Keindahan masjid Adana.., sumber google.com |
Kabar Ramadhan Edisi #7 from Turkey kali ini ditulis oleh salah satu Kontributor team yang berasal dari kota Kota tropis nan menyengat di musim panas, juga hangat di musim dingin.
Kota ini ternyata menyimpan banyak cerita dan kenangan bagi teman-teman Indonesia kita yang tinggal di sana. Tulisan kali ini akan mengajak kita untuk berfikir sekaligus berjalan
menembus waktu, kembali ke awal bulan penuh berkah ini. selamat membaca. Kisah dari kota ADANA #bener-bener terharu...
Membatin
Oleh : Tri Permata Sari
Marhaban ya syahro ramadhan marhaban ya sharo syiam, selamat datang wahai ramadhan, wahai bulan ampunan. Segala puji hanyalah bagi Allah saja. Segenap rasa syukur saya
ucapkan kepada Nya.
Teman, sebenarnya saya tidak tahu harus membahas apa, karena memang tidak memiliki ide apa yang hendak saya tulis. Namun Insya Allah, melalui pengalaman di bulan Ramadhan,
saya akan berusaha bercerita mengenai salah satu sifat Allah Azza wa Jalla yaitu, A’limul ghaib atau Allah maha mengetahui. Semoga cerita sederhana lagi sedikit mengandung
hikmah ini bisa bermanfaat. Bismillahirrahmanirrahim.
Teman, siapakah kita ini? Ya benar, kita adalah manusia. Lalu sifat manusia itu seperti apa? Ya benar, manusia adalah makhluk yang terbatas dan dibatasi. Jangankan melihat wajah
Allah SWT, melihat benda di balik dinding pun kita tak sanggup. Suatu ketika Firaun berlari ke atas menara yang tinggi dan berkata “Wahai Musa! aku tidak akan beriman kepadamu,
sebelum aku melihat Allah dengan jelas.” Peristiwa ini diabadikan oleh Allah dalam Qs. Albaqarah: 5. Lalu apakah pantas, kita seorang makhluk yang terbatas menyombongkan diri
serta tidak mengakui Tuhan kita karena tidak melihat wujud Tuhan?
Sangatlah bodohnya diri ini apabila kita menyombongkan diri dengan segala instrument terbatas yang kita miliki. Misalkan saja mata, mata adalah instrument yang terbatas, bahkan
melihat mata itu sendiri mata pun tak sanggup. Tapi tidak demikian dengan Allah. Allah maha melihat, bahkan sekalipun yang tesembunyi didalam hati kita. “…Dia Maha halus, maha
mengtahui.” (Qs. Al Mulk:14)
***
Hari itu adalah hari pertama bulan Ramadhan 9 juli 2013 di Adana. Adana adalah kota dengan iklim tropis. Kondisi ini memungkinkan Kota Adana mendapatkan pasokan sinar
matahari yang lebih dibanding kota lain di Turki. Apabila musim panas tiba, jangan tanya, apalagi dibayangkan, jika ingin tahu secara langsung silahkan saja datang ke Adana . Panas
membuat tubuh dehidrasi lebih cepat, dehidrasi memicu timbulnya rasa lapar dengan cepat pula. Namun dengan inilah Allah menguji. Ia menunjukkan kasih sayangnya pada kami,
agar iman dan sabar bisa kami tercetak melalui bulan Tarbiyah ini.
Sesekali, seduakali hingga setakterhingga saya melirik sang waktu yang masih belum juga menunjukkan pukul 20:10 waktu Turki bagian timur. Dengan izinnya, Alhamdulillah azan
maghrib berkumandang. Saya dan beberapa teman saya pun bersiap mencari santapan berbuka, bahkan sebenarnya kami sudah siap sejak jam enam sore.
Kami pun siap bersaing menyantap makanan buka dihari pertama yang telah disediakan oleh bu asrama. Kami harus berkompetisi karena letak yemekhane berada dilantai 11
sedangkan kami berada dilantai 4. Kami harus berkompetisi dengan orang orang yang bermukim di dalam 40 kamar, satu kamar bisa berisi 3 orang, dengan doa yang lirih di dalam
batin ”ya Allah, semoga makananya cukup untuk semua.”
Teman, hidup adalah bak persaingan, right? Berbicara mengenai persaingan, jauh ketika kita masih menjadi nutfah atau masih berada di alam ruh, sebenarnya kita sudah mengalami
sebuah persaingan. Alhamdulillah kita ini adalah pemenang diantara jutaan sel yang bersaing untuk menjadi anak dari ayah dan ibu kita. Bahkan Allah pun memerintahkan kita
dalam QS Al-Baqarah :2 bahwasannya kita diminta untuk berlomba lomba dalam kebaikan.
Bahkan nabi mengatakan “Al ma’tsuuru bil qurbi makruuhun” mendahulukan orang lain dalam hal ibadah adalah makruh. Begitupula dalam ber-ifthar, Rasulullah SAW
memerintahkan kita untuk menyegerakan berbuka. Kami (dua orang siswi dari negeri kepulauan Indonesia) berusaha berkompetisi untuk menyegerakan ifthar, tak mau ketinggalan
mendapat keutamaan dari bulan yang penuh berkah.
Didepan kendaraan Maha karya yang tiada duanya dan masya Allah luar biasa manfaatnya ini, kami mengantri untuk diangkut ke yemekhame dilantai 11. Ya, kendaraan istimewa itu
adalah asansor Darende. Jangankan berfasilitas asansor seperti di Shanghai Cina yang mendapat julukan ‘Elevator tercepat didunia’ dengan kecepatan 18 meter per detik,
tersuguhnya asansor unik seperti ini sudah menyenangkan hati, alhamduilillah. Untuk membedakannya dengan spesies lainnya saya biasa memanggilnya dengan panggilan sayang
“asansor ratu”, atau asansor rada butut.
Alhamdulillah setelah sangat lama menunggu akhirnya dapat juga giliran diangkut ke lantai 11. Kami memasuki asansor dengan penuh hikmat, dengan tendangan dua hingga tiga
kali dari dalam sambil mengarahkannya ke muka asansor, Alhamdulillah kendaraan ber-aerodinamis ini mulai bergerak. Seperti biasa, diawali dengan keluarnya suara semacam sapi
mendengkur sang elevator pun mulai menggerakkan motornya. Dan meluncurlah asansor ini dengan lembut bak kereta sapu jagat, alhamdulillah.
Tak ada habisnya kami bersyukur dengan keberadaan sang asansor ratu yang mengantarkan kami memenuhi panggilanNya, menyegerakan ifthar demi melaksanakan ibadah kepada
Allah. Kenapa sekedar makan saja dikatakan ibadah? Kalau kita coba runut firman Allah dalam Qs.Adzariyat : 56 maka pahamlah kita bawa hidup kita di dunia ini memanglah dituntut
untuk beribadah saja. Terbesit pertanyaan nakal dari otak kananku ‘’Tidakkah Allah memberatkan kita, jika dalam sehari semalam kita beribadah tanpa henti?’’
Wahai diri ini yang masih lemah dalam memahami setitik dari luasnya qalam ilahi, sesunggunya maksud dari ayat tersebut bahwa ibadah itu tidak hanya berbentuk lahiriah saja
(sholat, puasa, zakat,sadakah, dsb) melainkan amal perbuatan itu tergantung niatnya. Banyak perkara ibadah menjadi tak bernilai dimata Allah karena niatnya. Banyak perkara remeh
namun begitu bernilai dan berbuah pahala ibadah dimata Allah karena niatnya pula. Walau hanya sekedar makan namun terselip niat tulus agar tubuh ini bisa tegak dengan mantap
mengerjakan permintaanNya, bekeluh kesah kepadaNya, meraih kasih langsung dari sang Maha Pengasih, maka Insyallah kita bisa berharap mendapatkan nilai dimataNya.
Lanjut ke cerita, setelah kami mengantri dan tiba dihadapan ibu asrama, beliau melemparkan senyuman yang aduhai ramahnya. Ya, selain beliau sangat menyukai kami, beliau juga
sangat mengenal kami. Begitu saya melirikkan mata pada menu hari ini. Amboii, luar biasa menunya daging berbumbu sop. Perut dan hati berdendang seirama, sama-sama riang
melihat fenomena didepan mata. Dalam hati saya membatin “Ya, Allah ibu ini sudah sangat mengenal kami, semoga kami mendapat bagian yang banyak, kalau bisa dua kali lipat,
aamiin ya Allah.”
Sudah siap piring yang ada di tangan saya menangkap potongan daging yang banyak, dan Alhamdulillah saya mendapat kuah yang banyak beserta 2 potong dadu kentang dan
daging yang saking dikitnya bisa habis hanya dalam satu suapan. Aku melirih ke arah OT (orang Turki) yang lain dan Masa Allah tiga kali lipat banyaknya di bandingkan saya, namun
ketika saya melihat teman saya si Nurul, saya ingin menangis dengan rasa syukur karena rupanya dia mendapat bagian lebih sedikit dibanding saya, Astagfirullah, maaf ya Rul.
Saya pun kembali membatin “Alhamdulillah ya Allah, ini adalah rezeki hari ini, Trimakasih Engkau suguhkan makanan favorit sup daging dihari pertama bulan berberkah ini”. Setelah
membaca doa, dengan riang saya santap makanan itu. Tak lama kemudian datanglah si ibu asrama, dia mendekat dan memberi kami sepiring penuh daging berbumbu sup. Rupanya,
beliau memisahkannya untuk kami. Masya Allah, ini semua diluar dugaan kami, kami tak pernah meminta sedikitpun bagian sebanyak ini. Sungguh Allah SWT maha mengetahui apa
yang tersimpan didalam hati kami. Alhamdulillah. Kisah sederhana ini sontak membuat hati saya tersentuh bukan main. Ya Allah, Ya a’limul ghaib.
Teman, ada syair yang mengatakan “Aku jauh, engkau jauh, aku dekat engkau dekat”. Apakah benar Allah itu jauh apabila kita jauh? dan Apa mungkin Allah akan mengubah
firmannya yang telah termaktub dalam QS Qaaf : 16 “Aqrobu illaihi min hablu wariid” , yang berarti Dan sesungguhnya kami lebih dekat dari urat lehermu. Allah yang tak ingkar janji
juga tak akan mengugurkan firmannya dalam Qs Al- israa: 25 : ”Allah lebih mengetahui apa yang terdapat pada diri kamu”. Tidak kawan! Allah tidak jauh dengan kita namun
sesungguhnya Allah amat dekat dengan kita. Allah tidak menjauhi kita namun kadang kita yang menjauhiNya.
Teringat perkataan Syeikh Rohimuddin Nawawi , “Doa itu bukan memberi tahu Allah akan hajatmu, karena Allah maha Tahu, juga buka meminta, karena Allah maha pemurah,
memberi tanpa diminta. Namun doa hanyalah menunjukkan keperluamu kepadaNya, karena Allah maha kaya dan suka mendengar hambaNya yang menujukkan kefaqirannya.”
Allah hears more than we say, He gives more than we imagine, so just keep praying!
Tulisan disusun oleh Tim "Penakluk sejarah"
LKS Mit-ers
Kota ini ternyata menyimpan banyak cerita dan kenangan bagi teman-teman Indonesia kita yang tinggal di sana. Tulisan kali ini akan mengajak kita untuk berfikir sekaligus berjalan
menembus waktu, kembali ke awal bulan penuh berkah ini. selamat membaca. Kisah dari kota ADANA #bener-bener terharu...
Membatin
Oleh : Tri Permata Sari
Marhaban ya syahro ramadhan marhaban ya sharo syiam, selamat datang wahai ramadhan, wahai bulan ampunan. Segala puji hanyalah bagi Allah saja. Segenap rasa syukur saya
ucapkan kepada Nya.
Teman, sebenarnya saya tidak tahu harus membahas apa, karena memang tidak memiliki ide apa yang hendak saya tulis. Namun Insya Allah, melalui pengalaman di bulan Ramadhan,
saya akan berusaha bercerita mengenai salah satu sifat Allah Azza wa Jalla yaitu, A’limul ghaib atau Allah maha mengetahui. Semoga cerita sederhana lagi sedikit mengandung
hikmah ini bisa bermanfaat. Bismillahirrahmanirrahim.
Teman, siapakah kita ini? Ya benar, kita adalah manusia. Lalu sifat manusia itu seperti apa? Ya benar, manusia adalah makhluk yang terbatas dan dibatasi. Jangankan melihat wajah
Allah SWT, melihat benda di balik dinding pun kita tak sanggup. Suatu ketika Firaun berlari ke atas menara yang tinggi dan berkata “Wahai Musa! aku tidak akan beriman kepadamu,
sebelum aku melihat Allah dengan jelas.” Peristiwa ini diabadikan oleh Allah dalam Qs. Albaqarah: 5. Lalu apakah pantas, kita seorang makhluk yang terbatas menyombongkan diri
serta tidak mengakui Tuhan kita karena tidak melihat wujud Tuhan?
Sangatlah bodohnya diri ini apabila kita menyombongkan diri dengan segala instrument terbatas yang kita miliki. Misalkan saja mata, mata adalah instrument yang terbatas, bahkan
melihat mata itu sendiri mata pun tak sanggup. Tapi tidak demikian dengan Allah. Allah maha melihat, bahkan sekalipun yang tesembunyi didalam hati kita. “…Dia Maha halus, maha
mengtahui.” (Qs. Al Mulk:14)
***
Hari itu adalah hari pertama bulan Ramadhan 9 juli 2013 di Adana. Adana adalah kota dengan iklim tropis. Kondisi ini memungkinkan Kota Adana mendapatkan pasokan sinar
matahari yang lebih dibanding kota lain di Turki. Apabila musim panas tiba, jangan tanya, apalagi dibayangkan, jika ingin tahu secara langsung silahkan saja datang ke Adana . Panas
membuat tubuh dehidrasi lebih cepat, dehidrasi memicu timbulnya rasa lapar dengan cepat pula. Namun dengan inilah Allah menguji. Ia menunjukkan kasih sayangnya pada kami,
agar iman dan sabar bisa kami tercetak melalui bulan Tarbiyah ini.
Sesekali, seduakali hingga setakterhingga saya melirik sang waktu yang masih belum juga menunjukkan pukul 20:10 waktu Turki bagian timur. Dengan izinnya, Alhamdulillah azan
maghrib berkumandang. Saya dan beberapa teman saya pun bersiap mencari santapan berbuka, bahkan sebenarnya kami sudah siap sejak jam enam sore.
Kami pun siap bersaing menyantap makanan buka dihari pertama yang telah disediakan oleh bu asrama. Kami harus berkompetisi karena letak yemekhane berada dilantai 11
sedangkan kami berada dilantai 4. Kami harus berkompetisi dengan orang orang yang bermukim di dalam 40 kamar, satu kamar bisa berisi 3 orang, dengan doa yang lirih di dalam
batin ”ya Allah, semoga makananya cukup untuk semua.”
Teman, hidup adalah bak persaingan, right? Berbicara mengenai persaingan, jauh ketika kita masih menjadi nutfah atau masih berada di alam ruh, sebenarnya kita sudah mengalami
sebuah persaingan. Alhamdulillah kita ini adalah pemenang diantara jutaan sel yang bersaing untuk menjadi anak dari ayah dan ibu kita. Bahkan Allah pun memerintahkan kita
dalam QS Al-Baqarah :2 bahwasannya kita diminta untuk berlomba lomba dalam kebaikan.
Bahkan nabi mengatakan “Al ma’tsuuru bil qurbi makruuhun” mendahulukan orang lain dalam hal ibadah adalah makruh. Begitupula dalam ber-ifthar, Rasulullah SAW
memerintahkan kita untuk menyegerakan berbuka. Kami (dua orang siswi dari negeri kepulauan Indonesia) berusaha berkompetisi untuk menyegerakan ifthar, tak mau ketinggalan
mendapat keutamaan dari bulan yang penuh berkah.
Didepan kendaraan Maha karya yang tiada duanya dan masya Allah luar biasa manfaatnya ini, kami mengantri untuk diangkut ke yemekhame dilantai 11. Ya, kendaraan istimewa itu
adalah asansor Darende. Jangankan berfasilitas asansor seperti di Shanghai Cina yang mendapat julukan ‘Elevator tercepat didunia’ dengan kecepatan 18 meter per detik,
tersuguhnya asansor unik seperti ini sudah menyenangkan hati, alhamduilillah. Untuk membedakannya dengan spesies lainnya saya biasa memanggilnya dengan panggilan sayang
“asansor ratu”, atau asansor rada butut.
Alhamdulillah setelah sangat lama menunggu akhirnya dapat juga giliran diangkut ke lantai 11. Kami memasuki asansor dengan penuh hikmat, dengan tendangan dua hingga tiga
kali dari dalam sambil mengarahkannya ke muka asansor, Alhamdulillah kendaraan ber-aerodinamis ini mulai bergerak. Seperti biasa, diawali dengan keluarnya suara semacam sapi
mendengkur sang elevator pun mulai menggerakkan motornya. Dan meluncurlah asansor ini dengan lembut bak kereta sapu jagat, alhamdulillah.
Tak ada habisnya kami bersyukur dengan keberadaan sang asansor ratu yang mengantarkan kami memenuhi panggilanNya, menyegerakan ifthar demi melaksanakan ibadah kepada
Allah. Kenapa sekedar makan saja dikatakan ibadah? Kalau kita coba runut firman Allah dalam Qs.Adzariyat : 56 maka pahamlah kita bawa hidup kita di dunia ini memanglah dituntut
untuk beribadah saja. Terbesit pertanyaan nakal dari otak kananku ‘’Tidakkah Allah memberatkan kita, jika dalam sehari semalam kita beribadah tanpa henti?’’
Wahai diri ini yang masih lemah dalam memahami setitik dari luasnya qalam ilahi, sesunggunya maksud dari ayat tersebut bahwa ibadah itu tidak hanya berbentuk lahiriah saja
(sholat, puasa, zakat,sadakah, dsb) melainkan amal perbuatan itu tergantung niatnya. Banyak perkara ibadah menjadi tak bernilai dimata Allah karena niatnya. Banyak perkara remeh
namun begitu bernilai dan berbuah pahala ibadah dimata Allah karena niatnya pula. Walau hanya sekedar makan namun terselip niat tulus agar tubuh ini bisa tegak dengan mantap
mengerjakan permintaanNya, bekeluh kesah kepadaNya, meraih kasih langsung dari sang Maha Pengasih, maka Insyallah kita bisa berharap mendapatkan nilai dimataNya.
Lanjut ke cerita, setelah kami mengantri dan tiba dihadapan ibu asrama, beliau melemparkan senyuman yang aduhai ramahnya. Ya, selain beliau sangat menyukai kami, beliau juga
sangat mengenal kami. Begitu saya melirikkan mata pada menu hari ini. Amboii, luar biasa menunya daging berbumbu sop. Perut dan hati berdendang seirama, sama-sama riang
melihat fenomena didepan mata. Dalam hati saya membatin “Ya, Allah ibu ini sudah sangat mengenal kami, semoga kami mendapat bagian yang banyak, kalau bisa dua kali lipat,
aamiin ya Allah.”
Sudah siap piring yang ada di tangan saya menangkap potongan daging yang banyak, dan Alhamdulillah saya mendapat kuah yang banyak beserta 2 potong dadu kentang dan
daging yang saking dikitnya bisa habis hanya dalam satu suapan. Aku melirih ke arah OT (orang Turki) yang lain dan Masa Allah tiga kali lipat banyaknya di bandingkan saya, namun
ketika saya melihat teman saya si Nurul, saya ingin menangis dengan rasa syukur karena rupanya dia mendapat bagian lebih sedikit dibanding saya, Astagfirullah, maaf ya Rul.
Saya pun kembali membatin “Alhamdulillah ya Allah, ini adalah rezeki hari ini, Trimakasih Engkau suguhkan makanan favorit sup daging dihari pertama bulan berberkah ini”. Setelah
membaca doa, dengan riang saya santap makanan itu. Tak lama kemudian datanglah si ibu asrama, dia mendekat dan memberi kami sepiring penuh daging berbumbu sup. Rupanya,
beliau memisahkannya untuk kami. Masya Allah, ini semua diluar dugaan kami, kami tak pernah meminta sedikitpun bagian sebanyak ini. Sungguh Allah SWT maha mengetahui apa
yang tersimpan didalam hati kami. Alhamdulillah. Kisah sederhana ini sontak membuat hati saya tersentuh bukan main. Ya Allah, Ya a’limul ghaib.
Teman, ada syair yang mengatakan “Aku jauh, engkau jauh, aku dekat engkau dekat”. Apakah benar Allah itu jauh apabila kita jauh? dan Apa mungkin Allah akan mengubah
firmannya yang telah termaktub dalam QS Qaaf : 16 “Aqrobu illaihi min hablu wariid” , yang berarti Dan sesungguhnya kami lebih dekat dari urat lehermu. Allah yang tak ingkar janji
juga tak akan mengugurkan firmannya dalam Qs Al- israa: 25 : ”Allah lebih mengetahui apa yang terdapat pada diri kamu”. Tidak kawan! Allah tidak jauh dengan kita namun
sesungguhnya Allah amat dekat dengan kita. Allah tidak menjauhi kita namun kadang kita yang menjauhiNya.
Teringat perkataan Syeikh Rohimuddin Nawawi , “Doa itu bukan memberi tahu Allah akan hajatmu, karena Allah maha Tahu, juga buka meminta, karena Allah maha pemurah,
memberi tanpa diminta. Namun doa hanyalah menunjukkan keperluamu kepadaNya, karena Allah maha kaya dan suka mendengar hambaNya yang menujukkan kefaqirannya.”
Allah hears more than we say, He gives more than we imagine, so just keep praying!
Tulisan disusun oleh Tim "Penakluk sejarah"
LKS Mit-ers
Tidak ada komentar:
Posting Komentar