarga yang tidak perlu. Jika mereka akhirnya setuju dengan anda, kelak anda tahu bahwa itu akan menjadi bumerang bagi anda sendiri sebab (pada akhirnya) anda menjadi lebih tertekan lagi karena anda memiliki suami yang buruk orang lain juga berpikir anda memiliki suami yang buruk.


31. Use your time wisely and get things accomplished. If you’re a home-maker, take online classes and get active in your community. This will make you happy and a secondary bonus is that it impresses your husband.

Gunakan waktu anda dengan bijaksana dan isi dengan hal-hal yang bermanfaat. Jika anda seorang pembuat rumah, ikutlah kelas online dan usahakan aktif dalam komunitas anda. Ini akan membuat anda bahagia dan bonus sekundernya adalah bahwa hal itu akan mengesankan suami anda.

32. Do all of the above fee sabeelillah and you will see Allah put barakah in everything you do.

Kerjakanlah semua hal di atas dijalan/atas nama Allah (niscaya) anda akan tahu Allah memberkati segala sesuatu yang anda lakukan.

33. Husband and wife should discuss and communicate with wisdom with each other to convey what they like and dislike of each other to do or not to do. Do NOT give commands or instructions like he’s your servant. “They are garment to each other” [Surah Baqarah, 2:187]

Suami dan istri harus membicarakan dan berkomunikasi dengan bijaksana satu sama lain untuk menyampaikan apa yang mereka suka dan tidak suka satu sama lain untuk melakukan atau tidak melakukan. JANGAN memberikan perintah atau instruksi layaknya dia budakmu. "Mereka pakaian untuk satu sama lain" [QS al-Baqarah 2:187]

34. Tell your husband you love him, many, many times. Aisha (رضالله عنها) narrated that the Prophet used to ask her how strong her love for him, she said like “a knot.” And the next time he would ask her, “How is that knot?” He also used to reply to her saying, “Jazzakillah, O Aishah, wallahi, you have not rejoiced in me as I have rejoiced in you.”

Katakanlah pada suami
bahwa anda mencintainya, pada banyak kesempatan. Aisha (رضالله عنها) meriwayatkan bahwa Nabi biasa bertanya (kpd Aisyah) seberapa kuat cintanya, dia (Aisyah) menjawab seperti "simpul." Dan waktu berikutnya ia (Nabi) akan bertanya, "Seberapa kuat simpul itu?" Dia juga biasa membalas perkataan Aisyah, "Jazzakillah, Wahai Aisyah, wallahi, kebahagiaanmu bersamaku tak (lebih besar) seperti kebahagianku bersamamu."

35. Have a race with your husband and let him win, even if you are much fitter and stronger than him.

Berlombalah dengan suami anda dan biarkan dia menang, bahkan jika anda lebih fit/bugar dan kuat daripada dia.

36. Keep fit and take care of your health so you will remain a strong mother, wife, cook and housekeeper, inshaAllah you will not get FAT and frumpy.

Tetaplah fit dan jaga kesehatan anda sehingga anda akan tetap menjadi ibu, istri, juru masak dan ibu rumah-tangga yang kuat, insya Allah anda tidak akan menjadi gemuk dan lusuh.

37. Refine and cultivate good mannerisms i.e do not whine, don’t laugh or talk too loud or walk like an elephant.

Perbaiki dan
kembangkan sikap yang baik yaitu tidak merengek, jangan tertawa atau berbicara terlalu keras atau berjalan seperti seekor gajah.

38. Do not leave the house without his permission and certainly not without his knowledge.

Jangan meninggalkan rumah tanpa izin dan apalagi tanpa sepengetahuannya.

39. Make sure all his clothes are clean and freshed so he is always looking fresh and crisp.

Pastikan semua pakaiannya bersih dan segar sehingga ia selalu tampak segar dan ceria.

40. Don’t discuss important/controversial matters with him when he is tired or sleepy. Find right time for right discussion.

Jangan mendiskusikan hal-hal penting / kontroversial dengan dia ketika ia lelah atau mengantuk. Cari waktu yang tepat untuk diskusi yang tepat.

41. The way to a man’s heart is through his stomach.

Jalan menuju hati seorang pria adalah melalui perutnya. (Perut kenyang dia senang ~ admin)

42. Always let him know that you appreciate him working and bringing home the “dough”. It makes it easier for him to go to work.

Biarkanlah dia selalu tahu bahwa anda menghargainya > bekerja dan membawa pulang "duit". Itu membuat langkahnya lebih ringan untuk pergi bekerja.

43. Make sure you ALWAYS have something for dinner.

Pastikan Anda SELALU memiliki sesuatu untuk makan malam.

44. Brush your hair, everyday.

Keramaslah setiap hari.

45. Don’t forget to do laundry.

Jangan lupa untuk mencuci pakaian.

46. Surprise him with gifts. Even necessities, such as new shoes, can be gifts.

Buat kejutan dengan hadiah. Bahkan kebutuhan, seperti sepatu baru, yang dapat dipersembahkan.

47. Listen to him. (Even when he talks about extremely boring things like basketball or computers.)

Dengarkan dia. (Bahkan ketika ia berbicara tentang hal-hal yang sangat membosankan seperti basket atau komputer.)


48. Try (hard as it might be) to take interest in his hobbies.

Cobalah (agak sukar mungkin) untuk mengambil minat pada hobinya. (mendalami apa yg jd hobinya)

49. Try not to go shopping too much … and spend all his money.

Cobalah untuk tidak berbelanja terlalu banyak ... dan menghabiskan semua uangnya.

50. Look attractive and be seductive towards him. Flirt with him.

(Usahakan selalu) Terlihat menarik dan menggoda baginya. Bersikap mesra/genitlah terhadapnya.

51. Learn tricks and “techniques” to please your husband in intimacy. (Of course goes both ways.)

Pelajari trik dan "teknik" untuk menyenangkan suami anda dalam keintiman. (Tentu saja berjalan dua arah.)

52. Prepare for special evenings with him with special dinner and exclusive time (no children permitted).

Siapkan malam khusus dengannya dengan makan malam spesial dan waktu eksklusif (jangan libatkan anak2).

53. Take care of your skin, especially your face. The face is center of attraction.

Jaga kulit Anda, terutama wajah Anda. Wajah merupakan pusat daya tarik.

54. If you not satisfied intimately, talk to him and tell him. Help him or provide resources, don’t wait until matters become worse.

Jika anda tidak puas dalam berhubungan intim, bicara padanya dan katakan padanya. Bantu dia atau siapkan segala sesuatunya, jangan menunggu sampai masalah menjadi lebih buruk.

55. Ask Allah to strengthen and preserve the bonds of compassion and love between the two of you, every day, every prayer. Ask Him to protect that bond from Shaytaan. When a lesser devil destroys the love between spouses, he is the most beloved of Shaytaan. Nothing works like du’ah, and love only exists between spouses where Allah instills it.

Mintalah pada Allah untuk memperkuat dan melestarikan ikatan kasih sayang dan cinta antara anda berdua, setiap hari, setiap berdoa. Mintalah Dia untuk melindungi ikatan itu dari setan. Ketika iblis lebih yang rendah (berhasil) menghancurkan cinta antara pasangan, itu adalah hal yang paling disukai setan. Tidak tak ada yang lebih ampuh dari do'a, dan cinta hanya ada di antara pasangan bilamana Allah menanamkannya.
56. Don’t EVER compare your husbands to other husbands! For example don’t say, “well her husband doesn’t do that, why do you …” (thats a killer!)

Jangan PERNAH bandingkan suami anda dengan suami orang lain! Misalnya jangan mengatakan, "lihatlah suami dia tidak melakukan itu, mengapa kau melakukannya ..." (itu pembunuhan karakter!)

57. Be happy with what you have because no one is perfect. If you want perfection, wait until you enter Jannah together inshaAllah–and of course, vice versa!

Bersyukurlah dengan apa yang anda miliki karena tidak ada seorangpun yang sempurna. Jika Anda ingin kesempurnaan, tunggu sampai anda masuk Surga bersama insyaAllah-dan tentu saja, sebaliknya!

58. Strive for Allah’s love first and foremost! if all wives try to seek Allah’s love and pleasure, surely, they can keep their husbands love too. And remember–if Allah loves you, the angels will love you, and the entire creation will love you.

Upayakan
untuk Allah-lah cinta pertama dan terpenting! jika semua istri mencoba untuk mencari cinta
dan kebahagiaan (dari) Allah , pasti, mereka dapat menjaga suami mereka dengan cinta juga. Dan ingat-jika Allah mencintai Anda, para malaikat akan mencintai Anda, dan seluruh penciptaan akan mencintai Anda.


59. If you pack a lunch for your husband to take to work, from time to time sneak in a little love note or sweet poem. If he doesn’t take a lunch, leave the note somewhere else for him to find, like in his briefcase, or wallet or on the car steering-wheel

Jika anda bekali makan siang untuk dibawa suami ke tempat bekerja, dari waktu ke waktu selipkan catatan kecil berisi surat cinta atau puisi singkat yang manis. Jika dia tidak makan siang, tinggalkan catatan di tempat lain baginya agar bisa ditemukan, seperti di tas kerjanya, atau dompet atau pada setir mobil.

60. Wake him up for Qiyam ul-Layl (in the last third of the night) and ask him to pray with you.

Bangunkan dia  untuk Qiyam ul-Layl/ Tahajjud (di akhir sepertiga malam) dan memintanya untuk berdoa bersama anda.

Sumber: http://failasufah02.wordpress.com/2011/08/13/60-islamic-ways-to-keep-ur-husbands-love-forever/

HEDONISME ANGGOTA DPR

(Tulisan ini pernah dimuat di Harian Pikiran Rakyat Kamis, 17 Nop 2011, Kolom Opini Halaman 26)

Oleh: Achmad Mudrikah 

 

Hedonisme –atau pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin– dari para anggota  DPR saat ini sungguh tak dapat dianggap sepele. Di era transparansi saat ini, tak dapat dipungkiri bahwa apapun yang kontras apalagi bertolak belakang dengan kondisi masyarakat luas, harus siap menerima kritik dan cercaan. Lalu mengapa (seolah-olah) DPR saja? Mengapa para pejabat lain yang notabene mungkin lebih mentereng dibandingkan anggota DPR tidak terusik? Apakah hal ini yang menyebabkan para Anggota Dewan yang terhormat seperti “keukeuh” dan cenderung tidak ambil pusing bahkan dengan gampangnya salah satu anggota DPR menganjurkan masyarakat agar jangan memperdulikan gaya hidup orang lain termasuk para wakilnya? Semudah itukah jalan keluar yang diberikan? Bisakah rakyat tak peduli dengan pola hidup mentereng orang-orang yang menjadi wakilnya?

Lembaga DPR adalah lembaga yang mewakili rakyat untuk menyuarakan kepentingan mereka, dan tidak perlu diragukan lagi, pasti telah dimafhumi oleh para anggotanya. DPR harus memperjuangkan kepentingan para petani yang sekarang ini selalu dihadapkan pada permasalahan ketimpangan antara hasil panen raya dengan keringat dan penderitaan yang mereka korbankan. Itupun kalau berhasil panen raya. Kenyataannya justru para petani sering dihadapkan dengan kejadian alam yang pada saat ini seringkali tidak bersahabat.

DPR harus memperjuangkan kepentingan anak-anak terlantar dan anak-anak jalanan yang sekarang ini tidak mampu lagi mengenyam pendidikan, bahkan untuk sekedar bermimpipun rasanya mereka tidak akan sanggup. Padahal konon katanya pendidikan itu adalah hak seluruh warganegara. DPR harus memperjuangkan kepentingan para guru yang berjuang tanpa pamrih dalam upaya mencerdaskan bangsa dan membangun akhlak mulia generasi muda. Kenyataan sekarang ini justru terjadi yang hal yang mengkhawatirkan dialami kebanyakan para guru terutama para guru honorer. DPR harus memperjuangkan kepentingan para nelayan, buruh, masyarakat yang terkena bencana secara masal, masyarakat yang terisolasi, ……. dan ah banyak lagi yang mungkin tidak cukup untuk ditulis di sini. Kondisi di atas pasti telah diketahui oleh para anggota DPR bahkan lebih lengkap dan lebih akurat karena disertai dengan data konkrit berdasarkan kunjungan-kunjungan dan peninjauan-peninjauan mereka yang pasti menghabiskan biaya sangat besar dibandingkan data yang dapat ditulis di harian ini. 

Mengingat perannya yang sangat penting dan berpengaruh dalam berbagai aspek terutama dalam hal menyuarakan kepentingan rakyat, maka hanya anggota DPR-lah yang paling berhak mengatasnamakan dirinya sebagai rakyat baik secara individu maupun kelompok. Disaat masyarakat sendiri baik secara kelompok apalagi hanya sekedar individu seringkali diragukan bahkan tidak mampu merepresentasikan diri sebagai rakyat, maka para anggota dewan ini justru sebaliknya. Secara individu, mereka cukup representatif mengatasnamakan dirinya sebagai rakyat apalagi jika berbicara atas nama kelompok atau bahkan atas nama seluruh anggota dewan. Sungguh terhormat kedudukan mereka ini. Mereka tidak perlu bermandi keringat mencari nafkah untuk makan sehari-hari sambil diiringi ketidak pastian hasil yang akan diperoleh, jika akan menyampaikan betapa menderitanya para buruh dan petani. Dan itu pasti akan didengar seolah-olah merekalah yang menjadi buruh atau petani. Mereka tidak perlu memikirkan tambahan penghasilan untuk sekedar menutupi kekurangan biaya makan keluarga sehari-hari sementara waktu yang ada telah tersita, jika akan menggambarkan betapa serba kekurangannya para guru honorer. Dan itu pasti akan memperoleh tanggapan yang berarti seakan merekalah yang mengalami penderitaan sebagai guru di negeri in. Mereka tidak perlu mengkhawatirkan akan keterlantaran pendidikan putera-puterinya, jika akan mengeluhkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan layak bagi anak-anak miskin dan anak-anak jalanan. Dan itu pasti akan direspon dengan baik, melebihi respon terhadap keluhan masyarakat biasa yang tidak memiliki harapan untuk menyekolahkan anaknya karena biaya pendidikan yang menjulang tinggi

Jadi apabila anggota dewan yang terhormat ini tidak dihormati lagi pada saat berbicara dan berperilaku tidak sesuai dengan keinginan banyak orang (jika tidak bisa dikatakan rakyat) rasanya ini merupakan suatu keniscayaan. Jika anggota dewan yang mulia menjadi sasaran umpatan dan kemarahan pada saat ucapan dan tingkahlakunya tidak lagi memperjuangkan kepentingan masyarakat, ini adalah konsekwensi dari tugas sebagai wakil rakyat. Apabila para anggota DPR memiliki gaya hidup hedonis, sementara banyak masyarakat yang tidak memiliki kepastian untuk hidup karena tidak memiliki penghasilan memadai, maka sangat pantas jika masyarakat merasa sakit hati. Kemana lagi masyarakat kecil harus mengadu jika lembaga yang menjadi harapan untuk menyuarakan suara mereka tidak lagi dapat dipercaya? Siapa lagi yang dapat dijadikan panutan masyarakat jika wakil mereka di parlemen telah mabuk dan lupa kepada mereka akibat terlalu mementingkan kesenangan pribadi?

Marilah kita bersama tidak putus-putus berdo’a agar para anggota dewan yang terhormat ini benar-benar memiliki kehormatan diri untuk menjalankan fungsi dan peran mereka secara murni tanpa disisipi kepentingan pribadi yang mencelakakan diri mereka sendiri. Agar mereka yang terhormat merasa cukup dengan apa yang mereka peroleh saat ini karena melihat penderitaan rakyat dan tidak merasa kekurangan karena selalu melihat orang yang ada diatasnya dalam hal materi. Agar wakil kita yang terhormat diberi kemuliaan karena memiliki keyakinan bahwa Allah akan mencukupi dan memberi kebahagiaan pada orang yang mengutamakan-Nya dibandingkan orang yang mengutamakan dunia-Nya. Jikapun do’a kita belum terkabul saat ini, karena ternyata para anggota dewan sudah lupa dan tenggelam dalam lautan kehinaan dunia, maka yakinlah bahwa Allah senantiasa bersama kita hambaNya yang terdzolimi.

Ini adalah tulisan yang kesekian kalinya dari ust. Achmad Mudrikah (Abah Achmad) untuk mengenal beliau lebih dekat lagi klik  DISINI

Minggu, 18 Desember 2011

Seberapa Besar Cinta Kita

Sebutlah ada sepasang pengantin baru....Adam dan Hawa mereka sangat miskin..mereka kerja apa saja yang mereka bisa kerjakan asalkan mereka bisa hidup. namun, above all else...mereka sangat saling menyayangi. Saking sayangnya, mereka cukup makan dengan cinta...ketika mereka tidak punya uang lagi untuk makan malam...

Adam memiliki sebuah jam saku kesayangan. He loves this pocket watch more than anything in the world. Dari semua barang yang pernah digadaikan...ini yang paling dia simpan..dan takkan pernah melepasnya. Hawa tahu ttg ini....dan memakluminya...jam itu adlh pemberian kakek adam.

Hawa memiliki rambut yg terindah di dunia....Rambutnya sangat indah. Dia merawatnya dengan baik. Adalah benar bahwa mahkota wanita adl rambutnya. Begitu mempesona sehingga hal pertama yang membuat Adam naksir dahulu kala melihat keindahan rambutnya. hawa sangat menjaga rambutnya. Katanya, tampangku sudahlah biasa....inilah yang setidaknya aku bisa rawat.

Rambut, tutur Addam, mencerminkan kepribadian, krn rambut sangat rapuh. Siapa yang mampu memeliharanya berarti dia telaten...itu pikir adam ketika dia memutuskan u/ meminang hawa dulu.

Tiba saatnya ulang tahun pernikahan mereka yang pertama. adam dan hawa masing-masing sangat bingung...penghalang utama mereka dari membelikan kado terindah hanyalah uang. Mereka ngga punya sepeser pun. Namun, entah mengapa, masing-maing merasa ingin memberi yang terbaik....

Sepulang mereka bekerja...(mereka kerja terpisah dan tiap hari bertemu di rumah) mereka sengaja tidak pulang dulu... adam memutuskan untuk menjual jam saku kesayangannya....krn kado yang akan dia beli amat mahal, meski pun kecil bentuknya....maka pergilah dia ke pegadaian dan ke toko membeli kado itu...

Hawa....memutuskan untuk menjual rambutnya. di luar negeri rambut cukup laku untuk dijual. Krn rambut asli banyak dibutuhkan dalam industri pembuatan wig.... Ini lah satu-satunya cara yang halal yang dia bisa lakukan, krn kado untuk adam harganya amat mahal...namun dia yakin bahwa kado ini sangat berarti bagi adam.

Mereka masing-masing pulang dan bertemu di rumah.... adam sangat kaget...shock setengah mati melihat istrinya cepak......adam bertanya :

"Sayang...kenapa kamu cukur rambut kamu?...."

"Adam, aku mencukur rambut, agar bisa membelikan mu ini.."

Disodorkan sebuah kado...dan dibukanya....Ternyata kado untuk adam adlh sebuah rantai jam yang matching dengan jam sakunya.... adam menangis tersedu-sedu....bahagia dan sedih di saat yang sama... hawa bertanya...kenapa kamu sedih?...kamu nggak suka dengan kadonya?.... aku pikir rantai ini bakal sangat serasi dengan jam kamu yang sangat kamu sayang itu.....

"iya..serasi sekali.......tapi...." "tapi apa...?"

Jam itu sudah aku jual...karena aku ingin membelikanmu....barang ini mahal sekali, tapi kamu sangat patut mendapatkannya, aku tidak tega memberikan kamu yang murahan..." disodorkannya kado untuk hawa... hawa membukanya....dan menangis....sambil tersenyum... Kado dari adam adalah sebuah jepit rambut sangat indah....

Inti dari cerita ini bukanlah materi....inti dari cerita ini adalah.... Kita tidak akan pernah mampu mengukur cinta pasangan kita terhadap kita. Kita memberikan mereka cinta yang kita kira sudah besar....percaya deh...cinta itu akan berbalas dengan jumlah yang jauh lebih besar. dan itu akan kita balas lagi...dan seterusnya-seterusnya..seterusnya....

Sabtu, 17 Desember 2011

Cerita Seorang Sahabat

Hari ini saya akan menceritakan sebuah permainan dengan anak disekolah

Di Sebalik Permainan

Seorang guru sedang bersemangat mengajarkan sesuatu kepada murid-muridnya. Ia duduk menghadap murid-muridnya. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus.

Si guru berkata, "Saya punya permainan... Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah "Kapur!", jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah "Penghapus!"
Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Si guru berganti-gantian mengangkat antara kanan dan kiri tangannya, semakin lama semakin cepat. Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, "Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah "Penghapus!", jika saya angkat penghapus, maka katakanlah "Kapur!".
Dan diulangkan seperti tadi, tentu saja murid-murid tadi keliru dan kekok, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kekok. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Si guru tersenyum kepada murid-muridnya.
"Anak-anak, begitulah kita ummat Islam. Mulanya yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Kita begitu jelas membedakannya. Namun kemudian, musuh musuh kita memaksakan kepada kita lewat berbagai cara, untuk menukarkan sesuatu, dari yang haq menjadi bathil, dan sebaliknya.
Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kita menerima hal tersebut, tapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kita terbiasa dengan hal itu. Dan kita mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kita tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika."
"Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang aneh dan tabu, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup dan lain lain."
"Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disadari, kita sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?" tanya Guru kepada murid-muridnya. "Paham pak guru..."

besok kita lanjutkan cerita berikutnya.....

MEMAHAMI SYARI'AT SUBSTANSIAL

Para pengusung isu "Syari'at Islam" dan pendukungnya selain berfikir utopis, juga cenderung berfikir tanpa konsep yang jelas serta rujukan yang tumpang tindih. Mereka beranggapan dengan isu Syari'at Islam seakan menjadi "Everything for all", atau semacam eliksir/ obat yang akan menyelesaikan semua problem sosial kemasyarakatan. Naifnya belakangan ini muncul orang yang tidak jelas, baik latar belakang akademiknya maupun latar belakang sosialnya yang kemudian tampil bak "malaikat kesiangan" yang hendak menjadi martir bagi penegakkan syari'at Islam.

Pahlawan kesiangan semacam ini biasanya tidak segan-segan menghujat kiri dan kanan serta terhadap siapa saja yang menurut kelompoknya atau menurut kacamata kudanya yang sempit sebagai kafir, antek Yahudi dan Nasrani atau apa saja untuk menyembunyikan ketidakpahamannya terhadap apa sebenarnya yang mereka bela atau yang mereka usung. Analisa mereka kering kerontang kecuali selalu mengaitkan dengan teori-teori usang "konspirasi" dan teori benturan peradaban terhadap kelompok yang tidak sepakat dengan konsepnya. Artinya mereka mengindap penyakit "Paranoid" yang sangat kronis atas siapa saja yang berbeda pandang dengan "mainstream" mereka.

Kelompok ini biasanya anti dialog atau mereka punya pemahaman yang rusak atas dialog. Bagi mereka dialog dipahami sebagai konfrontasi, dengan membaca ayat Tuhan sepenggal-sepenggal sekaligus membawa sekerumunan masa yang siap berteriak "Allahu Akabar-Allahu Akbar" apabila terjadi diskusi yang ulet, dan ujung-ujungnya meraka menyatakan tidak tertarik diskusi semacam ini. Padahal diskusi syari'ah seharusnya membutuhkan ketajaman analisis atas apa yang dimaksud dan tujuan syari'ah (maqasid ash syari'ah) itu.

Ada tiga terminologi yang biasanya dipahami oleh pengusungnya secara tumpang tindih, yakni "Hukum Tuhan", "Syari'at Islam" dan Fiqh. Sebagai sebuah ilustrasi ada baiknya sedikit dijelaskan tentang ketiga terminilogi tersebut. Hukum Tuhan mewakili sebuah gagasan yang abstrak tentang kehendak Tuhan. Hukum Tuhan sebagai sesuatu yang bersifat abstrak disebut dengan syari'ah (secara etimoligi berarti "jalan") sementara pemahaman dan pelaksanaan kehendak Tuhan disebut fiqh (secara etimologi berarti "pemahaman"). Syari'at adalah kehendak Tuhan dalam bentuk abstrak dan ideal, sedangkan fiqh adalah upaya memahami kehendak Tuhan. Oleh karenanya syari'ah harus selalu dipandang sebagai yang terbaik, adil dan seimbang, sementara fiqh merupakan upaya untuk mencapai cita-cita dan tujuan syari'ah (maqasid syari'ah).

Tujuan syari'ah adalah "Tahqiq mashalih al-'ibad", mewujudkan kemaslahatan manusia, sedangkan tujuan fiqh adalah memahami syari'ah. Jadi sebaik apapun produk undang-undang bikinan manusia termasuk pemerintah daerah yang "genit" ngusungi isu syari'at itu baru upaya memahami syari'ah. Ibnu Qayim al-Jauziyah salah seorang ulama besar yang sangat concern dengan syari'at Islam mendefinisikan syari'ah sebagai "Ina syari'ata mabnaha waasasuha ilal hikam, wama shalih ibadi wal ma'asi wal ma'adih, wahiya adlu kulluha, wamashlih kulluha, warahmah kulluha, wal-hikmah kulluha" (Makna syari'ah yang paling asasi, paling fundamen adalah menegakkan keadilan bagi sesama, kemaslahatan bagi sesama, rahmat bagi sesama dan hikmah kebijaksanaan bagi sesama). Bahkan kata Ibnu Qayim lebih lanjut, syari'ah yang tidak concern terhadap empat isu di atas itu bukan syariah namanya. Indikator bahwa syari'at itu jalan dalam tatanan masyarakat menurut imam Izzuddin "Fainnama tujjadu al 'adalah fa tsama syar'ullah" (setiap kebijakan yang di dalamnya memuat keadilan di situ ada syari'ah Tuhan). Bahkan kata imam Ali bin Abi Thalib yang dikutib oleh Ibnu Taymiyah mengatakan "Tuhan akan menolong negeri yang adil meskipun penduduknya kafir dan Tuhan akan melaknat negeri yang zhalim meskipun penduduknya mayoritas Muslim"

Jumhur ulama sepakat, pada dasarnya pemahaman manusia atas kehendak Tuhan adalah terbatas dan tidak sempurna, sebab kesempurnaan itu hanya milik Allah. Tetapi sebagai bentuk kasih sayang Tuhan, Tuhan memerintahkan kepada manusia untuk "Badzlul juhd fi thalab al dalil atau badzul juhd fi thalab al ilm", (mengerahkan segala kemampuan untuk menganalisa dalil dan menuntut ilmu). Di sini mestinya para ulama intelektual bermain bukan rebutan kursi rektorat dan jabatan-jabatan duniawi, sekaligus kerja ini merupakan kerja serius bukan menjadi isu yang melibatkan orang yang nggak jelas juntrungannya, ini bukan kerja eksak, apalagi mahasiswa-mahasiswa yang hanya kelompok usrah yang hanya membaca "majalah" picisan yang memuat analisa jin penunngu WC, siksa kubur atau analisa wartawan yang sok senior di Padang dan sok paham segalanya berdasarkan analisa teori konspirasi bernuansa gosip.

Dari sekilas pemikiran di atas maka, berbicara soal syari'at Islam bukan hanya bicara hitam putih, boleh tidak boleh, bisa tidak bisa, bicara syari'at harus secara elegan bukan menjadikannya sebagai komoditas politik atau komoditas bisnis, misalnya hari ini semua bank konvensional punya divisi bank syari'ah, seluruh perusahaan asuransi punya layanan syari'ah padahal status bank sendiri juga perlu kajian ulang apalagi status asuransi dalam hukum Islam, tatapi karena sudah menjadi trend semua lembaga bisnis pakai baju syari'ah, padahal pemilik modalnya tetap kapitalis. Apalagi saat ini trend politik juga syari'ah, maka semakin lakulah isu syari'ah semantara substansi syari'ah entah kemana.

Bicara syari'at Islam harus secara jernih dan tajam, syari'ah minimal memiliki dua level penting yaitu pertama, syari'ah prinsipil, fundamental dan substansial, misalnya sinyal Tuhan " Kayla yakuna dulatan agniya'i minkum", (Bagaimana agar sirkulasi kekayaan tidak hanya berkisar pada orang kaya saja). Ini syari'ah substansial, artinya Negara dalam hal ini pemerintah, memfasilitasi rakyatnya bagaimana mendapatkan jaminan pekerjaan, distribusi ekonomi yang baik dan melindungi aset negara yang menjadi hajat hidup orang banyak, bukan malah diswastanisasi. Kedua, syari'ah teknis, partikular dan skriptural, misalnya perda wajib berpakaian muslim/muslimah, perda wajib pandai baca al-Qur'an, perda Ramadhan khusu' dan perda Jum'at khusus'.

Kami ingin menegaskan, bahwa syari'at Islam ala yang kedua atau yang teknis dan partikular, itu tidak akan "visible", mengingat, sehomogen apapun bentuk kepenganutan Islam di Indonesia, ia bukanlah ranah yang monolitik, sehingga pola-pola seperti itu bertentangan dengan, kenyataan masyarakat sendiri. lalu syari'at yang partikular semacam itu juga akan kontraproduktif dalam pelaksanaannya di tengah masyarakat, setertutup apapun tubuh perempuan oleh jilbab, kalau dia tidak bisa bayar SPP juga tidak akan bisa sekolah, sepandai apapun dia baca al-Qur'an, kalau miskin tetap akan mengalami gizi buruk seperti yang terjadi di beberapa daerah termasuk di daerah ini. Oleh karena itu kritik terhadap kecenderungan isu syari'at jangan dipahami sebagai anti syari'at apalagi tuduhan antek ini dan itu, melainkan ingin menyelamatkan syariah Islam dari kencenderungan pemanfaatan atau komoditas politik dan bisnis tak bermoral.

Dakwah Islam Tak Menyeluruh Lahirkan Muslim HITAM - PUTIH



Belakangan, bermunculan sejumlah da'i yang dalam mempelajari Islam dengan jalan pintas, hingga kemudian pesan yang disampaikan dalam dakwahnya terkesan tidak menyeluruh mewakili Islam yang sangat komplek. Dakwah Islam semacam itulah yang dikhawatirkan akan melahirkan umat Islam "hitam-putih".

"Mereka (para da'i, red) mempelajari Islam dengan jalan pintas. Ilmu ke-Islam-annya sporadis, tidak menyeluruh. Dakwah seperti ini akan melahirkan umat 'black and white'," kata Direktrur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI Prof Dr KH Nazarudin Umar.

Nazar, demikian panggilan akrab Prof Dr KH Nazarudin Umar, mengatakan hal itu saat membuka Pelatihan Da'i Kader II yang diselenggarakan Pimpinan Pusat Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta..

Dijelaskan Nazar, umat 'black and white' atau 'hitam-putih' adalah umat yang hanya memahami Islam dalam dua sisi saja, yakni salah-benar, halal-haram dan surga-neraka. Padahal, katanya, Islam tidaklah sesempit itu. "Islam bukan cuma halal dan haram saja, ada mubah, makruh, dan lain-lain," katanya.

Hal itulah yang terjadi saat ini. Para da'i semacam itulah yang sekarang sedang digemari oleh masyarakat. "Bagaimana bisa mempelajari Islam langsung kepada Alqur'an, langsung kepada hadist, kepada fikih, tanpa mempelajari asbabun nuzul-nya, tanpa asbabul wurud-nya," terang Nazar yang juga Katib 'Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

Kemunculan gerakan serta kelompok Islam radikal dewasa ini, menurut Nazar, juga sebagai akibat dari metode dakwah yang sporadis dan tidak komprehensif. Islam dipahami sangat kaku, sehingga seseorang atau kelompok yang dinilai tidak sejalan adalah tidak Islam.

Sumber : NU Online

WAKTU

Seperti biasa Rudi, kepala cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta, tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Imron, putra pertamanya yang baru duduk di kelas dua SD yang membukakan pintu. Ia nampaknya sudah menunggu cukup lama.

"Kok, belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya.

Biasanya, Imron memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.

Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Imron menjawab, "Aku nunggu Ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah?"

"Lho, tumben, kok nanya gaji Ayah? Mau minta uang lagi, ya?"

"Ah, enggak. Pengen tahu aja."

"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp 400.000,-. Dan setiap bulan rata-rata dihitung 25 hari kerja, Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo?"

Imron berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Imron berlari mengikutinya.

"Kalau satu hari ayah dibayar Rp 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam ayah digaji Rp 40.000,- dong," katanya.

"Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobok," perintah Rudi.

Tetapi Imron tak beranjak.

Sambil menyaksikan ayahnya berganti pakaian, Imron kembali bertanya, "Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 5.000,- nggak?"

"Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah."

"Tapi, Ayah…" Kesabaran Rudi habis.

"Ayah bilang tidur!" hardiknya mengejutkan Imron.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi nampak menyesali hardikannya, Ia pun menengok Imron di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Imron didapatinya sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp 15.000,- di tangannya.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan Ayah, Nak. Ayah sayang sama Imron. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok' kan bisa. Jangankan Rp 5.000 ,- lebih dari itu pun ayah kasih."

"Ayah, aku nggak minta uang. Aku pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."

"Iya, iya, tapi buat apa?" tanya Rudi lembut.

"Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main ular tangga. Tiga puluh menit saja. Ibu sering bilang kalau waktu Ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada Rp 15.000,-. Tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp 40.000,-, maka setengah jam harus Rp 20.000,-. Duit tabunganku kurang Rp 5.000,-. Makanya aku mau pinjam dari Ayah," kata Imron polos.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat. 


Senin, 12 Desember 2011

Antara “Sang Pemimpi” …Dan….”Laskar Pelangi”..


Awalnya ..
Aku nggak terlalu merespons…
Dua Novel best seller…
Yang digarap demikian apik  Bung Andrea Hirata..
Kecuali latar dan tema cerita …
Yang berkisah tentang orang-orang kecil yang berani ‘bermimpi’

Kecuali..
Nama sekolah “SD Muhammadiyah”…
Yang dulu ..berpuluh tahun yang lalu..
Pertama kalinya mengenalkanku pada deretan alphabet..
Barisan angka-angka..Dan rangkaian alif…ba’…ta’…tsa’..
Juga gambaran keindahan pulau dan pantai tanah  Melayu Belitong ..
Yang begitu elok mempesona tergambar  di kepala



Namun ..
Setelah beberapa kali berhenti di titik jeda…
Saat mengikuti alur cerita yang  meliuk-liuk indah itu..
Kutemukan sebuah ‘jembatan’ yang menghubungkan keduanya
Sampai di satu titik , yang tidak lagi menyisakan ‘koma’..
Kudapatkan banyak ‘pesan indah’ …yang menuntun bathin dan logika
Untuk lebih arif  memahami ..’Mimpi’…’Harapan’..dan ..’Perjuangan’..
Betapa  keyakinan dan optimisme yang ditata dengan niat yang benar
Mampu  mengemas ketiganya di bingkai pigura yang indah…
Menjemput pertolongan Allah untuk ‘mewujudkannya’..
Subhanallah..

Pesan-pesan indah itu…
Sampai kini menjadi ‘kutipan-kutipan'  indah...
Yang tergores begitu manis dalam sebuah ‘catatan hati’ ..abadi:..


Beberapa penggal kalimat dalam “Laskar Pelangi”:..

“Takdir ..nasib  dan usaha…
Bagaikan 3 bukit biru samar-samar…
Yang memeluk manuasia dalam lena.

Mereka yang gagal tak jarang menyalahkan aturan main Allah..
Jika mereka miskin mereka mengatakan bahwa :..
Allah, melalui takdirNya, memang mengharuskan mereka miskin.
Bukti-bukti itu membentuk ‘konspirasi rahasia’ masa depan..
Dan definisi yang sulit dipahami sebagian orang.
Seseorang yang lelah berusaha menunggu takdir akan mengubah nasibnya.
Seseorang yang enggan membanting tulang..Menerima saja nasibnya..
Yang menurutnya tak kan berubah karena semua telah ditakdirkan.
Inilah ‘lingkaran iblis’ yang umumnya melanda para pemalas.

Tapi yang pasti..
Pengalaman selalu menunjukkan :..
Bahwa ‘hidup dengan usaha’ adalah mata yang ditutup ..
Untuk memilih buah-buahan dalam keranjang.
Buah apapun yang didapat ..kita ‘tetap mendapat buah’.
Sedangkan ‘hidup tanpa usaha’ adalah mata yang ditutup..
Untuk mencari kucing hitam di dalam kamar gelap dan ‘kucingnya tidak ada’.”


Dan ini ..
Beberapa penggal kalimat dalam “Sang Pemimpi”:..

 “Aku teringat, beberapa hari setelah ayahnya meninggal,..
Dengan menumpang truk kopra, aku dan ayahku menjemput Arai.
Sore itu ia sudah menunggu kami di depan tangga gubuknya,
Berdiri sendirian di tengah belantara ladang tebu yang tak terurus.
Anak kecil itu mengapit di ketiaknya karung kecampang..
Berisi beberapa potong pakaian, sajadah, gayung tempurung kelapa, ..
Mainan buatannya sendiri, dan bingkai plastik murahan..
Berisi foto hitam putih ayah dan ibunya ketika pengantin baru.

Sebatang potlot yang kumal ia selipkan di daun telinganya..
Penggaris kayu yang sudah patah disisipkan di pinggangnya.
Tangan kirinya menggenggam beberapa lembar buku tak bersampul.
Celana dan bajunya dari kain belacu lusuh dengan kancing tak lengkap.
Itulah seluruh harta bendanya.

Sudah berjam-jam ia menunggu kami.
Tampak jelas wajah cemasnya menjadi lega ketika melihat kami.
Aku membantu membawa buku-bukunya ..
Dan kami meninggalkan gubuk berdinding lelak beratap daun itu ..
Dengan membiarkan pintu dan jendela-jendelanya terbuka
Karena dipastikan tak 'kan ada siapa-siapa untuk mengambil apa pun. ....

Kami menelusuri jalan setapak menerobos gulma yang lebih tinggi dari kami.
Kerasak tumpah ruah merubung jalan itu.
Arai menengok ke belakang untuk melihat gubuknya terakhir kali.
Ekspresinya datar. ..
Lalu ia berbalik cepat dan melangkah dengan tegap.

Anak sekecil itu telah belajar menguatkan dirinya.
Ayahku berlinangan air mata... Dipeluknya pundak Arai erat-erat. ...
Aku tak dapat mengerti bagaimana anak semuda itu..
Menanggungkan cobaan demikian berat sebagai Simpai Keramat.

Arai mendekatiku lalu menghapus air mataku dengan lengan bajunya yang kumal.
Tindakan itu membuat air mataku mengalir semakin deras. ...
Melihatku pilu, kupikir Arai akan terharu ..Tapi ia malah tersenyum
Dan pelan-pelan ia merogohkan tangannya ke dalam kacung kecampangnya. ...
Ia mengeluarkan sebuah benda mainan yang aneh.

Aku melirik benda itu dan aku semakin pedih..
Membayangkan ia membuat mainan itu sendirian,
Memainkannya juga sendirian di tengah-tengah ladang tebu. ...
Aku tersenyum tapi tangisku tak reda ..
Karena seperti mekanika gerak balik helikopter purba (mainan) ini,

Arai telah memutarbalikkan logika sentimental ini…
la justru berusaha menghiburku pada saat aku seharusnya menghiburnya. ...
Arai melangkah menuju depan bak truk.
la berdiri tegak di sana serupa orang berdiri di hidung haluan kapal.
Pelan-pelan ia melapangkan kedua lengannya ..
Dan membiarkan angin menerpa wajahnya.

Ia tersenyum penuh semangat. ..
Agaknya ia juga bertekad memerdekakan dirinya dari duka mengharu biru..
Yang membelenggunya seumur hidup.
Ia telah berdamai dengan kepedihan dan siap menantang nasibnya.
Ia menggoyang goyang tubuhnya bak rajawali di angkasa luas.
 "Dunia...!! Sambutlah aku...!! Ini aku, Arai, datang untukmu ...!!"
Pasti itu maksudnya.
Ayahku tersenyum mengepalkan tinjunya kuat kuat..
Dan aku ingin tertawa sekeras- kerasnya..
Tapi aku juga ingin menangis sekeras-kerasnya.”

(Mau tahu ending perjuangan Arai menggapai mimpi-mimpinya…???
Baca sendiri aja yah….hehehe..)

Edensor:..
“Bermimpilah.. karena Allah akan memegang mimpi-mimpi itu”.
"Takdir Allah…ada di ujung usaha manusia.
Allah  Maha Adil:..
Dia akan memberikan sesuatu kepada umat-Nya sesuai dengan kadar ikhtiarnya"

“Seringkali kita menyalahartikan ‘takdir’
Sebagai hal yang membuat kita 'pasrah' akan sesuatu ..
Padahal usaha kita belum maksimal ..
(ato malah sama sekali  tidak berusaha).
Kita hanya  harus menyempurnakan kewajiban kita..
Yaitu ber-ikhtiar....selebihnya serahkan pada Allah ..
Untuk memutuskan yang terbaik untuk kita.
Dan itulah akhir ikhtiar kita..Ujung dari ‘mimpi-mimpi’ kita

Yuk kita lihat firman-Nya di Q.S. Ar-Ra'ad ayat 11:..
"sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum …
Kecuali kaum itu sendiri yang mengubah nasibnya".

Yang pasti:..
Allah telah menetapkan jodoh bagi setiap hamba-Nya...
Namun kita tak pernah tahu,' siapa'?..
Allah telah menetapkan rezeki bagi setiap hamba-Nya...
Namun kita tak pernah tahu; 'dimana'...dan 'darimana datangnya' ?..
Allah telah menetapkan nasib bagi setiap hamba-Nya..
Namun kita tak pernah tahu..'kapan sial'..'Kapan beruntung' ?
Allah Telah menetapkan umur bagi setiap hamba-Nya..
Namun kita tak pernah tahu 'Kapan kematian akan menjemput kita' ?..

Yah...
Allah telah menetapkan taqdir setiap kita..
Tidak hanya dengan "Tanda seru"..
Namun selalu menyisakan "Tanda Tanya"...
Untuk memberi kita kesempatan dalam 'ikhtiar dan usaha'..
Subhanallah..

Yups....
Ternyata kita harus berani 'bermimpi'...
Berlari kencang merebut 'mimpi-mimpi' itu..
Seraya menggenggam keyakinan..do'a dan harap...
Bahwa Allah Maha menggenggam mimpi-mimpi kita..
Dan akan mewujudkannya ...
Jika kita sudah 'siap menerima'..pada saatnya..
Insyaallah

***( Salut buat bung Andrea Hirata...thank's...)***

oleh Bahtiar Effendi pada 10 Desember 2011 pukul 8:25


Sumber:
http://www.facebook.com/notes/bahtiar-effendi/antara-sang-pemimpi-danlaskar-pelangi/10150420321424285

 

Rabu, 16 November 2011

Kisah Perjalananku: Pesan Terakhir Seorang Supir Truk

Tanjakan Padalarang di siang hari

Lega  rasanya hati setelah lepas dari tikungan terakhir di tanjakan Padalarang yang memaksa tanganku menari mengikuti kelokan demi kelokan tajam di jalan yang terus menanjak. Kadang aku terpaksa sabar mengikuti truk yang merayap terengah memuat batu kapur menapaki tanjakan yang cukup terjal, meski hatiku sebenarnya mengumpat,  
  • “Bagaimana mungkin kendaraan yang mengeluarkan asap hitam pekat itu bisa lolos UJI/KIR !” 
  • “Bagaimana pula jika remnya tidak berfungsi  dengan baik ?”
Mengingat asap yang semakin  pekat  hampir tak dapat ditembus lampu halogenku dan aku terlambat menututup jendela  yang sejak awal tanjakan kubuka tuk hirup udara segar, maka beberapakali aku "meminta ijin" untuk mendahului dengan memainkan Dim (lampu jauh) tapi karena jarak antar tikungan cukup pendek, berkali-kali pula sang supir tak mengijinkanku tuk mendahului dengan isyarat lambaian tangannya.
Mereka para supir truk tentu orang yang kenal medan, tindakanku yang spekulatif hanya akan menimbulkan bencana dan aku tak ingin perjalananku berakhir disini.

Kuputuskan untuk menjauh dari “Big Brother” - tulisan yang tertera pada bak belakangnya -    ada juga tulisan lain dengan aksara yang lebih kecil diatasnya  yang setidaknya menghibur kekesalanku dan memaksaku tersenyum sendiri, “Kutunggu Jandamu” dan satu tulisan lagi dibawahnya "Roda Berputar, Dapur Lancar".

Setelah agak lama menjauh sambil mengusir asap yang berbau solar keluar, kutekan power windows tuk menutup semua kaca samping dan ambil ancang-ancang mendahuluinya sebelum tikungan berikutnya, tiba tiba pandanganku terhalang, semua gelap!  Kali ini bukan karena asap hitam tapi seperti kabut pekat.

Ya Tuhan..! aku lupa hidupkan AC, karena terbuai oleh segar dan dinginnya udara pagi pegunungan yang jarang kunikmati. Sambil menurunkan setengah bukaan kaca dan menekan switch AC, aku mengumpat kebodohanku sendiri. Rupanya suhu diluar yang jauh lebih rendah mengundang butiran embun bermain dikaca.

Lamunanku terhenti, ketika melihat traffic light didepan, ada petunjuk jalan yang besar berwana hijau melintang dengan gagah membelah jalan, aku memilih menghindari kota Bandung dan segera belokan stir ke kiri memasuki jalan Tol Padaleunyi (Padalarang-Cileunyi) yang  hanya sekitar 35,6 km panjangnya dan ketika itu belum lama diresmikan . Tak lama beranjak, di depan sudah terlihat gerbang (pembayaran) Tol. Kulirik jam digital pada dash-board menunjukan angka 4. Itu berarti 2 jam sudah menyusuri jalan sunyi, Tol Jagorawi-Ciawi-Puncak-Cianjur-Padalarang

“Hampir subuh”, kataku bergumam, sambil mengurangi kecepatan masuki gerbang tol Padaleunyi yang dibangun Desember 1987 – 30 April 1992 itu.
         
Gerbang Tol Padalarang di siang hari.
Lagi-lagi aku terkejut sekaligus senang melihat pemandangan yang tidak biasa, ketika kuturunkan kaca samping tuk membayar, ternyata penjaga tolnya wanita muda.... cantik pula.
Tidak biasa...? Ya..., bukankah shift malam biasanya untuk laki-laki? Ooh... mungkin ini bagian dari ‘promosi’ untuk Tol yang baru beroperasi, entahlah...

Kulihat spion tengah, ternyata tak ada kendaraan lain selain aku dan sebuah sedan polisi yang siaga diparkir bersebelahan dengan pos/kantor Jasa Marga.

“Amaan....”, pikiran usilku muncul.

Diusiaku yang lebih dari seperempat abad  ketika itu dan belum juga punya “gandengan” rasanya perasaan itu wajar dan normal saja. Yaah.... namanya juga usaha.

“Selamat Pagi pak....”, sapa  si Neneng ramah tapi cukup membelah sunyi, namanya memang tertera jelas diatas saku bajunya.  Tapi rasanya kelembutan suara dan keramahan senyum  Neneng agak “ternoda” karena dia memanggilku dengan sebutan “Pak”.

“Pagi Neng...”  Jawabku datar terganjal kecewa.

 “Ada uang pas, pak...?”, tanyanya masih dengan senyum manisnya.

Hadeeuuh..... “Pak” itu lagi yang kudengar. Kalau saja kau sapa aku dengan panggilan Bang, Mas atau Kak apalagi Aa,  bukan cuma ‘uang pas’ bahkan ‘uang tidak pas’ plus kartu namapun akan rela kuberikan. Apakah hanya itu yang diajarkan ‘bos’mu...., jika pria kau panggil “Pak” dan wanita kau panggil “Bu”. Protes itu cuma kupendam dalam hati karena mungkin menurut Neneng seharusnya aku sudah menjadi bapak.

“Sebentar saya cari,” jawabku singkat.

Disini usilku berperan. Sebenarnya, bukan uang pas yang ku cari, sengaja aku malah  mencari nominal terbesar agar dia sibuk menghitung kembaliaannya. Sementara aku bisa agak berlama-lama menatap wajah manisnya, sambail memasang jerat asmara.

“Maaf Neng, semuanya seperti ini...,” kataku agak jaim sambil sodorkan 100 ribuan padahal hanya tersisa beberapa lembar saja di dompet.

Dia hanya tersenyum menerima uang itu sebaliknya aku malah cemberut, maksud hati “memamerkan” uang licin berbahan plastik (polimer) itu  dengan membeberkannya lebar-lebar, apa daya uang itu pula yang menghalangi kehalusan jemarinya dari tanganku.

Aku kagum dengan keterampilannya bekerja, jemarinya sibuk menari diatas keyboard, matanya  menatatap tajam ke arah monitor sementara mulutnya terus berbicara sambil sesekali melirik kearahku, mungkin sekedar memastikan kalau aku masih ada. Ia pasti berbicara padaku karena tak ada orang lain disitu. Tapi sepertinya aku terlalu khusyu’ menatapnya hingga tak mendengar apapun karena mata dan hatiku sibuk menelusuri inci demi inci paras manis mojang Priangan ini. Selama dia bicara aku hanya menangkap 2 kata: jurang dan truk. Maka ketika ia sodorkan kembalian dan karcis sambil mengatakan,

“Terima Kasih Pak..., selamat jalan”.

Aku malah balik bertanya, “maaf Neng..., tadi Neng ada sebut jurang dan truk. Ada apa ya..?"

Kali ini si Neng yang melongo, bingung dan pasti kesal, matanya membulat, bibirnya  terkatup rapat. Sumpah... pasti bukan karena terpesona melihat ketampananku (itu fitnah). Dia pasti kecewa merasa diacuhkan, kalau saja boleh marah dia pasti teriak, “Woooii.... dari tadi gue nyerocos, kemane aje loe!”

“Pak...., tadi saya bilang ada kecelakaan, truk yang masuk jurang” katanya tetap berusaha ramah.

Oh ya...., timpalku sekenanya sambil pura-pura sibuk memasukan kembalian kedalam dompet, karena merasa tak enak hati. Tak kulanjutkan tanyaku yang masih banyak tersimpan, dimana? sudah dievakuasi belum?, ada korban apa tidak?, dll.

“Mari Neng....,” aku pamit sambil sambil bersodaqoh dengan senyum.  Ku injak gas perlahan tapi Corolla merah marunku tetap enggan beranjak,  kulihat lampu indikator brake pada panel masih menyala merah tanda rem tangan belum dilepas. Hahaa.. bukan cuma tuanmu, rupanya engkaupun betah berlama-lama disini kali ini kulimpahkan kesalahanku padanya. Berjalan perlahan, kututup rapat kaca samping, menutup malu.

Acara pernikahan kerabat di sebuah desa yang berjarak 300-an km dari tempatku itu memang baru di mulai pkl. 10:00 pagi, tapi targetku adalah 4 jam diperjalanan dan 4 jam untuk istirahat melepas penat, sebelum prosesi akad nikah

Jalan tol Padalenyi di siang hari
   
Sengaja alunan musik yang agak nge-beat kuputar sekedar melepas rasa jenuh,  adapun rasa kantukku sudah hilang di usir senyum si mojang geulis tadi.  Mengemudi seorang diri memang menjemukan, apalagi menyusuri jalan tol yang sepi menjelang subuh seperti ini.

Jarum pada speedometer  hampir menunjukan  angka 120 km/jam. Upss... rupanya hentakan musik ini, tanpa sadar turut menghentak kaki hingga menekan pedal gas agak dalam. Jalan dengan aspal hot-mix yang mulus ini sepertinya disediakan khusus untukku,  hanya ada satu dua mobil yang melintas di seberang jalur  berlawanan yang menuju Jakarta, sedang pada lajurku tak terlihat ada teman, baik di depan atau dibelakang. Lajur kiri masih terlihat basah bekas guyuran hujan, kecepatan seperti ini pasti lebih cepat menuntunku kearah Rumah Sakit.

Kepingan CD kuganti, kali ini mas Ebiet yang mengusik rasaku.
“Perjalanan ini... terasa sangat menyedihkan..... Sayang engkau tak duduk disampingku kawan....” 
Yah... “Berita Kepada Kawan” dan berita yang kudapat dari si Neng tadi rupanya  ampuh meredam kecepatan  menjadi 80 km/jam, cukuplah...

Tak sampai setengah jam aku sudah berada dipintu keluar Tol dekat perempatan Cileunyi. Aku agak menyesal tak menanyakan dimana TKP kecelakaan itu. Kalau ada di arah Cadas Pangeran, aku akan menghindar dengan berbelok ke kanan mengambil jalur Nagrek ke arah Malangbong berputar ke arah Sumedang karena desa yang kumaksud berada diantara keduanya, begitu sebaliknya. Akhirnya kuputuskan tuk lurus ke arah Cadas Pangeran, selain jarak yang lebih singkat, pemandangan yang indah, udara yang sejuk akupun beberapa kali melewati jalur ini disiang hari. Aku merasa akrab dengan jalur ini. 

(Cadas Pangeran adalah nama suatu tempat, kira-kira enam kilometer sebelah barat daya kota Sumedang, yang dilalui jalan raya Bandung—Cirebon. Pemberian nama ini terkait dengan pembangunan Jalan Raya Pos Daendels [Anyer-Panarukan] yang melintasi daerah ini. Karena medan yang berbatu cadas, lima ribuan jiwa pekerja kehilangan nyawanya. Hal ini membuat marah penguasa Kabupaten Sumedang, Pangeran Kusumadinata IX (1791-1828) yang lebih populer dengan sebutan Pangeran Kornel, dan ia memprotes Daendels atas kesemena-menaan dalam pembangunan jalan itu. Lalu terjadilah peristiwa Pangeran Kusumah Dinata bersalaman dengan tangan kiri menyambut tangan kanan Marsekal Daendels, sementara tangan kanan siap menghunus keris; seperti tergambarkan pada patung di Ciherang yang menghiasi jalan raya Bandung – Sumedang memasuki segmen Cadas Pangeran.)
  

“Jalur Maut” begitu julukannya ketika itu, jalan yang sempit dengan tebing batu (Cadas) yang tinggi disatu sisi, dan jurang yang dalam disisi lain dengan banyak tikungan yang “nyaris patah” lebih dari 90 derajat.

Pada siang hari, jika kita menoleh kesisi jurang, hanya ujung pohon tinggi yang terlihat jauh dari jalan entah berapa puluh meter kedalamannya. Sehingga jika ada dua kendaraan besar berpapasan, maka yg berada disisi tebing harus berhenti mengalah dan merapat mampersilahkan kendaraan lain disisi jurang untuk melaju. Pada tanjakan tertentu tak jarang sang kenek harus berlari mengikuti laju mobilnya sambil membawa ganjal dari balok yang besar. Pada waktu itu untuk kendaraan besar, memang tak ada alternatif tersingkat lain untuk  Bandung – Sumedang selain melewati jalur ini.

Sayup-sayup kumandang adzan subuh terdengar.... masih sangat sepi jama’ah shalat subuh di masjid yang terletak dipinggir jalan itu. Padahal ada puluhan tempat kost mahasiswa disekitar situ, mengingat letaknya yang relatif dekat dengan salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia milik Dept. Dalam Negeri, yang kerap diberitakan miring karena kesadisan mahasiswa seniornya.

“Baru ya dek, mampir di mesjid ini,” tanya seseorang sambil menepuk pundakku ketika berjalan kearah pintu keluar  masjid, ba’da shalat subuh.

Ketika menoleh, aku mengenalinya sebagai imam yang tadi memimpin shalat sekitar 20-an jamaah itu. Bacaannya tartil, tajwidnya tepat, makhrojnya pas.  Setidaknya pantas kalau para jamaah yang menyalaminya tadi memanggilnya ustadz. Belum sempat menjawab sapanya, disusul lagi pertanyaan kedua,

“Mau ke arah Sumedang atau ke Jakarta nih”?, dengan logat Sundanya yang medok.
Tadi, pada waktu kubelokan mobilku ke pelataran parkir di depan masjid, sang ustadz memang belum hadir, sehingga ia tak tau dari arah mana aku datang.

“Eeh.. iya ustadz, saya mau ke arah Sumedang,”, jawabku agak gugup diberondong pertanyaan seperti itu.

“Kelihatannya buru-buru ya...?”

“Aah.. nggak juga tadz.”

“Sumedangnya dimana?”

“Di satu desa sebelah tenggara Sumedang yang berbatasan dengan Majalengka.”

“Ooo... paling tinggal satu setengah jam lagi dari sini, kalau nggak buru-buru kita ngobrol aja dulu disini... baru juga jam 5”

Aku cuma mengangguk dan kamipun duduk diberanda mesjid beralas hambal warna hijau.

“Rumah saya yang itu...,” katanya memulai percakapan.

Ooo... ternyata cuma terhalang satu rumah dari mesjid, kataku dalam hati.

“Sebentar saya mau minta bikinin kopi sama gorengan dulu yaa... biar seger “ katanya sambil beranjak.

“Ga usah repot-repot, ustadz”, jawabku basa-basi. Padahal dalam hati bilang “agak cepat ya, Ustadz...”

Langkahnya masih tegap, wajah lumayan ganteng usianya pasti belum sampai 50 thn-an. Begitu ramah, baik dan santunnya ustadz ini. Kalau saja ia punya anak gadis, pasti iapun cantik  pintar dan ramah seperti ayahnya, mudah-mudahan nanti yang menyajikan kopi itu anak gadisnya. Tak perlulah bersolek, karena kata ayahku, “kalau kamu mau melihat wajah asli seorang gadis, lihatlah pada waktu dia baru bangun  tidur”.  Hehehee.... aku senyum-senyum sendiri mengingat nasehat itu, gadis mana yang mau menampakan diri pada saat itu, kecuali ada kebakaran.

Satu lagi nasehat ayahku yang kuingat, “kalau mau  dapat gadis yang sholehah, carilah ditempat yang baik dimesjid, pesantren misalnya jangan dibioskop apalagi diskotiq.  ”Hmm.... gimana kalau di gerbang Tol, ayah.....?”  hehee...  lagi-lagi aku senyum-senyum sendiri. Rupanya udara dingin ini membawa  lamunanku pergi kemana-mana, “ngelantur” istilahnya.

Tapi ada satu nasehat ayahku yang tak pernah kulupa sampai saat ini tentang “strategi menjerat gadis” Ssttt... itu cuma istilahku. “kalau kamu benar-benar ingin dapat wanita yang baik, maka perbaiki dulu dirimu, sebab Allah hanya akan memasangkan laki-laki yang baik/shaleh dengan perempuan yang baik/shalehah.”

Kadang aku merenung agak lama memahami nasehat demi nasehat beliau, yang rupanya tak sabar ingin segera mendapat cucu dariku, entah mengingat usiaku atau karena aku “dilangkahi” dua orang adikku yang telah memberinya 2 orang cucu.

“Maaf..., kelamaan ya dek?”, suara itu datang dari arah depanku. Tidak keras tapi cukup mengejutkanku yang sedang bercengkrama dengan lamunan. Kecewa..., ternyata pak ustadz sendiri yang membawa baki berisi dua gelas kopi dan sepiring gorengan.

“Oh.. nggak kok tadz, maaf nih... saya jadi merepotkan.”, lagi-lagi jawaban klise, karena hatiku sebenarnya mengharap hidangan itu bahkan dibenakku terpikir, kenapa bukan anak gadis ustadz aja yang disuruh.

“Kemarin putri saya yang kuliah di Unpad pulang...” katanya sambil duduk. “Horee....  hatiku bersorak suka cita” ternyata dugaanku benar, ustadz ini punya seorang putri. Kopi dan gorengan yang tadinya siap ku sikat, kulirikpun tidak. Aku pura-pura tenang menyimak meski jantungku gegap gempita. .

“Silahkan diminum dulu kopinya dek...,” katanya mempersilahkan, sambil melanjutkan, “nah putri saya ini kebetulan suka masak..., termasuk gorengan ini dia yang bikin.” 
Aku hampir berbarengan mengangkat gelas kopi itu, tapi aku urungkan dan ganti dengan mencomot comro (panganan terbuat dari singkong yang dihaluskan dan isi oncom didalamnya sebelum digoreng) demi mendengar bahwa putrinyalah yang buat. Aku membayangkan tangan halusnya pada comro.

“Kopinya masih panas tadz,  saya coba gorengannya aja dulu.” Kataku berkilah karena ingin segera mencoba gorengan buatan si cantik... tak tahu laah.. dibenakku mojang inipun tak jauh parasnya dari Neneng dan mungkin berjilbab. Ups..... hampir saja comro itu kulepas, ternyata lebih panas dari kopi !

Pak ustadz cuma senyum melihat aku yang dibuat repot oleh comro. Agar tak kelihatan terlalu menggebu hasrat tuk tahu tentang putrinya, aku memperkenalkan diri adapun namanya aku sudah tau jama'ah memanggilnya ust. Rahmat setelah berdiskusi tentang beberapa hal  baru kemudian  kulontarkan pertanyaan sederhana tapi menjurus.

“Emang dah semester berapa sekarang si Eneng tadz?” (Eneng/Neng=Nduk dlm bhs. Jawa)

“Dia baru semester IV, namanya Zahratunnisa..., teman-teman kampus memanggilnya Nisa tapi kalau dirumah biasa dipanggil Zahra atau neng Rara”, anaknya agak pemalu dan manja, ustadz terus melanjutkan celotehnya tapi seperti biasa aku justru sibuk menghitung berapa lama lagi neng Rara siap disunting. Kuperkirakan saja dia ambil S1 maka dengan PPL dan Skripsi setidaknya 2-3 tahun lagi dia sarjana.

Waduuh kelamaan dong nunggunya kata hatiku sedikit kecewa, padahal belum tentu ortu atau si comro eeh.. si Raranya setuju. Hehehee.... akupun tak mengerti padahal belum pernah melihat bunga itu tapi semerbak wanginya seakan-akan menghampiriku. Biarlah tak kudapat cintamu, setidaknya aku telah meluluh-lantakan comromu. Oh..... dasar jomblo eeh.... cinta.

Kembali aku jaim, pura-pura kualihkan pembicaraan pada warning si Neneng tadi.
“Apa ustadz dengar tentang kecelakaan truk yang masuk jurang”? kataku setengah hati. Karena sebenarnya aku masih ingin menggali lebih dalam lagi tentang Rara. Itu pula sebabnya pandanganku sesekali kutujukan pada pintu depan rumahnya. Semoga saja ada bunga yang keluar dari balik pintu.

“Oh ya... emang beritanya sudah sampai Jakarta yaa..? kejadiannya baru kemarin, ditanjakan yang paling terjal di Cadas Pangeran. Saya baru saja pulang mengajar dekat Masjid Agung (Sumedang) kira-kira jam 4-an lah. Biasanya ngga pernah macet seperti itu. Tapi karena saya bawa motor yaa.. bisalah selap-selip. Saya penasaran, kebetulan petugas polisi  yang juga murid saya ada disitu.

"Assalamu'alaikum..., ada apa Dan...?” (Dan maksudnya Komandan.)

"Wa'alaikumsalam.., ada truk yang masuk jurang tadz.”

“Kapan kejadiannya?”

“Persisnya belum ada yang tahu, mereka rombongan 3 truk dari Medan ke Cirebon. Kemudian bongkar muat barang disana dan langsung menuju Bandung. Dari Cirebon memang tidak berbarengan, tapi mereka berjanji tuk berkumpul lagi di Tanjung Sari. Nah.. kedua temannya ini sudah berkumpul disana sejak jam 7 pagi. Merekapun heran kenapa si korban yang jalan duluan ini belum sampai, mereka tunggu sampai jam 12 siang tadi. Nah singkat cerita ditemukanlah jejak roda yang mengarah ke jurang di ujung tanjakan ini. Melihat TKPnya mobil ini bergerak mundur. Mungkin tidak kuat menanjak.

“Korban sudah dievakuasi”?

“Pengemudi sudah ditemukan tewas terjepit, dan sudah di evakuasi. Hanya saja, menurut rekan-rekannya, dia berdua dengan kernet/kenek. Dia yang masih kita cari, apakah dia keluar menyiapkan ganjal ketika menanjak, lalu kabur ketika truk ini mundur tak tertahankan dan jatuh kejurang, atau dia tetap berada didalam truk dan terpental keluar, sebab posisi truk tertahan 2 pohon besar”

“Kenapa supirnya tak berusaha keluar ketika truknya mundur Dan”?

“Dari jejak roda belakang yg merapat ke pohon besar dipinggir jalan itu, sepertinya si supir sudah berusaha membenturkan bak belakangnya ke pohon tadi agar laju truk tertahan. Tapi sepertinya dia juga berusaha mengerem sehingga pada posisi seperti itu dan dengan muatan seberat itu, maka roda depan agak terangkat dan lepas kendali, hingga mobil tidak berbelok mengarah ke pohon tapi melaju lurus kejurang.”

“Innalillahi wa inna ilaihi raajiuun... semoga keluarganya tabah mendengar musibah ini”

“Oh yaa ustadz, bicara soal keluarganya, ada hal yang membuat saya terharu dan sempat meneteskan air mata. Pada waktu korban ditemukan, dia masih menggenggam kertas yang kelihatannya belum lama dia tulis. “ Polisi itu terdiam sejenak menahan haru, kemudian melanjutkan.

“Rupanya korban tidak langsung tewas pada saat itu juga, ia masih sempat menulis wasiat berupa pesan untuk istrinya, awalnya saya juga bingung bagaimana dia bisa menemukan kertas dan pena tuk menulis, ternyata itu dia dapatkan dari bekas wadah sarung yang berisi surat-surat kendaraan lengkap yang dia ikat pada penghalang cahaya diatas kepalanya” (kelengkapan yang ada dipojok kanan atas setiap kendaraan, yang bisa dilipat/diputar dan berguna untuk mereduksi cahaya matahari yang mengarah langsung ke mata pengemudi).

“Dan, karena saya bukan petugas saya mungkin tak boleh tahu apa isi surat yang membuat komandan menitikkan air mata, apakah bisa diceritakan kembali apa poin dari isi pesan surat itu?”

“Ustadz... tak ada yang rahasia saya kira dari isinya malahan bagus untuk kita, surat itu sudah saya titipkan pada teman satu kampungnya sesama supir agar disampaikan pada istrinya, tuuh... teman-temannya sedang duduk warung itu, mari saya antar.” 

Kami berdua menuju tempat yang ditunjuk itu. “Boleh kami pinjam sebentar surat itu...?”, sapa petugas pada teman korban.

“Silahkan pak, saya punya banyak teman pengemudi yang meninggal karena kecelakaan dijalan, saya sedih tapi tak pernah meneteskan air mata seperti sekarang ini.” Kata teman korban sambil serahkan surat itu ke saya.

Cadas Pangeran ketika longsor (sebelum pelebaran jalan)

Aku yang sudah tak sabar, terpaksa memotong cerita ustadz. “Apakah ustadz masih ingat isi pesan dari surat yang ustadz baca kemarin itu?”

“Suratnya cukup panjang, secara persisnya tentu saya tidak hafal tapi poinnya saya ingat. Tapi jangan khawatir, kemarin saya ijin kepada petugas untuk meng’copy’ surat itu yaa... untuk kebutuhan dakwah saya jugalah...”  kata ustadz tersenyum.

Aku tak tahu harus gembira atau terharu mendengarnya. Yang jelas aku tersentak kaget bercampur senang ketika, ustadz memanggil seseorang.

“Neeeng....!”

“Raraaaa..... !” (belum ada jawaban)

“Zahraaaa... !” teriak ustadz agak keras

“Iya abaah..., maaf tadi Rara di dapur” jawab suara dari dalam rumah lembut.

Aku yang sedari tadi miris dan tegang mendengar cerita ustadz, menjadi plooong, lega, kembali relax rasanya seluruh persendian ini. Sepertinya aku baru saja diurut selama dua jam.

“Tolong bawa surat foto copy-an yang kemaren neng....,” kata ustadz dengan suara yang tidak lagi keras. Sementara aku bersiap-siap dengan kejutan selanjutnya, menatap wajahnya.

“Saya biasanya ngobrol pake bahasa sunda sama Rara, tapi kalau ada tamu yang kurang faham bhs. Sunda, yaa pake bahasa Indonesia saja.” begitu kata ustadz sambil menunggu. Sebelumnya aku memang bilang kalau aku kurang faham bhs. Sunda.

“Yang ini abah...”, kata suara lembut dan manja yang baru saja muncul di depan pintu, sambil menunjukan secarik kertas yang sedikit menghalangi wajahnya..  

Aku tidak tertarik dengan kertas yang diacungkannya meski kertas itu yang dari tadi kutunggu, justru risau kenapa kertas itu menghalangi sebahagian wajahnya... dia berjilbab putih dengan gamis biru atau ungu belum jelas.

“Yaa betul.... bawa kesini neng..,”

Hahaaii.... ustadz tau aja apa mauku. Rara berjalan pelan ke arah abahnya dan kertas itupun tak lagi menutupi wajahnya...Subhanallah.... sulit kugambarkan kecantikannya kalau si Neneng tadi nilainya 7, maka yang ini mungkin 8. (Kalau sekarang..., wajahnya itu mirip sekali dengan artis Meyda Sefira pemeran Husna di film KCB.)
Kali ini nasehat ayahku terbukti..”kalau cari pendamping yang shalehah maka carilah di mesjid jangan di bioskop” sayangnya aku memahami nasehatnya secara tekstual ‘apa-adanya’, sehingga aku sering berargumen  dengan canda ‘disana ngga ada wanita yang kudamba yang ada ibu-ibu pengajian plus nenek-nenek yang sudah bau tanah.’ Biasanya ayahku cuma tersenyum menanggapinya.

“Ini abah..., “ tiba-tiba neng Rara sudah berdiri di dekatku kemudian diduduk bersimpuh disebelah abahnya.

Kali ini aku benar-benar mati kutu.., abahnya  duduk tepat berhadapan denganku bagaimana mungkin aku menatap nakal putrinya yang super geulis ini. Sesekali aku memang berusaha curi pandang mojang yang "hobby" menunduk ini sambil kuingat-ingat lagi pesan ayah, kalau mau lihat wajah asli wanita, lihatlah ketika ia baru bangun tidur (maksudnya sebelum bersolek). Si Rara yang bersimpuh disebelah abahnya dan menghadap kearahku ini nampak baru terkena air wudhu saja, tak ada polesan apapun diwajahnya, benar-benar natural. Kalau dalam kondisi seperti ini saja sudah mampu meruntuhkan hatiku entah bagaimana kalau dia sudah berdandan, rontok mungkin jantungku.  

“Kenalkan ini kak Ahmad dari Jakarta”, kata ustadz ramah, menghalau lamunanku

Terus terang aku ragu di tempatku untuk kenalan yaa.. biasa saja berjabat tangan, tapi inikan didepan ustadz yang juga abahnya, ditambah lagi adat sunda biasanya sekedar merapatkan telapak tangan dan mendekatkannya saja tanpa sentuhan bagi yang bukan muhrim. 
Lalu yang mana yang biasa berlaku disini?
Kulihat neng Rara merapatkan kedua telapak tangannya dan dengan sigap akupun mengikutinya tangan kamipun berdekatan mungkin kurang dari 2 cm jaraknya “Zahratunnisa”, katanya pelan.
Kupikir toh dia sudah tau namaku, maka aku cuma pasang senyum sambil bergumam “ustadz please..... salaman biasa aja deh...”

“Kamu mau bacain ceritanya disini neng...,” tanya abah

“Iyalah.... neng aja deh yang baca... ,” aku menimpali sok akrab.

“Ngga ah.. Rara malu takut nangis disini” jawabnya manja.

"Tapi emang semalam Rara nangiskan waktu habis baca ini?" kata si abah menggoda putrinya

Entah pantulan cahaya mentari yang mulai muncul atau memang dia malu digoda abahnya, kulihat wajahnya merona...dihias sungging senyumnya.. Oooh... rasanya pemandangan Sun Rise di gunung Bromo pun tak seindah ini. Mungkin takut digoda lagi Rara segera beranjak pamit:

“Abah..., kak...,  Rara masuk dulu yaa... temenin umi masak”

“Manggaa... neng...,” jawabku sambil mengiringi langkahnya dengan kerling mataku, sementara abahnya cuma mengangguk.

“Silahkan kalau mau dibaca dek, biar saya bereskan ini dulu” kata ustadz sambil mengangkat gelas kopi yang kosong sementara dipiring yang masih tersisa 2 comro, tak diangkatnya. Aduh ustadz kenapa nggak Rara aja yang beresin tadi sekalian kata hatiku. Rupanya itu cuma alasan saja agar ustadz tidak mengganggu kekhusyukanku membaca.  

Kuharap dua comro tersisa buatan Rara ini cukup memupus bayangan wajahnya yang bermain diatas kertas yang akan kubaca. Akupun membalikan badan ke arah kiblat karena khawatir Rara mengintip dan melihatku menitikkan air mata.

Bismillahirrahmanirrahim....
Akupun mulai serius membaca dan merasakan jika aku yang jadi supir truk itu dalam kondisi kaki yang remuk terjepit, darah bercucuran dan sakit tak terperi. Tak ada orang yang tahu apalagi berusaha menolong. Sementara tangan berusaha menggapai kertas dan pena demi pesan terakhir yang akan dia kirim pada istri tercintanya yang beribu km jaraknya.
Betapa dalam dan agung cinta yang dapat mengalahkan semua rasa sakit itu.

Inilah isi surat itu:

Tak ada orang yang ingin menulis surat dalam kondisi seperti ini, tapi aku cukup beruntung memiliki kesempatan untuk mengatakan apa yang sering lupa kukatakan. Aku mencintaimu sayang...

Kamu sering berkelakar bahwa aku lebih mencintai truk dari pada kamu karena aku lebih banyak menghabiskan waktu dengannya. Aku memang mencintai mesin ini – ia baik padaku. Ia menemaniku dalam masa yang sulit di tempat yang sulit. Aku selalu dapat mengandalkannya dalam perjalanan panjang dan ia dapat melaju cepat. Ia tak pernah mengecewakanku.

Tapi tahu tidak? Aku mencintaimu karena alasan yang sama. Kamu juga selalu menemaniku diwaktu yang sulit di tempat yang sulit.

Ingat truk kita yang pertama? Truk rongsokan yang selalu membuat kita bangkrut. Tapi selalu mengumpulkan cukup uang untuk kita makan. Kamu harus mencari pekerjaan supaya kita dapat bayar sewa rumah dan bon tagihan warung. Setiap rupiah yang kuhasilkan dipakai untuk truk, sementara uangmu memberi kita makanan dan atap untuk bernaung.

Aku ingat, aku pernah mengeluhkan truk itu. Tapi aku tak pernah mendengarmu mengeluh waktu pulang kerja dengan lelah. Aku bahkan meminta uang darimu untuk pergi lagi. Seandainyapun kamu mengeluh, mungkin aku tak mendengarnya. Aku terlalu terlena oleh masalahku sendiri sehingga tak pernah memikirkan masalahmu.

Aku memikirkannya sekarang, semua yang kau korbankan untukku, pakaian, liburan, teman, keluarga.  Kamu tak pernah mengeluh dan entah bagaimana aku tak pernah ingat untuk berterima kasih padamu untuk semua pengorbanan itu.

Saat aku duduk minum kopi bersama teman-teman, aku selalu membicarakan trukku, kendaraanku, pembayaranku. Rupanya aku lupa bahwa kamu adalah mitraku meskipun kamu tak berada bersamaku.
Pengorbanan dan keteguhan hati darimu dan dariku jugalah yang akhirnya membelikan kita truk baru. Aku begitu bangga dengan truk itu hingga rasanya ingin meledak. Aku bangga akan dirimu juga, tapi aku tak pernah mengatakannya. Aku menganggap kamu pasti sudah tahu, ketika aku lupa mengatakannya. Bertahun-tahun selama aku mendera aspal, aku selalu tahu do’amu mengiringiku. Tapi kali ini do’a itu tidaklah cukup. Aku cedera parah sayaaang....

Ini perjalananku yang terakhir dan aku ingin mengatakan semua yang harusnya kukatakan sebelumnya. Hal yang terlupakan karena aku terlalu sibuk dengan truk dan pekerjaan. Aku memikirkan ulang tahunmu dan ulang tahun pernikahan kita yang terlupakan. Acara anak kita disekolah dan undangan resepsi teman yang kau hadiri sendirian karena aku sedang di jalanan. Aku memikirkan malam-malam sepi yang kau lewatkan seorang diri, bertanya-tanya dimana aku berada dan bagaimana keadaanku. Aku memikirkan semua saat aku ingin meneleponmu sekedar menyapa, tapi tak pernah jadi.

Aku memikirkan perasaan ku yang damai karena tahu kamu berada dirumah bersama anak-anak menungguku. Tiap kali ada acara keluarga, kau selalu harus menghabiskan seluruh waktumu untuk menjelaskan kepada keluargamu mengapa aku tak dapat hadir. Aku sibuk mengganti oli, aku sibuk mencari onderdil, aku sedang tidur karena harus berangkat pagi esoknya.
Selalu ada alasan, tapi rasanya alasan itu sekarang menjadi tidak penting.

Waktu kita menikah, kamu tak tahu cara mengganti lampu, tapi setelah beberapa tahun kamu malah tahu bagaimana cara memperbaiki genteng, sementara aku dipelabuhan menunggu muatan. Kamu menjadi montir yang cukup baik, membantuku memperbaiki kerusakan. Dan aku bangga sekali akan dirimu saat aku masuk kehalaman dan melihatmu tidur dimobil menungguku.

Apakah itu jam dua pagi atau jam dua siang kamu selalu kelihatan seperti seorang artis bagiku, kamu cantik sekali. Mungkin aku tak mengatakannya akhir-akhir ini tapi kamu memang cantik. Aku banyak berbuat kesalahan dalam hidupku, satu-satunya keputusan terbaik dalam hidupku adalah ketika aku memutuskan tuk melamarmu.

Kamu tak akan bisa mengerti apa yang menyebabkan aku terus mengemudikan truk, sebenarnya aku juga tak mengerti. Tapi itulah cara hidupku.

Masa susah, masa senang kamu selalu ada, aku mencintaimu sayang.... dan aku mencintai anak-anak. Tubuhku sakit..... tapi hatiku jaaaauhh.. lebih sakit karena kamu tak  hadir saat aku mengakhiri perjalanan ini.
Untuk pertama kalinya sejak kita bersama, aku benar-benar sendirian.... dan aku takut.......
Aku sangat membutuhkanmu dan aku tahu sudah terlambat.
Lucu juga yaa..ternyata yang bersamaku mengakhiri perjalanan hidupku sekarang adalah truk ini. 
Truk terkutuk ini yang mengatur hidup kita begitu lama ternyata truk ini tak dapat membalas cintaku.
Hanya kamu yang bisa.... kamu beribu km jauhnya, tapi aku merasakan dirimu bersamaku disini maniiis..

Aku dapat melihat wajahmu dan merasakan cintamu...
dan aku takut melakukan perjalanan terakhir ini sendirian.....
katakanlah pada anak-anak bahwa aku sangat mencintai mereka
dan jangan ijinkan mereka bekerja sebagai supir truk.

Mungkin cuma ini bidadariku.....
Ya Tuhan..... aku benar-benar mencintainya...

Jagalah dirimu dan ingatlah selalu bahwa aku mencintaimu melebihi segala yang ada dalam hidupku.
Aku cuma lupa mengatakannya..... maafkan aku sayaaang.......

Tuhan.... ampuni aku... jaga keselamatannya untukku.... biarkan kami bertemu disurga-Mu

Aku.... yang begitu mencintaimu.

=======================================================================

Cahaya matahari mulai berjalan merambat di karpet hijau mendekatiku,
seolah ingin mengintip apakah aku dapat merasakan kesedihan yang sama.
Aku memang belum berkeluarga tapi ketika kubayangkan bahwa supir itu adalah aku
dan Rara beserta anak-anak dengan setia menungguku nun jauh disana....
tak bisa kubendung airmata ini.

Rara... kalaupun kita ditakdirkan bersama, bisakah aku memiliki cinta seagung itu?
cinta yang mengalahkan derita,
cinta yang mengalahkan rasa sakit tak terperi.
cinta yang masih terkait meski ajal datang menjemput,
cinta yang tak pernah terucap tapi tertancap jauh dilubuk hati.
Ku akui Rara, cintaku baru sebatas kata entah cinta macam apa yang ku punya.
Begitu cepat ia hadir secepat ia pergi.
Seperti nasehat ayahku, sebaiknya aku memantaskan diri dulu untukmu,
agar Allah memilihku untuk mendampingimu kelak.

Yaa Rabb.... aku akan belajar mencintai-Mu dengan tulus.
Sehingga Kau ijinkan aku... miliki cinta yang agung
yang kan kuberikan pada siapapun pendampingku
termasuk jika Kau pilihkan Rara untukku.


Terima kasih abang supir truk...
aku telah belajar banyak darimu, aku janji kan mampir ditempat perjalanan akhirmu nanti, 
dan berdo'a untuk mu disana.

Jakarta, 161111
AS


(Sebenarnya masih panjang kisah perjalanan ini, tapi berhubung ku letakkan di Label Cerpen, terpaksa dibuat per-segmen. Jadi, sampai jumpa di Thema yang sama dengan Judul yang berbeda)