Senin, 19 Desember 2011

HEDONISME ANGGOTA DPR

(Tulisan ini pernah dimuat di Harian Pikiran Rakyat Kamis, 17 Nop 2011, Kolom Opini Halaman 26)

Oleh: Achmad Mudrikah 

 

Hedonisme –atau pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin– dari para anggota  DPR saat ini sungguh tak dapat dianggap sepele. Di era transparansi saat ini, tak dapat dipungkiri bahwa apapun yang kontras apalagi bertolak belakang dengan kondisi masyarakat luas, harus siap menerima kritik dan cercaan. Lalu mengapa (seolah-olah) DPR saja? Mengapa para pejabat lain yang notabene mungkin lebih mentereng dibandingkan anggota DPR tidak terusik? Apakah hal ini yang menyebabkan para Anggota Dewan yang terhormat seperti “keukeuh” dan cenderung tidak ambil pusing bahkan dengan gampangnya salah satu anggota DPR menganjurkan masyarakat agar jangan memperdulikan gaya hidup orang lain termasuk para wakilnya? Semudah itukah jalan keluar yang diberikan? Bisakah rakyat tak peduli dengan pola hidup mentereng orang-orang yang menjadi wakilnya?

Lembaga DPR adalah lembaga yang mewakili rakyat untuk menyuarakan kepentingan mereka, dan tidak perlu diragukan lagi, pasti telah dimafhumi oleh para anggotanya. DPR harus memperjuangkan kepentingan para petani yang sekarang ini selalu dihadapkan pada permasalahan ketimpangan antara hasil panen raya dengan keringat dan penderitaan yang mereka korbankan. Itupun kalau berhasil panen raya. Kenyataannya justru para petani sering dihadapkan dengan kejadian alam yang pada saat ini seringkali tidak bersahabat.

DPR harus memperjuangkan kepentingan anak-anak terlantar dan anak-anak jalanan yang sekarang ini tidak mampu lagi mengenyam pendidikan, bahkan untuk sekedar bermimpipun rasanya mereka tidak akan sanggup. Padahal konon katanya pendidikan itu adalah hak seluruh warganegara. DPR harus memperjuangkan kepentingan para guru yang berjuang tanpa pamrih dalam upaya mencerdaskan bangsa dan membangun akhlak mulia generasi muda. Kenyataan sekarang ini justru terjadi yang hal yang mengkhawatirkan dialami kebanyakan para guru terutama para guru honorer. DPR harus memperjuangkan kepentingan para nelayan, buruh, masyarakat yang terkena bencana secara masal, masyarakat yang terisolasi, ……. dan ah banyak lagi yang mungkin tidak cukup untuk ditulis di sini. Kondisi di atas pasti telah diketahui oleh para anggota DPR bahkan lebih lengkap dan lebih akurat karena disertai dengan data konkrit berdasarkan kunjungan-kunjungan dan peninjauan-peninjauan mereka yang pasti menghabiskan biaya sangat besar dibandingkan data yang dapat ditulis di harian ini. 

Mengingat perannya yang sangat penting dan berpengaruh dalam berbagai aspek terutama dalam hal menyuarakan kepentingan rakyat, maka hanya anggota DPR-lah yang paling berhak mengatasnamakan dirinya sebagai rakyat baik secara individu maupun kelompok. Disaat masyarakat sendiri baik secara kelompok apalagi hanya sekedar individu seringkali diragukan bahkan tidak mampu merepresentasikan diri sebagai rakyat, maka para anggota dewan ini justru sebaliknya. Secara individu, mereka cukup representatif mengatasnamakan dirinya sebagai rakyat apalagi jika berbicara atas nama kelompok atau bahkan atas nama seluruh anggota dewan. Sungguh terhormat kedudukan mereka ini. Mereka tidak perlu bermandi keringat mencari nafkah untuk makan sehari-hari sambil diiringi ketidak pastian hasil yang akan diperoleh, jika akan menyampaikan betapa menderitanya para buruh dan petani. Dan itu pasti akan didengar seolah-olah merekalah yang menjadi buruh atau petani. Mereka tidak perlu memikirkan tambahan penghasilan untuk sekedar menutupi kekurangan biaya makan keluarga sehari-hari sementara waktu yang ada telah tersita, jika akan menggambarkan betapa serba kekurangannya para guru honorer. Dan itu pasti akan memperoleh tanggapan yang berarti seakan merekalah yang mengalami penderitaan sebagai guru di negeri in. Mereka tidak perlu mengkhawatirkan akan keterlantaran pendidikan putera-puterinya, jika akan mengeluhkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan layak bagi anak-anak miskin dan anak-anak jalanan. Dan itu pasti akan direspon dengan baik, melebihi respon terhadap keluhan masyarakat biasa yang tidak memiliki harapan untuk menyekolahkan anaknya karena biaya pendidikan yang menjulang tinggi

Jadi apabila anggota dewan yang terhormat ini tidak dihormati lagi pada saat berbicara dan berperilaku tidak sesuai dengan keinginan banyak orang (jika tidak bisa dikatakan rakyat) rasanya ini merupakan suatu keniscayaan. Jika anggota dewan yang mulia menjadi sasaran umpatan dan kemarahan pada saat ucapan dan tingkahlakunya tidak lagi memperjuangkan kepentingan masyarakat, ini adalah konsekwensi dari tugas sebagai wakil rakyat. Apabila para anggota DPR memiliki gaya hidup hedonis, sementara banyak masyarakat yang tidak memiliki kepastian untuk hidup karena tidak memiliki penghasilan memadai, maka sangat pantas jika masyarakat merasa sakit hati. Kemana lagi masyarakat kecil harus mengadu jika lembaga yang menjadi harapan untuk menyuarakan suara mereka tidak lagi dapat dipercaya? Siapa lagi yang dapat dijadikan panutan masyarakat jika wakil mereka di parlemen telah mabuk dan lupa kepada mereka akibat terlalu mementingkan kesenangan pribadi?

Marilah kita bersama tidak putus-putus berdo’a agar para anggota dewan yang terhormat ini benar-benar memiliki kehormatan diri untuk menjalankan fungsi dan peran mereka secara murni tanpa disisipi kepentingan pribadi yang mencelakakan diri mereka sendiri. Agar mereka yang terhormat merasa cukup dengan apa yang mereka peroleh saat ini karena melihat penderitaan rakyat dan tidak merasa kekurangan karena selalu melihat orang yang ada diatasnya dalam hal materi. Agar wakil kita yang terhormat diberi kemuliaan karena memiliki keyakinan bahwa Allah akan mencukupi dan memberi kebahagiaan pada orang yang mengutamakan-Nya dibandingkan orang yang mengutamakan dunia-Nya. Jikapun do’a kita belum terkabul saat ini, karena ternyata para anggota dewan sudah lupa dan tenggelam dalam lautan kehinaan dunia, maka yakinlah bahwa Allah senantiasa bersama kita hambaNya yang terdzolimi.

Ini adalah tulisan yang kesekian kalinya dari ust. Achmad Mudrikah (Abah Achmad) untuk mengenal beliau lebih dekat lagi klik  DISINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar