Sabtu, 13 Agustus 2011

Sehelai Baju Koko


Lagi-lagi ini catatan Ramadhan beberapa tahun silam..namun kenyataan yang ada anak-anak di Ambon masih rentan dan kondisinya masih sangat memprihatinkan, mereka masih menjual kantong kresek (shopping bag) dipasar/kedai, menurut mereka jauh lebih baik daripada mengemis..kunjungan April lalu yaa belum ada perubahan dan tahun ini merekapun tetap mengharapkan bisa beli baju baru untuk Lebaran..

Syahdan...

Berkali kali aku gagal menelpon Ambon, kalau tidak kak Ipa yang sedang kepasar atau teleponnya sibuk bicara, sampai akhirnya aku berhasil berbicara dengannya.

"Afwan teteh..tadi kita masih dipasar kita juga mau berLebaran niih" gurau kak Ipa yang akhir akhir ini sibuk mengurus ifhtaran dan mendistribusikan zakat fitrah, hadiah lebaran dari sadaqah kepada para yatim, janda dan para dhuafa.

"Jadi limapuluh ribu itu dibelikan apa kak Ipa..? tanyaku dengan rasa penasaran.

" Mereka belikan baju Koko teh dan itu cuma atasannya saja. Kalau satu stel ya seratusan harganya " jawab kak Ipa.

" Terus bawahannya pake apa dong? aku tambah penasaran lagi,

" Ya pake sarung saja teh, itupun mereka senang yang penting mereka ke mesjid pake baju baru kan"' ahh.. jembar juga hatiku.

Hatiku mulai tersayat, fikiranku menerawang jauh, membayangkan diri ada bersama mereka, pergi kepasar Batu Merah atau Ampelas, di Ambon, belanja bersama mereka atau ..atau membawakan segoni baju dan sepatu sendal untuk yatim yatim itu.

Tapi nuraniku malah tersiksa karena aku tak mampu melakukannya, aku tengah menyesali diri, aku mengutuk diriku sendiri. Diri ini terdzalimi sendiri karena kabar tentang dana zakat itu begitu lambat disampaikan. Dana itu baru dikonfim Ahadnya, jadi Senin atau Selasa mereka baru mendapatkan bagian mereka. Kenapa tidak lebih dini, kenapa tidak lebih awal, kenapa tidak jauh jauh hari disiapkan??

Aku berusaha meredam rasa frustrasi dan kecewa ini.

Suara lengang..terputus sementara aku jauh mengkhayal berada disana, tiba tiba..

'Kalau anak anak asuh kita lumayan teh mereka bisa beli sepatu sandal baru. Dari uang tabungannya, habis mereka sepatunya sudah rusak sekali..' sambung ka Ipa, tambahan berita sungguh membuatku bungah.

" Masya Allah...seneng sekali mereka tentunya..? aku begitu eksiting.

" Ya tahun ini mereka senang sekali bisa pake baju baru dan sendal baru sedang ibunya bisa menyediakan kue lebaran serta ketupat dan lauknya..' terasa pula senyum kak Ipa dari tone nada suaranya.

Kak Ipa menerangkan tentang isi paket untuk ibu ibu janda ini sambil mengeluh juga bahwa daging lembu mahal sekali sampai limapuluh ribu per kilonya.

" Tapi teh saya merasa kasihan..ternyata masih ada ibu ibu yang belum kebagian, padahal rasa rasanya sudah saya bagi kupon, tapi rupanya ada yang tidak terdaftar. Tadi pagi ada 6 ibu datang kerumah, dibawa yatimnya, mereka minta bagian...wah saya tidak enak, karena memang dananya habis" kak Ipah mengeluh.

Kak Ipa mengatakan bahwa mereka harus menunggu sampai siang hari karena dananya belum ada dari Inggris, teman teman masih tunggu orang orang yang bayar zakatnya.

Ibu ibu janda pulang dengan tangan hampa. Kaki-kaki mereka terasa berat menelapak dan menyaruk tanah.Mereka tengah shaum pula. Kecewa. Tak terbayang betapa sumpeknya dada mereka, dirasakan, betapa berat menanggung rasa kecewa itu. Pahit dikatakann oleh kak Ipa dan pahit pula ditelan oleh para ibu janda. Namun masih tersisip sebersit harapan didada ibu ibu..dan pulanglah mereka ke gubug pengungsian...sambil berharap kalau disore hari mereka akan mendapat kabar gembira, mendapat secuil rejeki dari para pemilik hati...yang baru saja mentas menjalankan shaum mengharapkan kefitrian.

***

Yang anehnya tak ada rasa galau dari pihak kak Ipa, dia tengah menyiapkan semuanya untuk Lebaran yang dia sendiri baru kepasar pagi itu, hari Rabu itu. Konon pasar penuh sesak, penuh dan berdesakan, karena hampir setiap mereka berbelanja dihari yang sama. Sementara aku tengah bergelut dengan selaksa rasa duka...memikirkan ibu ibu yang belum mendapatkan bagian, membayang wajah wajah yatim yang tengah meringis..

"Ada sepuluh ibu janda yang menunggu ya..? Aku mulai mencoba lagi bertanya.

" Ya teteh sekitar sepuluh ibu.." jawabnya.

"Sebetulnya saya masih menunggu dana zakat fitrah lainnya, sedang dari KBRI biasanya baru terima di hari H-nya. Gimana kalau kita tambah satu setengah juta kak Ipa, tolong bagikan kepada mereka sekarang juga ya" aku membujuk kak Ipa. Kak Ipa setuju untuk segera memberikan dana itu bagi ibu janda yang belum menerima bagian.

Aku sudah membayangkan kesiapan suaminya untuk siap membawa amplop amplop berisikan dana zakat dengan motornya, pergi ke ruko ruko pengap atau kam kamp pengungsian. Suami yang senantiasa mensupport kegiatan istrinya dengan sepenuh jiwa dan raganya. Subhanallah semoga Allah mencurahkan rakhmatNya kepada mereka berdua.

" Kak Ipa... aku berjanji tahun depan untuk menyiapkan semuanya jauh lebih baik, lebih dini dan lebih giat mencari dana agar semua yang fakir bisa berbahagia di hari Lebaran..'

"Iya teteh..." suara kak Ipa sayup mengihlang, terselang oleh angin.

" Daah gitu aja ya kak Ipa ..Minal aidin wal faidzin salam untuk semua teman teman..".

Kumatikan telefon, lalu kudiam merenung...tiba tiba terasa seperti sebuah sembilu menyayat nuraniku, airmata menyeruak dari kedalaman hati yang mengharap kefitrian di penghujung Ramadhan ini. Aku tak sengaja untuk mengecewakan mereka. Aku menangisi betapa ibu ibu janda, para dhuafa yang jelata ini senantiasa dan sangat menyandarkan harapan pada kita kita ini.

Aku menyesali diriku karena tak mampunya aku, kita, untuk lebih me-intesifkan kerja, menyiapkan semuanya di jauh hari.dan lebih baik.

Setiap kita begitu sibuk, sibuk dengan dunia dan tugas masing masing, hampir tak ada waktu barang sekejapun, hampir larut dan hanyut dikesibukan kita sampai kita melupakan kewajiban kita, sampai kita baru melakukannya pada detik detik terakhir...

Mereka, para dhuafa, para fakir... sesungguhnya telah menolong kita untuk membersihkan jiwa, menggugurkan daun daun kesalahan dan khilaf kita, mengusap karat karat dosa lewat zakat fitrah, zakat maal atau sadaqah jariah kita. Padahal kita tahu sekali kita melemparnya maka mengalirlah hikmah dan manfaatnya untuk diri kita sendiri.

Dan sesungguhnya kitalah yang membutuhkan anak anak yatim. "Anak anak yatim mempunyai kedudukan istimewa si sisi Allah swt dan Rasulullah saw.."

***

Yatim di Acehpun telah menerima dana dan telah mereka belikan baju baru, mereka ke kedai-kedai di Banda Aceh bersama kakak asuh mereka.

Begitu juga Ternate, baru tadi malam mereka dapat kabar gembira bahwa para janda syuhada yang juga mengharap dan menanti lama, setidaknay mereka mendapatkan kebahagiaan yang sama walau cuma sepiring ketupat lengkap dengan sambalan, sedang anak-anaknya mendapatkan sehelai baju Koko baru.

***
 

Aku sudah tak sempat lagi memikirkan kue putri salju, kastangel, opor ayam, naastar, walau ketupat sudah siap dimakan dan dicoba tadi malam karena dikira 1 Syawal jatuh pada hari Rabu. Aku siap sholat Eid di Masjid Besar di Regent Park, London lalu berhalal bi halal di Hamstead, rumah Bapak dan Ibu Dubes yang konon baru tiba di London..

Limpahkan maaf & hampura bila ada kata kata yang tak berkenan...Selamat Lebaran



Detik detik akhir menggapai kefitrian.
London, Rabu 2 November 2005

Al Shahida

Catatan admin:

Ini memang catatan lama Teteh Nizma Agustjik, yang diterbitkan jelang Idul Fitri tahun 2005.

Tapi, bukankah tak ada kata terlambat tuk senantiasa mengajak pada kebaikan? Maka mengingat pentingnya pesan yang dibawa oleh sebuah NOTE ini yakni mengetuk hati para dermawan agar  mau berbagi dan bersedekah ( terlebih di bulan Ramadhan ini) maka sengaja catatan ini diterbitkan agak awal, agar yatim piatu, para janda dan fakir miskin dapat terbantu oleh mereka yang terketuk hatinya. Menarik sekali penekanan yang diberikan oleh Teh Nizma pada catatan ini,  Dan sesungguhnya kitalah yang membutuhkan anak anak yatim. "Anak anak yatim mempunyai kedudukan istimewa si sisi Allah swt dan Rasulullah saw.."  karena mengabaikan mereka juga berarti melalaikan kewajiban kita dan mengabaikan perintah-Nya. Yaa.. Rabb di bulan suci ini, sucikanlah hati kami, agar kami juga mau dan mampu mensucikan segala titipanMu termasuk harta yang Kau titipkan pada kami. Aamiin... 

Terimakasih Teteh Nizma, do'akan kami agar juga bisa berbagi dan bermanfaat bagi sesama melalui apapaun yang kami bisa, dengan apapun yang kami punya.

Bagi yang ingin mengenal penulisnya silahkan Klik Disini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar