Salah satu perbedaan mendasar yang kurasakan bertahun - tahun menjalankan ibadah puasa Ramadhan di negeri rantau (khususnya negeri Barat) adalah tiadanya kemeriahan dan hiruk - pikuk Ramadhan a la kampung halaman.
Meskipun jumlah kaum muslimin di negeri Barat terus meningkat secara signifikan, suasana Ramadhan masih jauh dari meriah. Ramadhan ya seperti hari biasa saja. Kalau kita jalan ke pusat kota, orang - orang santai saja makan - minum di jalan. Restoran tetap buka seperti biasa, sehingga aroma makanan menguar ke segala penjuru. Di musim panas seperti ini, biasanya ada bonus: cuaca yang hangat sudah cukup membuat orang lokal secara spontan memakai baju sangat minimalis di tempat umum. Dan ini bisa disaksikan ke manapun mata memandang. Jadi kali ini tantangan puasanya berlipat ganda: menahan lapar dan haus, juga menahan pandangan.
Untunglah waktuku kuhabiskan sebagian besar di dalam rumah. Tiadanya bazaar Ramadhan, pasar wadai maupun program - program ngabuburit membuatku nyaman memaksimalkan ibadah di rumah dan meminimalisasi godaan dari luar rumah. Nikmat rasanya!
Namun... kemeriahan Ramadhan khas kampung tetap kurindukan. Dan penantian itupun kunikmati dengan sabar dan hikmat.
Aku bersyukur setiap Ramadhan bisa kujalani di dua negeri yang sungguh berbeda dalam segala hal: Barat dan Timur. Perbedaan itu senantiasa bisa membuka cakrawala berpikirku, betapa sesungguhnya perbedaan itu tidak harus membuat kita mengeluh atau membuat semangat menjadi kendur. Memang begutlah hakikat dunia ini kan: penuh perbedaan yang indah dan berwarna. Dan perbedaan itulah yang ingin kubagi dengan sobat - sobatku di manapun berada!
Haugesund, 13 Juli 2013
* Bagi rekan yang ingin mengenal lebih dekat dengan penulisnya, silahkan klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar