Kamis, 16 Juni 2011

BAGIMU NEGERI dan TERLANTAS

 ( 2 judul puisi yang diikutkan dalam Antologi Puisi dengan tema Korupsi )

BAGIMU NEGERI

Tajam sepak terjang cakrawala
Menyulutkan bising pesing dari bibir para penjuru bumi
Meluluh lantakkan dedaunan di kaki lima
Pecah dan membelah,
Ditelan abu dan jalanan

Menangis atap dusun yang mulai rubuh
Ditelan halilintar yang beroda dan lapar
Menghimpit rumah kumuh yang sempit dan sakit
Demi tertanam kokoh para pohon-pohon raksasa
Menjulang
dan
berbintang lima

Penguasa
Engkau dimana?
Jerit tangis busung lapar,
adakah kau dengar?
Isak tangis sang ibu,
terkapar dalam gerobak yang terbakar,
Tidakkah terdengar?

Menangis ibu pertiwi
Demi sepenggal janji dan janji
Saat kampanye pemilu tempo hari
Tiada arti

Janji demi janji
nyaring dan terus berbunyi
Terus dan hanya nyaring bunyi
Namun tak jua tertepati

Lalu korupsi
Slalu tampak hanyalah korupsi, korupsi dan kolusi
Bagimu negeri

oleh Diah Maharani pada 13 Maret 2011 jam 20:11


Antara Puisi, Diah Maharani & Potret Negeri :

PEDULI... satu kata itu yang terbersit dibenak admin ketika pertama kali mengenal adik yg satu ini. Dia bukan cuma pandai memotret dengan kerling matanya sebagai hobby tapi juga piawai memotret kondisi negeri dengan mata hati tuk kemudian dia gaungkan lewat puisi.
Lihat saja ciri puisi yg bermuara dari hati, mengalir ringan -bak curhat pd kekasih- tapi tajam mencakar nalar menohok hati.
Jika sahabat tanya apakah mungkin misi puisi sampai kehati?   
Admin hanya bisa 'answer that question with a question'  Apakah penguasa dusta masih punya hati?  Itu sebabnya admin katakan 'mencakar nalar' - itupun kalau mereka masih menyimpan nalar. ("Hai admin.... kapan dikenalinnya...!", kata perjaka di pojok sana dah ga sabar.  He he he... "sabar bro.. 'kan ada bahagia di akhir cerita", jawab admin sekenanya)

Coba cermati puisi lainnya berikut ini:

TERLANTAS

Terseok langkahmu
Mengitari  jalanan ibukota yang membusung
Bersimbah peluh dan bermandikan terik mentari

Itu dulu
Saat kau kayuh tungkai kaki yang rapuh
Bersama gerobak usang dipematang
Saat masih sederhanamu

Kini,
Kau bergegas
Menjajaki kursi bertahta di seantero gedung yang menjulang
Bermandikan kilatan cahaya dari pundi-pundi emas dan uang
dalam kurun waktu yang sekejap dan mengerjap

Bermodalkan ijasah yang kau dapat dari uang pelicin,
Kaupun menjadi pemimpin
Seludup menyeludup berkas terlarang para dewan-dewan terpimpin

Kau beranikan diri balaskan dendam,
Pada rasa miskin yang pernah kau cicipi dikehidupanmu kemarin

Kini
Pundi-pundi emas batangan dalam sedetik telah tersimpan
Tertumpuk di antara seantero saldo-saldo bank dan persero

Tak jua habis jerih singkatmu walau terlarang
Seratus turunan, kau pikir hidupmu akan terus tenang

Tak peduli pada mereka yang menghujatmu
Tak peduli pada mereka yang merugi karenamu
Pada amarah rakyat kecil dan teman-teman semasa kecil,
Kau bilang “Biar, biarlah! Aku tak peduli”

Tapi pada siksa neraka dan kobaran laharnya,
Melumat tubuh dan harta bendamu dalam sekejap
Membakar raga dan menjadikan sanak dan keluargamu tertekan jiwa
Hidup tak tenang dan matipun enggan
Rasalah!

Pulang,
Pulanglah!
Kembalikan hak mereka yang tlah kau curi
Hentikan segala gerak dan kebiasaan korupsi
Murka atas nama ayah dan ibumu terus menanti

Bersihkan hati dan berhanguslah mulai sekarang
Sebelum Tuhan semakin berang!

oleh Diah Maharani pada 13 Maret 2011 jam 20:11

Catatan admin tentang Diah Maharani:

Jangan protes yaa.. kalau admin memasang dua fotonya disatu entri. Sesuai thema -dari admin- 'Memotret Negeri' sebenarnya pilihan admin jatuh pada foto pertama (diatas) tapi kalau itu-saja- yang dipampang, maka akan banyak pemuda yang cemburu pada kamera yang telah menutup setengah wajah ayunya. ("Setuju.....", kata yg lg 'melototin' laptop sambil acungkan 2 jempolnya).

Diah... itu nama panggilannya, lahir di Padang, 23 Feruari 1986. Tidak seperti puisinya yg terkesan 'gahar', si none yang sekarang tinggal di Jakarta dan punya hobby baca, corat-coret jg jeprat-jepret ini -ternyata humoris, mungkin karena sukanya nonton OVJ yaa... jadi ketularan Sule. Orangnya santun, mudah bergaul agak sedikit manja tapi juga kreatif dan smart karenanya dia berhasil meraih gelar S1-nya di UIN SYAHID JAKARTA tahun 2005.  Sikap sabar dan empati/peduli nya akan orang lain bukan cuma ia goreskan lewat puisi tapi juga dibuktikan di YKAKI (Yayasan Kanker Anak Indonesia) tempatnya bekerja.

Lebih penting lagi ia pandai menjaga diri karenanya ia cantumkan kata 'menikah' di akun FBnya "biar ga ada yg iseng k', begitu kilahnya. Pada admin, d' Diah berterus-terang "sebenarnya d' masih single k'....", tulisnya singkat, semoga adikku ini segera menemukan 'Imam-nya' (kalau bisa sekalian yg pantas jd 'model' jeprat-jepretnya he..he..he)

Tetap istiqomah dengan kreasi dan tugas muliamu Diah...agar Allah lebih sibuk lagi menggelontorkan pahala bagi hambanya yang bekerja tuk sesama demi Dia.... "Khairunnaas anfa'uhum linnaas"

NB:
Alhamdulillaah...... sepertinya do'a admin dan teman-teman diperkenankan Allah...
Pada tanggal 15 Juli jam 20:41 melalui BlackBerry de' Diah menulis begini:

Bismillahirrohmanirrohim Asslamu'alaikum.wr.wb. Dg memohon rahmat dan ridho Allah SWT,kami bermaksud menyelenggarakan resepsi pernikahan pd:Hr: sabtu,16 juli 2011Pkl: 10.00 s/d selesai.Alamat: Petamburan 1 tanah abang. Gg nazar. masjid jami alihsañ. Mohon doa restu. Diah Maharani.S.pd. Abdul Azis.S.Sos
  
Selamat yaa... de' Diah Maharani & de' Abdul Aziz.. baarakallahu lakuma.. wa jama'a bainakuma fii khairin.. admin doakan rumah tangga kalian senantiasa sakinah mawaddah wa rahmah.. Aamiin...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar