Minggu, 01 Juli 2012

Cara Menumbukan Keberanian

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAH WABARAKATUH


PENGANTAR.

Pada dekade 1980-an, di INGGRIS dihebohkan oleh CICI. CICI adalah anak kecil yang berhenti sekolah. Ketika ditanya ayahnya mengapa CICI berhenti dari sekolahnya ? CICI menjawab bahwa Ia takut. Lalu ayahnya dengan bangga mengabarkan kepada orang-orang bahwa anaknya telah berhenti sekolah karena SEKOLAHAN hanya melahirkan kaum pengecut. 

Sikap orang tua CICI yg telah membuat heboh itu kemudian menarik para ilmuwan untuk menelitinya: Benarkah INSTITUSI SEKOLAHAN TELAH MENCIPTAKAN KAUM PENGECUT ? Ternyata hasil penelitian membenarkan. Lalu issue itu menyebar kemana-mana, tak terkecuali di Indonesia. Akibatnya memancing beberapa praktisi untuk mengadakan penelitian. Dan hasilnya SANGAT BENAR BAHWA INSTITUSI SEKOLAHAN MELAHIRKAN ORANG-ORANG YANG BERMENTAL PENGECUT. 

Salah satu indikasinya ialah terpasungnya nilai kemerdekaan berpendapat. Apakah di Sekolahan para guru menciptakan suasana kemerdekaan bagi ruang tumbuhnya keberanian berpendapat ? Hanya untuk sekedar bertanya pada gurunya soal pelajaran yg tidak dimengerti saja para murid takut/malu, bagaimana mungkin para murid akan mendebat pendapat gurunya, apalagi mengkritiknya ?

Ketika guru bertanya: "Sudah paham ?". Dengan serentak para murid menjawab "sudah". Dan gurunya melanjutkan pelajaran berikutnya, padahal sejatinya para murid itu banyak yg belum paham, tapi tidak berani berterus terang. Nah MENGAPA PARA GURU TIDAK MEMILIKI KEPEKAAN TENTANG YANG DEMIKIAN ITU ? APAKAH PARA GURU ITU TIDAK MENGERTI PSIKOLOGI PENDIDIKAN ? Dan CELAKANYA INSTITUSI PENDIDIKAN BERBASIS AGAMA (Madrasah & Pesantren) lebih parah dibandingkan dengan institusi pendidikan umum. Tidak heran jika akhirnya para alumni pesantren jiwanya kerdil.  

BAGAIMANA MUNGKIN UMAT ISLAM INDONESIA BISA MAJU DENGAN CEPAT JIKA INSTITUSI-INSTUSI PENDIDIKAN YANG ADA HANYA MENCETAK ORANG-ORANG YANG BERJIWA KERDIL, padahal KEBERANIAN ADALAH SYARAT MUTLAK BAGI TERCAPAINYA IZZUL ISLAM WAL MUSLIMIN (Kejayaan Islam dan Umatnya).

Tulisan ini tidak bermaksud mengurai persoalan di atas. TULISAN INI SEKEDAR MENGURAI TENTANG HAKEKAT KEBERANIAN DAN CARA MENCAPAINYA.


===> A. HAKEKAT KEBERANIAN

Menurut IBN MISKAWAIH dlm kitab TADHDZIBUL AKLAQ bahwa pokok-pokok kebajikan ajaran ISLAM meliputi 3 hal saja, yaitu KEBERANIAN, KEBIJAKSAAN, KESEDERHANAAN. Dan ketiga hal di atas dilandasankan pada ajaran AL-WASHATHAN, yaitu konsep ajaran tengah-tengah. Menurutnya, ajaran AL-WASHATAN dilandasakan pd QS. 2:143:   

وكذ لك جعلنكم امه وصط
"Dan Kami Jadikan Kamu umat yang tengah-tengah (Washathan)"

PERHATIKAN SEKEMA DIBAWAH INI

(1). PENGECUT ----------> KEBERANIAN SEMBERONO

Orang yg terlalu banyak pertimbangan, akhirnya tidak berani bersikap: itulah PENGECUT
Orang yg mengesampingkan pertimabangan atau tidak pakai pertimbangan disebut SEMBERONO
Baik PENGECUT ataupun SEMBERONO adalah sikap tercela. Dan KEBERANIAN adalah sikap pertengahan antara PENGECUT dengan SEMBERONO (lihat bagan di atas).

(2). KEDUNGUAN ----------> KEBIJAKSANAAN KELICIKAN

Orang yg bodoh menggunakan akalnya, melahirkan sikap KEDUNGUAN
Orang yg pintar menggunakan akalnya untuk kemunkaran, lahirlah KELICIKAN
KEBIJAKSANAAN adalah posisi tengah-tengah antara KEDUNGUAN dgn KELICIKAN (lihat bagan di atas)

(3). KIKIR ----------> KESEDERHANAAN

Orang yg tidak mau mengeluarkan hartanya disebut KIKIR
Orang yg terlalu banyak mengambil disebut RAKUS, jika banyak mengelurkan tanpa pertimbangan disebut BOROS
KESEDERHANAAN adalah sikap pertengahn antara KIKIR dgn RAKUS/BOROS.

Gabungan dari ketiga kebajikan di atas (KEBERANIAN, KEBIJAKSANAAN, KESEDERRHANAAN) maka melahirkan KEADILAN. Itu berarti orang yg adil adalah mereka yg memiliki ketiga kebajikan itu tsb. Menurut IBN MISKAWAIH dlm KEADILAN tidak ada sisi kiri atau sisi kanannya. Lawan dari KEADILAN ADALAH KETIDAKADILAN.

KETERANGAN TENTANG KEBERANIAN

Menurut IBN MISKAWAIH, ada 6 ciri orang dpt dikategorikan BERANI:

(a). Dalam hal keburukan, Ia memandang ringan yg hakekatnya sesuatu itu berat ditinggalkannya
(b). Dalam soal kebaikan, Ia memandang ringan yg pada hakekatnya  sesuatu itu berat untuk dilaksanakan.
(c). Sabar terhadap sesuatu yg menakutkan (tidak mudah panik sekalipun diliputi rasa cemas. masih bisa mengontrol diri)
(d). Tidak SEDIH terhadap sesuatu yg tidak bisa dicapainya (Ikhlas menerima kegagalan)
(e). Tidak GUNDAH jika sedang menerima musibah/ujian (Siap menghadi masalah/bukan menghindarinya)
(f). Kalau lagi marah & mengadakan pembalasan dilakukan secara terukur disesuaikan obyek dan waktunya

===> Point "a" dalam soal keburukan. I memandang ringan yg pada hakekatnya sesutu itu berat untuk ditinggalkannya. Tentu sj contoh-contohnya banyak, namun karena keterbatasan kolom ini maka cukup 1 kasus sj sebagai bahan bahasan, yaitu masalah PACARAN.

PACARAN TENTU SAJA ENAK, karena di dalam pacaraan timbul NAFSU untuk berpelukan/berciuman dan tentu saja berhubungan badan. Oleh karena statusnya yg belum diikat oleh pernikahan maka BERANI tidak selama pacaran tidak bersentuhan/berpelukan/berciuman, dll ? Jika BERANI PACARAN tapi tidak melakukan apa yg menyimpang dari syariat, itulah pribadi yg hebat.

TENTU SAJA HAL ITU BERAT. Nah disinilah hakekat makna BERANI, yakni memandang enteng yg pd hakekatnya sesuatu itu berat untuk ditinggalkannya. Demi masuk SURGA, Ia enteng sekali meninggalkan kemunkaran. Menahan untuk tidak berpelukan/berciuman sekalipun nafsunya kuat sekali.

Sebaliknya jika selama pacaran justru melakukan penyimpangan (bergandengan/berpelukan/berciuman, dll) maka pribadi yg demikian itu tergolong PENGECUT. Jadi mereka yg melanggar SYARIAT dlm pemahaman IBN MISKAWAIAH tergolong PENGECUT DAN SEMBERONO.

===> Point "b", dalam soal kebaikan. Ia memandang ringan yg pada hakekatnya  sesuatu itu berat untuk dilaksanakan. Misalnya soal lamaran. Sudah diberi kesempatan untuk melamar gadis tapi tidak berani juga, maka pribadi yg demikian itu juga tergolong PENGECUT.

Untuk kebaikan kok tidak berani. Tidak berani melakukan kebaikan adalah sikap PENGECUT, karenanya tercela. SEORANG MUKMIN MUSTAHIL PENGECUT. Jadi kalau ada orang yg mengaku beriman tapi TAKUT MELAMAR GADIS, pastinya orang iman tersebut tidak beres.  hehehehe....

Tidak berani minta maaf atas kesalahan yg dilakukan pd orang lain juga tergolong pengecut. MEMINTA MAAF dan MENGAKUI KESALAHN, tentu saja berat. Nah disitulah letak hakaket keberanian, yaitu memandang enteng perbutan yg hakekatnya berat untuk dilakukan.

===> Pada point "c", Sabar terhadap sesuatu yg menakutkan (tidak mudah panik sekalipun diliputi rasa cemas. masih bisa mengontrol diri dgn baik. Tidak Gugup dan Gagap sekalipun cemas. Masih tampak tenang sekalipun ada rasa takut menghadapinya). Orang yg BERANI bukanlah orang yg tidak punya rasa takut.

SETIAP ORANG PASTI PUNYA RASA TAKUT, namun yg membedakan adalah tingkat pengendalian dirinya.  Makin mampu menguasi dirinya di saat cemas, itulah pribadi yg berani.

===> Poin "d ", Tidak SEDIH terhadap sesuatu yg tidak bisa dicapainya (Ikhlas menerima kegagalan).

KENAPA ORANG BANYAK YANG STRESS ? Salah satu jawabnanya adalah tidak bisa menerima kenyataan yg terjadi. Itu point terpentingnya.

Dalam hal hidup tentu saja tidak semua yg kita inginkan terwujud. Bahkan yg kerap terjadi adalah banyak keinginan kita yg tidak sesuai dengan kenyataan. Antara harapan dan kenyataan sangat berbeda. Nah dalam posisi seperti itu biasanya orang TIDAK MENERIMA APA YANG TERJADI, wujudnya bisa sedih, minder, stress, dll.  

ORANG YANG BERANI ADALAH MEREKA YANG SIAP MENERIMA REALITAS, SEKALIPUN PAHIT. Sedangkan mereka yg tidak SIAP MENERIMA REALITAS termasuk kategori PENGECUT. SEORANG MUKMIN MUSTAHIL PENGECUT. Jika ada orang mengaku beriman tapi kok tidak siap menerima realitas, maka orang tersebut layak dipertanyakan keimanannya.

===> Point "e", Tidak GUNDAH jika sedang menerima musibah/ujian (Siap menghadi masalah/bukan menghindarinya). Gundah adalah rasa semacam diliputi kebimbangan sehingga yang bersangkutan tak bisa berbuat apa-apa. Ada 4 bentuk GODAAN SYETAN, salah satunya apa yg disebut dengan kebimbangan.
 
Bisikan hati terpetakan menjadi 2: (a). Bisikan Malaikat, yg kemudian disebut hati nurani, (b). Bisikan Syetan, yg kemudiaan disebut hawa nafsu. Jika bisikan itu condong pada kebenaran, pasti berasal dari nurani. Sebaliknya, jika bisikan itu condong pada kemunkaran, pasti berasal dari nafsu. 

DAN ORANG YANG DILIPUTI KEBIMBANGAN PASTI JIWANYA TIDAK TENANG. Akibatnya mengganggu kinerja aktifitas dlm bekerja ataupun dlm beribadah. Tidak konsentrasi. Akibat lanjutannya ialah KEPALA PUSING, NAFSU MAKAN BERKURANG, dan SENSITIF (mudah emoasi). Nah bukankah hal-hal yg demikian itu adalah keburukan ? Dan bukankah tiap-tiap keburukan berarti berasal dari bisikan SYETAN ? Itu berarti siapa sj yg gundah dlm menghadapi masalah maka sesungguhnya dirinya telah mendengarkan bisikan Syetan daripada bisikan Malaikat. Dalam konteks inilah SEORANG MUKMIN MUSTAHIL GUNDAH. Jika ada orang yg mengaku beriman tapi gundah ketika menghadapi ujian/musibah maka dlm konteks pemahaman IBN MISKAWAIH, orang tersebut digolongkan PENGECUT. DAN SEORANG MUKMIN MUSTAHIL PENGECTUT.

===> Point "f",  Kalau lagi marah & mengadakan pembalasan dilakukan secara terukur disesuaikan obyek dan waktunya.

Tiap orang pasti berpotensi marah dan pasti pernah marah. Marah adalah fitrahnya manusia, karena itu marah bukanlah sikap buruk. Justru kalau ada orang yg tidak bisa marah dan belum pernah marah, pasti orang tersebut bukan manusia, tapi Malaikat. Hanya Malaikat MAKLUK ALLAH yg tidak pernah marah.

Marah itu bukanlah aib. Baik dan tidaknya marah tergantung ekspresi yg diungkapkan apakah terukur sesuai dengan subyek, obyek dan waktunya ? Misalnya ada orang yg berbuat munkar. TIAP MUSLIM WAJIB MARAH melihat kemunkaran itu, tapi dlm mengekspresikan kemarahan dilihat dulu SIAPA YANG AKAN DIMARAHI ITU ? APAKAH JENIS KEMUNKARANNYA ITU TERGOLONG BESAR ATAU BIASA ? APAKAH WAKTUNYA TEPAT, DAN APAKAH CARANYA JUGA TEPAT ?

Contoh kasus KENCING DI DALAM MASJID. Tentu sj Masjid tidak boleh dikencengi, karena Ia tempat suci. Jika ada yg mengencengi masjid, tentu kita wajib marah. Cuma harus dilihat SUBYEKNYA: apakah anak kecil atau orang dewasa ? Apakah orang Normal ataukah tidak, dll ? Pernah suatu ketika RASULULLAH S.A.W sedang berbincang-bincang di masjid, mendadak datang seorang BADUWI dan KENCING DIMASJID. UMAR BIN KHATAB hendak menghajarnya, tapi langsung dicegah RASULULLAH. Pertanyaannya adalah MENGAPA RASULULLAAH MENCEGAHNYA ? jawabannyaa karena Ia adalah orang Baduwi. Dan diliaht daro obyek perkaranya, bisa dimaafkan. Air kencing bisa dsiram dalam waktu hitungan detik sudah bersih, tapi LUKA HATI bisa dibawa sampai mati. Nah ORANG BADUWI akan luka hati jika UMAR SAMPAI MENGGAMPARNYA. MENDAMPRATNYA. Kesalahan orang Baduwi tidak sebanding dengan efeknya. Kaus ini persis anak kecil yg kencing di masjid, lalu takmirnya marah-marah tidak terukur. Mereka lupa bahwa yg dihadapi adalah anak kecil, tapi dimarahi kaya orang dewasa.

NAH ORANG YANG MARAH namun tidak tahu tempat dan situasi itulah yg disebut pribadai SEMBERONO (tidak pakai pertimbangan). Atau sebaliknya ada kemunkaran sama sekali tidak marah, itulah pengecut. MERKA YANG MARAH MELIHAT  KEMUNKARAN, NAMUN KEMARAHANNYA TETAP TERKENDALI SESUAI SITUASI DAN KONDISI ITULAH YANG DINAMAKAN PERIBADI PEMBERANI.

Bertitik tolak dari pandangan di atas, kiranya KEBERANIAN itu mengandungi 8 cabang sikap, yaitu:
- Berjiwa Besar (misalnya pd kasus berani mengakui kesalahan & Meminta maaf)
- Pantang Mundur (siap menghadapi sesuatu sekalipun ada rasa takut)
- Ketenangan Jiwa (Tidak panik ketika ada sesuatu yg menakutkan)
- Sabar (tidak sedih jika ditimpa musibah)
- Teguh Pendirian (tidak gundah/bimbang dlm menghadapi masalah)
- Ulet/Tahan terhadap bentuk ujian
- ENJOY/BAHAGIA dalam mengerjakan sesuatu hakekatnya berat
- ENJOY/BAHAGIA dalam meninggalkan ssuatu hakekatnya berat

SIAPAPUN YG MEMILIKI KEBERANIAN, MAKA DENGAN SENDIRINYA DALAM DIRINYA TERKANDUNG 8 SIKAP DI ATAS.

CARA MENUMBUKAN KEBERANIAN

Ada pepatah "Tanpa diajari berenang, anak Itik dengan sendirinya sudah pintar berenang. Begitulah dengan kumunkaran, tanpa diajari kita sudah pintar dengan sendirinya. SEBALIKNYA, untuk berbuat kebaikan diperlukan 4 hal, yaitu: NIAT, TEKAD, ILMU & LATIHAN". Begitu pulalah dengan KEBERANIAN.

Jika ingin bisa berenang, tapi takut tenggelam: ceburkan ke Laut, maka seketika itu tangannya bergerak-gerak ingin hidup, dan sesungguhnya saat itu pula Ia sudah bisa berenang, hanya saja kualitas nafasnya yg belum teratur. Nah disitulah fungsinya guru, mendampingi dan membimbing hingga bisa berenang. Sebaliknya, ingin bisa berenang tapi tidak pernah praktik menceburkan ke air yg dalam, sudah pasti selamanya tidak bisa berenang. Ini tidak ubahnya belajar naik sepeda atau menyetir mobil, mesti dipraktikkan. Jika tidak praktikkan (dilatih), kapan bisa nyetir sungguhan.

Ketika orang takut bayang-bayang Gandaruwo, Kuntil anak, dll, maka cara terbaik adalah mengajak mereka ke kuburan yg sepi. Praktik langsung. Tentu saja sebelum praktik dibekali wawasaan (ilmu) terkait OBYEK YANG DIHADAPI.

INTINYA disesuaikan dengan apa yg ditakutinya, lalu dilakukan MUJAHADAH. Mujahadalah adalah prakting secara sungguh-sungguh. Nah disinilah PENTINGNYA GURU YANG BERANI. Jika Gurunya ADALAH ORANG YANG BERJIWA PEMBERANI: INSYAALLAH MURIDNYA MENJADI PEMBERANI.

SEMOGA BERMANFAAT

CATATAN:
Mohon maaf jika dalam pembahasan ada kata-kata yg kurang berkenan di hati antum. Bisa jadi maksud Rossita baik, namun karena keterbatasan dalam menyusun kata-kata maka sangat mungkin terjadi kesalaahpahaman. Syukrn
WebRepOverall rating

Oleh Rossita Khumairah Najwa II

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar