Berpisah dari Layla, Majnun jatuh sakit.
Badan semakin lemah, sementara suhu badan semakin tinggi.
Para tabib menyarankan bedah,
“Sebagian darah dia harus dikeluarkan, sehinggu suhu badan menurun.”
Majnun menolak, “Jangan, jangan melakukan bedah terhadap saya.
”Para tabib pun bingung, “Kamu takut? padahal selama ini kamu masuk-keluar hutan seorang diri. Tidak takut menjadi mangsa macan, tuyul atau binatang buas lainnya. Lalu kenapa takut sama pisau bedah?”
“Tidak, bukan pisau bedah itu yang kutakuti,” jawab Majnun.
“Lalu, apa yang kau takuti?”
“Jangan-jangan pisau bedah itu menyakiti Layla.”
“Menyakiti Layla? Mana bisa? Yang dibedah badanmu.”
“Justru itu. Layla berada di dalam setiap bagian tubuhku.
Mereka yang berjiwa cerah tak akan melihat perbedaan antara aku dan Layla.”
Oleh: Jalaluddin Muhammad Rumi
Sumber: http://zoftpc.com/nuansa-islami/puisi-sufi-jalaludin-rumi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar