Selasa, 02 Agustus 2011

Tantangan Ramadhan Kami: Homeschooling!

(Ini adalah catatan Ramadhan terbaru "Icha" di Norwegia, sebuah note yang bernilai plus karena memaparkan upaya gigih seorang ibu dalam mendidik putranya di waktu libur. Semoga bermanfaat)

Fatih (4 tahun) yang sedang belajar di rumahnya
Ramadhan kali ini sangat menyenangkan sekaligus penuh tantangan. Menyenangkan karena aku dan Fatih mulai libur sejak awal Ramadhan. Untuk sementara aku tak perlu mondar – mandir antar jemput dia ke TK-nya, sekaligus bisa berkonsentrasi penuh pada amaliyah Ramadhan. Dia pun bisa beraktivitas di rumah dengan pengawasan sepenuhnya dariku (Ayahnya ’kan sibuk bekerja di kantor).

Tantangannya adalah ini pertama kali aku mencoba menerapkan full homeschooling alias sekolah di rumah untuk anak semata wayang kami.

Setahun belakangan aku memang sudah mulai mengajarinya dasar – dasar keagamaan, seperti beberapa surat pendek Al Qur’an, Rukun Islam, Syahadat, dan budi pekerti Islami. Maklumlah, aku tak bisa berharap banyak dari sistem pendidikan dini di negara ini. Menurutku, kalau situasi luar tidak kondusif, aku harus berusaha menciptakan situasi kondusif di rumah. Selain itu, aku berprinsip bahwa nilai – nilai keagamaan dan moral harus dimulai dari rumah, oleh orang tua.

Nah, beberapa minggu sebelum Ramadhan tiba, aku berpikir dan berdiskusi dengan suami untuk memberikan pendidikan dasar kepada Fatih, yang mencakup mengenal angka dan huruf, kemudian berhitung dan membaca, juga melanjutkan pendidikan Islam, di rumah. Dasar pemikiranku adalah, aku yakin aku mempunyai kemampuan dan semangat untuk mengajari anakku ini. Selain itu, alangkah sayangnya waktu libur si anak kalau hanya dihabiskan dengan menonton TV atau bermain yang kurang terarah.

Lebih jauh lagi, aku ”tak sabar” dengan sistem pendidikan dasar Norwegia di mana anak baru secara resmi mulai diajari mengenal angka dan huruf di sekolah dasar (saat anak berusia 6 tahun). Aku berpikir, mengapa tidak mencuri start dan mulai mengajarinya sekarang? Apalagi dari berbagi pengalaman dengan teman – teman di Indonesia dan Malaysia, rata – rata anak usia 4 tahun ke atas di sana sudah pandai membaca dan berhitung, bahkan mulai lancar mengaji!

Jadi, dengan berbekal informasi dari teman, buku dan internet, aku mulai menyusun ”kurikulum” homeschooling yang sudah kuubahsuai dengan kondisiku dan si kecil. ”Kurikulum” alias jadwal beres, bukan berarti tugas selesai. Justru di sinilah tantangan sebenarnya. Berusaha untuk konsisten dan tetap menjaga semangat belajar sesuai jadwal ternyata bukan hal yang mudah. Belum lagi menghadapi mood anak yang secara alamiah masih ingin lebih banyak bermain daripada belajar. Kesabaranku sebagai seorang ibu dan guru privat betul – betul diuji. Sang guru harus berpikir dan bekerja ekstra keras agar proses belajar mengajar ini bisa berjalan lancar tanpa membuat bosan, tapi ”target” tetap tercapai. Siapa bilang jadi guru itu mudah?

Memasuki hari kedua Ramadhan, alhamdulillah kami masih bisa konsisten pada si jadwal. Mudah – mudahan bisa begitu seterusnya hingga tiba waktu mudik ke Indonesia. Nanti di Indonesia jadwalnya lain lagi. Aku berencana tetap mengajarinya apa yang sudah kuajarkan di sini sewaktu kami berlibur nanti. Setidaknya 1 jam setiap hari dialokasikan untuk belajar. Jangan sampai sepulang liburan nanti semua pelajaran yang sudah tersimpan di otak Fatih lenyap tak berbekas karena baik murid maupun gurunya sama – sama terlena :-).

Fatih and His Viking Friend, taken at  Espira Barnehage, Haugesund
Berikut ini adalah jadwal hariannya selama Ramadhan:

Jadwal Homeschooling Ramadhan Fatih (1-16 Agustus 2011)

07.00 – 09.00: Bangun, Mandi, Sarapan
09.00 – 10.00: Belajar sepeda roda dua; ke taman kompleks
10.00 – 11.00: Belajar: Baca*; Berhitung**
11.00 – 13.00: Bebas" (main apa saja boleh, tanpa TV)
13.00 – 14.00: Makan siang
14.00 – 16.00: Tidur siang
16.00 – 17.00: Belajar: Ngaji***
17.00 – 18.00: Bebas"  (boleh nonton TV, maksimal 30 menit saja)
18.00 – 19.00: Makan malam
19.00 – 20.00: Belajar: Baca; Berhitung
20.00 – 21.00: Belajar: Ngaji
21.00 – 21.30: Nyanyi****
21.30 -          :  Tidur (disertai dongeng pengantar tidur*****)

Menurut pendapatku, 4 jam belajar dalam sehari untuk anak seusia Fatih (4 tahun) cukup masuk akal. Toh diselingi juga dengan banyak waktu untuk bermain, dan sedikit waktu untuk menonton TV (aku termasuk ibu yang berpandangan bahwa terlalu banyak TV membuat anak jadi malas. Buku jauh lebih baik). Aku mengijinkan Fatih untuk menonton TV agar bahasa Norwegia-nya tidak hilang selama liburan, karena kami di rumah 95% berbahasa Indonesia.

Mudah – mudahan sedikit pengalaman yang kubagi ini bisa diambil manfaatnya oleh teman – teman yang berminat memberi pendidikan anak usia dini di rumah. Tentu saja aku akan sangat menghargai dan berterima kasih apabila ada saran dan masukan dari pengalaman kalian semua.



Catatan:

*Baca: Fatih sudah hafal 29 alfabet Norwegia (26 alfabet latin plus huruf khas Norwegia: ø, æ, å). Sekarang dia sudah mulai belajar merangkai huruf dan membaca dengan bantuan alat peraga seperti yang tampak dalam foto di atas.

**Berhitung: aku mengajarinya berhitung dalam dengan angka – angka dalam bahasa Norwegia, sebagai persiapan untuknya memasuki masa SD tahun depan. Alhamdulillah dia sudah mulai lancar berhitung (penjumlahan dan pengurangan) sampai 20 dengan metode mencongak yang kuciptakan sendiri. Dia juga sudah bisa menyebutkan angka dari 1 – 60 dalam bahasa Norwegia.

***Yang kuajari dalam pelajaran mengaji adalah hapalan surat – surat pendek Al Qur’an, Rukun Islam, Rukun Iman, doa – doa singkat, nama – nama Nabi & Rasul serta malaikat, juga kisah – kisah para Nabi & Rasul. Kisah favoritnya adalah kisah Nabi Adam, Nabi Yunus, Nabi Musa & Nabi Daud; karena banyak tentaranya, katanya :-).
Aku juga sudah mulai mengenalkan huruf hijaiyyah padanya, meskipun belum terlalu intensif.

****Nyanyian yang kuajarkan padanya adalah lagu – lagu Indonesia, seperti Indonesia Raya, Kasih Ibu, Indonesia Pusaka, Pergi Sekolah, Bintang Kejora, dan lain – lain. Ini jadi hiburan tersendiri untuk dia dan untukku juga :-).

*****Aku terbiasa mendongeng untuknya; baik membacakan dari buku, maupun dongeng karanganku sendiri. Menurutku kebiasaan mendongeng sejak anak berusia dini sangat bagus karena bisa mengembangkan daya imajinasi dan pikirnya.

 "Pada saat "bebas" ini sang guru bisa melanjutkan kegiatan "pribadi" seperti bebersih rumah, memasak, dan tadarrus Al Qur'an.

Pelajaran moral ceritaku kali ini: Kalau ingin anak rajin belajar, orang tua juga harus mau belajar! 

Salam...

oleh Savitry 'Icha' Khairunnisa pada 02 Agustus 2011 jam 20:59
Icha, suami dan putranya Fatih
Catatan admin:

Bagi sebagian orang liburan berarti lepas dari kesibukan apalagi jika bertepatan waktunya dengan Ramadhan. Tidak demikian halnya dengan Icha, ia bekerja dan berpikir keras tuk mengisi waktu luangnya ini dengan hal-hal yang bermanfaat bagi pendidikan putra sematawayangnya tanpa mengabaikan kekhusyukan amaliyah Ramadhannya. Dengan kata lain tak ada waktu yang terbuang di Ramadhannya selain tuk ibadah-bukankah tidurnya orang berpuasa saja bernilai ibadah?

Kegigihannya dalam menanamkan nilai-nilai kedisiplinan dan benih atau dasar-dasar religius pada putranya Fatih (terinspirasi Mehmet Al Fatih, pejuang Islam dari Ottoman), patut diacungi jempol. Banyak orang yang pandai menyusun program atau jadwal kegiatan -- di bidang apapun -- tapi gagal dalam penerapannya. Karena kunci dalam mendidik adalah ushwah, contoh atau teladan. Bagaimana mungkin kita berharap anak kita akan rajin beribadah atau belajar sementara kita orang tuanya malas melakukannya. Anak adalah lembar kertas putih yang polos, maka isilah dengan dasar keimanan (pengenalan akan Tuhannya), kecintaan, ketulusan dll. baru kemudian hiasi dengan ragam keilmuan untuk bekalnya kemudian.

Semoga catatan mba' Icha diatas, dapat  memotivasi kita untuk lebih giat dalam beribadah di bulan Ramadhan ini sekaligus menjadi pelajaran bagaimana seyogyanya orang tua bersikap dalam mendidik anak-anaknya.

Demikian catatan admin untuk tulisan diatas, semoga ada yang bisa kita petik darinya. Terimakasih untuk mba' Icha yang sudah mau berbagi pengalaman dan ilmunya, semoga ini dapat menjadi catatan kebaikan untuknya. Aamiin.....

Salam dari kami disini untuk keluarga dan sahabat di Norwegia, semoga dapat menunaikan ibadah puasanya dengan baik dan selalu dalam lindungan-Nya.

NB: Untuk sahabat pengunjung/pembaca blog yang ingin mengenal lebih dekat lagi dengan penulis, silahkan klik disini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar