KH. Imam Zarkasyi |
Lahir, Gontor 21 Maret 1910 Wafat, Madiun 30 April 1985
A. Jangan kecil hati menghadapi “masa depan” (khususnya dalam hal usaha mencari “sandang – pangan” atau “nafqah hidup”.)
Sumber – sumber rizqi masih amat banyak sekali , yang banyak itu mungkin selama ini sudah diketahui, tetapi tidak diperhatikan.
Maka terlebih dahulu kami ingatkan :
Jangan fanatik kepada salah satu pekerjaan, atau salah satu jalan mencari rizqi yang halal itu, sekali lagi jangan fanatic.
Kefanatikan kepada sesuatu itulah yang sering menutup mata, sehingga tidak mau memperhatikan kepada yang lain. Padahal selain yang difanatiki itu, masih amat banyak, dan lebih baik dan lebih cepat.
Fanatik pasar umpamanya, juga tidak baik. Karena fanatik itu, mata tidak mau melihat pada yang lain, jika yang fanatiki itu terhalang, atau gagal, maka menjadi kecewa. Kecewanya karena sudah fanatik menjadi terlalu. Terlalu kecewa bisa merusak badan, bisa merusak pikiran, salah bisa menjadi gila. Begitulah pula terhadap pada sesuatu pekerjaan.
Sekiranya ada yang fanatik menjadi pegawai negeri, maka sekira tidak berhasil, atau berhasilnya kecil, dia merasa dunianya gelap atau sempit.
Ini suatu perasaan dan pendapat yang sangat salah.
Jadi andaikata menemui rintangan atau menemui jalan buntu sama sekali, jangan bingung, dan jangan buta. Bukalah matamu, pandanglah dunia ini masih luas.
B. Jangan kecil hati menghadapi kehidupan
Marilah kita hadapi kehidupan ini dengan segala kesadaran dan keberanian. Jadi namanya berani hidup.
Keberanian ini bukan berarti keberanian yang ngawur (asal berani), akan tetapi dengan keberanian yang sudah diperhitungkan.
Supaya selalu diingat bahwa sumber – sumber rizqi, kunci – kunci usaha masih amat banyak. Sebagian kecil akan kamu lihat dalam rihlah. Meskipun nanti akan kamu lihat beratus – ratus perusahaan tetapi itu sebagian kecil.
Dengan usaha – usaha itu orang bisa berhasil untuk hidup bahkan bisa sampai menjadi kaya raya.
Mengapa takut hidup ?
Mengapa kecil hati ?
Ingat modalmu cukup :
a. Tubuhmu masih utuh, tidak kurang.
b. Otakmu masih waras, bahkan sudah berilmu.
c. Pribadimu dan kehormatan itu masih utuh, belum tercela.
d. Sifat kejujuranmu masih utuh pula.
Mengapa takut hidup ?
Sekarang yang kamu bina adalah mentalmu. Mental yang mau bekerja, mental yang tidak cari enak saja.
Mental kejujuran, jadilah “WIRA” dimana saja.
C. Mencari Bahagia
Yang biasa pada umunya yang dicari ada ialah kebahagiaan. Dalam hal ini lebih dahulu kita harus mengerti bahwa kebahagiaan di dunia ada dua :
1. Kebahagiaan lahir / kemakmuran lahir.
2. kebahagiaan batin / Kemakmuran batin.
Untuk mencapai kebahagiaan lahit memerlukan kemakmuran atau kebendaan. Kemakmuran atau kekayaan harta benda, tidak mutlak dapat menjadi kebahagiaan yang sebenarnya.
Orang tidak merasa aman dan tenteram, umpamanya yang selalu terasa terancam atau dikejar – kejar musuh, yang tampak dan yang tidak tampak juga yang tidak putus dirundung kemalangan, berupa penyakit fisik atau penyakit rohani dan seterusnya, tidak akan dapat merasakan kebahagiaan yang sebenarnya.
Adapun modal untuk mencari kemakmuran batin ialah Iman. Didunia ini memang kenyataannnya ada orang kaya yang hartanya banyak dan ada orang miskin atau tidak kaya, hartanya sedikit.
Seorang yang berbudi atau yang mu’min, tidak iri atau dengki, tetapi berkata pada dirinya sendiri :
“Biarkan kami miskin harta, asal jangan miskin jasa”
“Biar kami miskin benda lahiriyah, asal jangan miskin budi, jasa atau amal”.
Seorang mu’min akan merasa bahagia, apabila ia beramal dan merasa bahagia kalau telah dapat untuk kebaikan masyarakat.
Seorang mu’min selalu merasa bersyukur karena menyadari karunia Allah yang amat banyak, atau dirasakan sangat banyak. Jadi setiap hari haruslah bersyukur dan gembira.
D. Jangan Mengandalkan Orang Tua
Kalau ada orang yang kaya, belum tentu anaknya akan menjadi kaya juga. Kita bisa melihat kenyataan yang sebaliknya didalam masyarakat. Orang tua bisa kaya karena mental dan ilmunya. Apabila mental dan ilmunya tidak diwariskan bagaimana sang anak akan menjadi kaya.
Barang siapa yang menjadi anaknya orang kaya jangan sembrono,”ojo ndumeh” mentang – mentang anaknya seorang kaya raya akan menjadi kaya juga tidak !! sebaliknya anak orang miskin, dengan mental yang kuat dan meningkat dan dengan pendidikan kesederhanaannya tidak mustahil akan menjadi orang yang kaya raya.
E. Harapan Kami
Adapun harapan kami, setingkat lebih dari itu semuanya. Anak – anakku ini, kami timang – timang kami harap – harapkan dalam bahasa jawanya kami golo–golokan supaya menjadi pemuda yang diandalkan sebagai pemuda pejuang yang mempunyai rasa tanggung jawab atas kesejahteraan umat dan kemajuan agama yang tidak untuk diri sendiri.
Sumber – sumber rizqi masih amat banyak sekali , yang banyak itu mungkin selama ini sudah diketahui, tetapi tidak diperhatikan.
Maka terlebih dahulu kami ingatkan :
Jangan fanatik kepada salah satu pekerjaan, atau salah satu jalan mencari rizqi yang halal itu, sekali lagi jangan fanatic.
Kefanatikan kepada sesuatu itulah yang sering menutup mata, sehingga tidak mau memperhatikan kepada yang lain. Padahal selain yang difanatiki itu, masih amat banyak, dan lebih baik dan lebih cepat.
Fanatik pasar umpamanya, juga tidak baik. Karena fanatik itu, mata tidak mau melihat pada yang lain, jika yang fanatiki itu terhalang, atau gagal, maka menjadi kecewa. Kecewanya karena sudah fanatik menjadi terlalu. Terlalu kecewa bisa merusak badan, bisa merusak pikiran, salah bisa menjadi gila. Begitulah pula terhadap pada sesuatu pekerjaan.
Sekiranya ada yang fanatik menjadi pegawai negeri, maka sekira tidak berhasil, atau berhasilnya kecil, dia merasa dunianya gelap atau sempit.
Ini suatu perasaan dan pendapat yang sangat salah.
Jadi andaikata menemui rintangan atau menemui jalan buntu sama sekali, jangan bingung, dan jangan buta. Bukalah matamu, pandanglah dunia ini masih luas.
B. Jangan kecil hati menghadapi kehidupan
Marilah kita hadapi kehidupan ini dengan segala kesadaran dan keberanian. Jadi namanya berani hidup.
Keberanian ini bukan berarti keberanian yang ngawur (asal berani), akan tetapi dengan keberanian yang sudah diperhitungkan.
Supaya selalu diingat bahwa sumber – sumber rizqi, kunci – kunci usaha masih amat banyak. Sebagian kecil akan kamu lihat dalam rihlah. Meskipun nanti akan kamu lihat beratus – ratus perusahaan tetapi itu sebagian kecil.
Dengan usaha – usaha itu orang bisa berhasil untuk hidup bahkan bisa sampai menjadi kaya raya.
Mengapa takut hidup ?
Mengapa kecil hati ?
Ingat modalmu cukup :
a. Tubuhmu masih utuh, tidak kurang.
b. Otakmu masih waras, bahkan sudah berilmu.
c. Pribadimu dan kehormatan itu masih utuh, belum tercela.
d. Sifat kejujuranmu masih utuh pula.
Mengapa takut hidup ?
Sekarang yang kamu bina adalah mentalmu. Mental yang mau bekerja, mental yang tidak cari enak saja.
Mental kejujuran, jadilah “WIRA” dimana saja.
C. Mencari Bahagia
Yang biasa pada umunya yang dicari ada ialah kebahagiaan. Dalam hal ini lebih dahulu kita harus mengerti bahwa kebahagiaan di dunia ada dua :
1. Kebahagiaan lahir / kemakmuran lahir.
2. kebahagiaan batin / Kemakmuran batin.
Untuk mencapai kebahagiaan lahit memerlukan kemakmuran atau kebendaan. Kemakmuran atau kekayaan harta benda, tidak mutlak dapat menjadi kebahagiaan yang sebenarnya.
Orang tidak merasa aman dan tenteram, umpamanya yang selalu terasa terancam atau dikejar – kejar musuh, yang tampak dan yang tidak tampak juga yang tidak putus dirundung kemalangan, berupa penyakit fisik atau penyakit rohani dan seterusnya, tidak akan dapat merasakan kebahagiaan yang sebenarnya.
Adapun modal untuk mencari kemakmuran batin ialah Iman. Didunia ini memang kenyataannnya ada orang kaya yang hartanya banyak dan ada orang miskin atau tidak kaya, hartanya sedikit.
Seorang yang berbudi atau yang mu’min, tidak iri atau dengki, tetapi berkata pada dirinya sendiri :
“Biarkan kami miskin harta, asal jangan miskin jasa”
“Biar kami miskin benda lahiriyah, asal jangan miskin budi, jasa atau amal”.
Seorang mu’min akan merasa bahagia, apabila ia beramal dan merasa bahagia kalau telah dapat untuk kebaikan masyarakat.
Seorang mu’min selalu merasa bersyukur karena menyadari karunia Allah yang amat banyak, atau dirasakan sangat banyak. Jadi setiap hari haruslah bersyukur dan gembira.
D. Jangan Mengandalkan Orang Tua
Kalau ada orang yang kaya, belum tentu anaknya akan menjadi kaya juga. Kita bisa melihat kenyataan yang sebaliknya didalam masyarakat. Orang tua bisa kaya karena mental dan ilmunya. Apabila mental dan ilmunya tidak diwariskan bagaimana sang anak akan menjadi kaya.
Barang siapa yang menjadi anaknya orang kaya jangan sembrono,”ojo ndumeh” mentang – mentang anaknya seorang kaya raya akan menjadi kaya juga tidak !! sebaliknya anak orang miskin, dengan mental yang kuat dan meningkat dan dengan pendidikan kesederhanaannya tidak mustahil akan menjadi orang yang kaya raya.
E. Harapan Kami
Adapun harapan kami, setingkat lebih dari itu semuanya. Anak – anakku ini, kami timang – timang kami harap – harapkan dalam bahasa jawanya kami golo–golokan supaya menjadi pemuda yang diandalkan sebagai pemuda pejuang yang mempunyai rasa tanggung jawab atas kesejahteraan umat dan kemajuan agama yang tidak untuk diri sendiri.
Dalam kehidupan akan kita temui hama – hama perjuangan, yang lazim berbentuk harta, wanita, tahta atau pangkat. Ini seperti wereng manusia.
Semoga anak – anakku dapat berjuang benar – benar, dapat diandalkan dan tahan wereng.
Wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar