Minggu, 21 Agustus 2011

BAGAIMANA BATHIN BERPUASA DAN TINGKATAN ORANG BERPUASA

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABAROKATUH

Dengan menyebut Asma Allah yang Maha pengasih dan Penyayang.


Saudara dan saudariku perindu Ramadhan yang dikasihi

Syukur Alhamdulillah semakin hari semakin kita mendekati pintu bulan keberkatan Yang dengan kemunculannya membuatkan Hati kita semua orang mukmin merasa bergembira dan tak sabar lagi untuk mengambil peluang semaksimal mungkin dibulan Ramadhan,demi mendapatkan Rahmat dan pengampunan Allah.

Sahabatku sekalian disini saya ada beri sedikit penduan tentang bagaiman seharusnya kita berpuasa dari menahan anggota tubuh dan bathin kita untuk menjalani ibadah puasa agar puasa kita diterima Allah aamiin

Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam bersabda maksudnya:
"Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan sesuatu, kecuali lapar dan dahaga saja!" (H.r. an Nasa'i, Ibnu Majah).

Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam bersabda maksudnya:
Apabila seseorang dari kamu berpuasa pada suatu hari, janganlah bercakap perkara yang keji dan kotor. Apabila dia dicaci maki atau diajak berkelahi oleh seseorang, maka hendaklah dia berkata, "Sesungguhnya hari ini aku berpuasa! Sesungguhnya hari ini aku berpuasa." (HR Bukhari dan Muslim)

Sebab itu saudaraku sekalian Imam Abu Hamid al-Ghazali dalam bukunya Ihya Al-'Ulumuddin telah, membahagikan puasa itu kepada 3 tingkatan:

1.Puasanya orang awam (shaum al-'umum):
menahan diri dari perkara yang membatalkan puasa seperti makan dan minum.

2.Puasanya orang khusus (shaum al-khusus):
Turut berpuasa panca indera dan seluruh anggota badan dari segala bentuk dosa.

3.Puasanya orang istimewa, super khusus (shaum al-khawasi al-khawas):Turut berpuasa 'hati nurani',iaitu tidak memikirkan sangat soal keduniaan, Jenis puasa demikian dianggap batal bila sampai mengingat perkara perkara duniawi selain Allah dan tidak untuk akhirat.Puasa yang dilakukan dengan mengingat perkara perkara duniawi adalah batal, kecuali mendorong ke arah pemahaman agama,karena ini merupakan tanda ingat pada akhirat,dan tidak termasuk pada yang bersifat dunia.

Sahabatku Pembahagian di atas memberikan kita semua umat Islam ruang untuk berfikir dan menelaah tingkat manakah mereka berada dan menjalankan puasa.

BAGAIMANA BATHIN BERPUASA ADA SYARAT UTAMANYA

Saudara dan saudariku yang dikasihi Allah.
Puasa khusus adalah jenis ibadah yang diamalkan sebagaimana oleh orang orang saleh. Puasa ini bermakna menjaga seluruh anggota tubuh manusia agar tidak melakukan sebarang dosa dan harus pula memenuhi keenam syaratnya:

1. MENJAGA PANDANGAN DARI YANG DI BENCI ALLAH
Suatu hal yang suci, menahan diri dari melihat sesuatu yang dicela (makruh), atau yang dapat membimbangkan dan melalaikan hati dari mengingat Allah.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
"pandangan adalah salah satu dari panah-panah beracun milik setan, yang telah dikutuk Allah. Barangsiapa menjaga pandangannya, semata mata karena takut kepada Nya, niscaya Allah swt. akan memberinya keimanan, sebagaimana rasa manis yang diperolehnya dari dalam hati. " (H.r. al Hakim, hadis shahih).

Jabir meriwayatkan dari Anas, bahwa
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
“Ada lima hal yang dapat membatalkan puasa seseorang: berdusta, mengurnpat, menyebar isu (fitnah), bersumpah palsu dan memandang dengan penuh nafsu."

2. MENEMUI ALLAH DENGAN RASA TAKUT DAN PENUH HARAP
Setelah berbuka puasa, selayaknya hati terayun ayun antara takut (khauf) dan harap [raja']. Karena siapa pun tidak mengetahui, apakah puasanya diterima sehingga dirinya termasuk orang yang mendapat karunia Nya sekaligus orang yang dekat dengan Nya, ataukah puasanya tidak diterima, sehingga dirinya menjadi orang yang dicela oleh Nya. Pemikiran seperti inilah yang seharusnya ada pada setiap orang yang telah selesai melaksanakan suatu ibadah.

3. MENJAGA PERILAHU ATAU SIKAP ( AKHLAQ )
Menjaga semua anggota badan lainnya dari dosa: kaki dan tangan dijauhkan dari perbuatan yang makruh, dan menjaga perut dari makanan yang diragukan kehalalannya (syubhat) ketika berbuka puasa. Puasa tidak punya arti apa apa bila dilakukan dengan menahan diri dari memakan yang halal dan hanya berbuka dengan makanan haram. Barangsiapa berpuasa seperti demikian, bagaikan orang membangun istana, tetapi merobohkan kota.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
"Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan sesuatu, kecuali lapar dan dahaga saja!" (HR. an Nasa'i, Ibnu Majah).

Ini ada yang mengartikan pada orang yang berpuasa namun berbuka dengan makanan haram. Tetapi ada pula yang menafsirkan dengan orang yang berpuasa, yang menahan diri dari makanan halal tetapi berbuka dengan daging dan darah manusia, dikarenakan mereka telah merusak puasanya dengan mengumpat orang lain. Lainnya lagi menafsirkan bahwa mereka ini berpuasa tetapi tidak menjaga anggota tubuhnya dari berbuat dosa.

4. MENJAGA UCAPAN ATAU LISAN
Menjaga lidah (lisan) dari perkataan sia-sia, berdusta, mengumpat, menyebarkan fitnah, berkata keji dan kasar, melontarkan kata kata permusuhan (pertentangan dan kontroversi); dengan lebih banyak berdiam diri, memperbanyak dzikir dan membaca [mengkaji] al-Qur'an. Inilah puasa lisan.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda:
"Jauhilah oleh kalian perbuatan dusta, karena dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu menggiring ke Neraka. Dan seseorang itu masih akan terus berdusta dan terus berdusta sehingga dicatat di sisi Allah sebagai pendusta." Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim. (Shahiih al-Bukhari (VIII/30)
Said Sufyan berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
"Sesungguhnya mengumpat akan merusak puasa! Laits mengutip Mujahid yang berkata, 'Ada dua hal yang merusak puasa, yaitu mengumpat dan berbohong."
Rasulullah saw. bersabda, "Puasa adalah perisai. Maka barangsiapa di antaramu sedang berpuasa janganlah berkata keji dan jahil, jika ada orang yang menyerang atau memakimu, katakanlah, Aku sedang berpuasa! Aku sedang berpuasa'!"
(H.r. Bukhari Muslim).

5. MENJAGA PENDENGARAN
Menjaga pendengaran dari segala sesuatu yang tercela; karena setiap sesuatu yang dilarang untuk diucapkan juga dilarang untuk didengarkan. Itulah mengapa Allah swt. tidak membedakan antara orang yang suka mendengar (yang haram) dengan mereka yang suka memakan (yang haram).

Dalam al Qur'an Allah berfirman Maksudnya :
"Mereka gemar mendengar kebohongan dan memakan yang tiada halal.(Q.s. 5: 42).

Demikian juga dalam ayat lain, Allah berfirman maksudnya :
"Mengapa para rabbi dan pendeta di kalangan mereka tidak melarang mereka dari berucap dosa dan memakan barang terlarang?" (Q.s. 5: 63).

Oleh karena itu, sebaiknya berdiam diri dan menjauhi pengumpat.
Allah berfirman dalam wahyu Nya, 'Jika engkau (tetap duduk bersama mereka), sungguh, engkaupun seperti mereka " (Q.s. 4: 140).

Sebab itu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda :
"Yang mengumpat dan pendengarnya, berserikat dalam dosa." (H.r. at Tirmidzi).

6. MENGHINDARI MAKANAN BERLEBIHAN
Sahabatku Berbuka puasa dengan makan yang tidak berlebihan, sehingga rongga dadanya menjadi sesak. Tidak ada kantung yang lebih tidak disukai Allah swt. selain perut yang penuh (berlebihan) dengan makanan halal. Dapatkah puasa bermanfaat sebagai cara mengalahkan musuh Allah swt. dan mengendalikan hawa nafsu, bila kita berbuka menyesaki perut dengan apa yang biasa kita makan siang hari? Terlebih lagi, biasanya di bulan puasa masih disediakan makanan tambahan, yang justru di hari-hari biasa tidak tersedia.

Rasulullah Shallallahu‘alaihi wasallam bersabda maksudnya:
“Sesiapa berbuka satu hari pada bulan Ramadhan tanpa ada rukhshah (uzur syarak) dan tidak juga kerana sakit, dia tidak akan dapat menggantikan puasa yang ditinggalkannya itu, sekalipun dia berpuasa seumur hidup.”
(Hadis riwayat Tirmidzi, Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).

Sumber
oleh Zubair IbnuAwwam As-Sabah pada 20 Juli 2011 jam 20:22


Tidak ada komentar:

Posting Komentar