Rabu, 17 Juli 2013

Ramadhan di Norwegia (6)

Edisi Sahur

Meskipun terkantuk - kantuk, akhirnya si bocah beringsut juga dari tempat tidurnya. Setelah kuusap wajahnya dengan air, dia langsung melek dan sedikit lebih cerah.

Demi menghidupkan suasana sahur yang sepi tanpa acara Sahur a la TV di Indonesia, aku dan ayah bergantian menceritakan pengalaman - pengalaman lucu tentang sahur ketika kami kecil dulu. Lumayan berhasil, matanya semakin melek.

Tapi kemudian si bocah berkata: "Bunda, aku mau kembali".
"Kembali ke mana?" tanyaku, seraya berpikir mungkin dia sedikit mengigau.
Ini jawabannya: "aku mau kembali ke kamarku. Abis sahur aku mau tidur, gak usah pakai sholat gak pa-pa ya Bunda?"
Wah... ini dia kesempatan emas bagiku untuk ceramah 
Lalu kujelaskan padanya, bahwa si bocah boleh kembali ke kamarnya untuk tidur, setelah dia menghabiskan makanannya, minum air yang cukup, sikat gigi, berwudhu dan sholat subuh.
Penjelasanku berikutnya adalah bahwa puasa tanpa sholat adalah sia - sia karena tidak akan dapat pahala kecuali lapar dan haus. Dalam Rukun Islam pun kedudukan sholat lebih tinggi dibandingkan puasa. Sebagai penutup, kutegaskan padanya bahwa orang puasa itu tidak boleh malas sholat atau malas - malasan, malah harus rajin...

Belum tuntas aku berbicara, dia langsung menyanyikan urutan Rukun Islam yang memang sudah dia hapalkan sejak kecil. Ayahnya tersenyum sambil manggut - manggut. 

Sekarang dia sudah betul - betul terisi baik jiwa dan raganya. Semangkuk corn flakes, sebuah pisang cavendish dan segelas kecil air pun sudah dia tandaskan. Sholat subuh berjamaah sudah ditegakkan. Akhirnya sambil membaca doa tidur, dia merapatkan selimut yang memang sudah dia nantikan sejak tadi.

Niat hari ini dan hari - hari berikutnya adalah berpuasa sampai masuk waktu dhuhur. Semoga Dia mudahkan segalanya bagi si bocah.

Untuk para sahabat, semoga kita semangat kita untuk mengajarkan nilai - nilai kebaikan kepada anak - anak kita tak pernah padam. Seperti halnya semangat Luqman yang saleh, atau Bunda 'Aisyah, Bunda Fatimah kepada anak - anaknya, dan tentunya junjungan kita tercinta Rasulullah, Salallaahu 'Alaihi Wasalaam. Insya Allah bisa ya? Meskipun tidak akan sesempurna para panutan itu, setidaknya tetap berusaha untuk menjadi benteng dan pondasi terkuat bagi generasi penerus kita, aamiin... — bersyukur 


Haugesund, 14 Juli 2013

* Bagi rekan yang ingin mengenal lebih dekat dengan penulisnya, silahkan klik  disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar