BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAH WABARAKATUH
PENGANTAR.
Pada
dekade 1980-an, di INGGRIS dihebohkan oleh CICI. CICI adalah anak
kecil yang berhenti sekolah. Ketika ditanya ayahnya mengapa CICI
berhenti dari sekolahnya ? CICI menjawab bahwa Ia takut. Lalu ayahnya
dengan bangga mengabarkan kepada orang-orang bahwa anaknya telah
berhenti sekolah karena SEKOLAHAN hanya melahirkan kaum pengecut.
Sikap
orang tua CICI yg telah membuat heboh itu kemudian menarik para
ilmuwan untuk menelitinya: Benarkah INSTITUSI SEKOLAHAN TELAH
MENCIPTAKAN KAUM PENGECUT ? Ternyata hasil penelitian membenarkan. Lalu
issue itu menyebar kemana-mana, tak terkecuali di Indonesia.
Akibatnya memancing beberapa praktisi untuk mengadakan penelitian. Dan
hasilnya SANGAT BENAR BAHWA INSTITUSI SEKOLAHAN MELAHIRKAN
ORANG-ORANG YANG BERMENTAL PENGECUT.
Salah satu indikasinya ialah
terpasungnya nilai kemerdekaan berpendapat. Apakah di Sekolahan para
guru menciptakan suasana kemerdekaan bagi ruang tumbuhnya keberanian
berpendapat ? Hanya untuk sekedar bertanya pada gurunya soal pelajaran
yg tidak dimengerti saja para murid takut/malu, bagaimana mungkin
para murid akan mendebat pendapat gurunya, apalagi mengkritiknya ?
Ketika
guru bertanya: "Sudah paham ?". Dengan serentak para murid menjawab
"sudah". Dan gurunya melanjutkan pelajaran berikutnya, padahal
sejatinya para murid itu banyak yg belum paham, tapi tidak berani
berterus terang. Nah MENGAPA PARA GURU TIDAK MEMILIKI KEPEKAAN TENTANG
YANG DEMIKIAN ITU ? APAKAH PARA GURU ITU TIDAK MENGERTI PSIKOLOGI
PENDIDIKAN ? Dan CELAKANYA INSTITUSI PENDIDIKAN BERBASIS AGAMA
(Madrasah & Pesantren) lebih parah dibandingkan dengan institusi
pendidikan umum. Tidak heran jika akhirnya para alumni pesantren
jiwanya kerdil.
BAGAIMANA MUNGKIN UMAT ISLAM INDONESIA BISA MAJU DENGAN CEPAT JIKA INSTITUSI-INSTUSI PENDIDIKAN YANG ADA HANYA MENCETAK ORANG-ORANG YANG BERJIWA KERDIL, padahal KEBERANIAN ADALAH SYARAT MUTLAK BAGI TERCAPAINYA IZZUL ISLAM WAL MUSLIMIN (Kejayaan Islam dan Umatnya).
Tulisan ini tidak bermaksud mengurai persoalan di atas. TULISAN INI SEKEDAR MENGURAI TENTANG HAKEKAT KEBERANIAN DAN CARA MENCAPAINYA.
===> A. HAKEKAT KEBERANIAN
Menurut
IBN MISKAWAIH dlm kitab TADHDZIBUL AKLAQ bahwa pokok-pokok kebajikan
ajaran ISLAM meliputi 3 hal saja, yaitu KEBERANIAN, KEBIJAKSAAN,
KESEDERHANAAN. Dan ketiga hal di atas dilandasankan pada ajaran AL-WASHATHAN, yaitu konsep ajaran tengah-tengah. Menurutnya, ajaran AL-WASHATAN dilandasakan pd QS. 2:143:
وكذ لك جعلنكم امه وصط"Dan Kami Jadikan Kamu umat yang tengah-tengah (Washathan)"
PERHATIKAN SEKEMA DIBAWAH INI
(1). PENGECUT ----------> KEBERANIAN SEMBERONO
Orang yg terlalu banyak pertimbangan, akhirnya tidak berani bersikap: itulah PENGECUT
Orang yg mengesampingkan pertimabangan atau tidak pakai pertimbangan disebut SEMBERONO
Baik
PENGECUT ataupun SEMBERONO adalah sikap tercela. Dan KEBERANIAN
adalah sikap pertengahan antara PENGECUT dengan SEMBERONO (lihat bagan
di atas).
(2). KEDUNGUAN ----------> KEBIJAKSANAAN KELICIKAN
Orang yg bodoh menggunakan akalnya, melahirkan sikap KEDUNGUAN
Orang yg pintar menggunakan akalnya untuk kemunkaran, lahirlah KELICIKAN
KEBIJAKSANAAN adalah posisi tengah-tengah antara KEDUNGUAN dgn KELICIKAN (lihat bagan di atas)
(3). KIKIR ----------> KESEDERHANAAN
Orang yg tidak mau mengeluarkan hartanya disebut KIKIR
Orang yg terlalu banyak mengambil disebut RAKUS, jika banyak mengelurkan tanpa pertimbangan disebut BOROS
KESEDERHANAAN adalah sikap pertengahn antara KIKIR dgn RAKUS/BOROS.
Gabungan dari ketiga kebajikan di atas (KEBERANIAN, KEBIJAKSANAAN, KESEDERRHANAAN) maka melahirkan KEADILAN. Itu berarti orang yg adil adalah mereka yg memiliki ketiga kebajikan itu tsb. Menurut IBN MISKAWAIH dlm KEADILAN tidak ada sisi kiri atau sisi kanannya. Lawan dari KEADILAN ADALAH KETIDAKADILAN.
KETERANGAN TENTANG KEBERANIAN
Menurut IBN MISKAWAIH, ada 6 ciri orang dpt dikategorikan BERANI:
(a). Dalam hal keburukan, Ia memandang ringan yg hakekatnya sesuatu itu berat ditinggalkannya
(b). Dalam soal kebaikan, Ia memandang ringan yg pada hakekatnya sesuatu itu berat untuk dilaksanakan.
(c). Sabar terhadap sesuatu yg menakutkan (tidak mudah panik sekalipun diliputi rasa cemas. masih bisa mengontrol diri)
(d). Tidak SEDIH terhadap sesuatu yg tidak bisa dicapainya (Ikhlas menerima kegagalan)
(e). Tidak GUNDAH jika sedang menerima musibah/ujian (Siap menghadi masalah/bukan menghindarinya)
(f). Kalau lagi marah & mengadakan pembalasan dilakukan secara terukur disesuaikan obyek dan waktunya
===> Point
"a" dalam soal keburukan. I memandang ringan yg pada hakekatnya
sesutu itu berat untuk ditinggalkannya. Tentu sj contoh-contohnya
banyak, namun karena keterbatasan kolom ini maka cukup 1 kasus sj
sebagai bahan bahasan, yaitu masalah PACARAN.
PACARAN
TENTU SAJA ENAK, karena di dalam pacaraan timbul NAFSU untuk
berpelukan/berciuman dan tentu saja berhubungan badan. Oleh karena
statusnya yg belum diikat oleh pernikahan maka BERANI tidak selama
pacaran tidak bersentuhan/berpelukan/berciuman, dll ? Jika BERANI
PACARAN tapi tidak melakukan apa yg menyimpang dari syariat, itulah
pribadi yg hebat.
TENTU SAJA HAL ITU BERAT. Nah disinilah hakekat makna BERANI, yakni memandang enteng yg pd hakekatnya sesuatu itu berat untuk ditinggalkannya. Demi masuk SURGA, Ia enteng sekali meninggalkan kemunkaran. Menahan untuk tidak berpelukan/berciuman sekalipun nafsunya kuat sekali.
Sebaliknya
jika selama pacaran justru melakukan penyimpangan
(bergandengan/berpelukan/berciuman, dll) maka pribadi yg demikian itu
tergolong PENGECUT. Jadi mereka yg melanggar SYARIAT dlm pemahaman IBN
MISKAWAIAH tergolong PENGECUT DAN SEMBERONO.
===> Point
"b", dalam soal kebaikan. Ia memandang ringan yg pada hakekatnya
sesuatu itu berat untuk dilaksanakan. Misalnya soal lamaran. Sudah
diberi kesempatan untuk melamar gadis tapi tidak berani juga, maka
pribadi yg demikian itu juga tergolong PENGECUT.
Untuk kebaikan kok tidak berani. Tidak berani melakukan kebaikan adalah sikap PENGECUT, karenanya tercela. SEORANG MUKMIN MUSTAHIL PENGECUT. Jadi kalau ada orang yg mengaku beriman tapi TAKUT MELAMAR GADIS, pastinya orang iman tersebut tidak beres. hehehehe....
Tidak berani minta maaf atas kesalahan yg dilakukan pd orang lain juga tergolong pengecut. MEMINTA MAAF dan MENGAKUI KESALAHN, tentu saja berat. Nah disitulah letak hakaket keberanian, yaitu memandang enteng perbutan yg hakekatnya berat untuk dilakukan.
===>
Pada point "c", Sabar terhadap sesuatu yg menakutkan (tidak mudah
panik sekalipun diliputi rasa cemas. masih bisa mengontrol diri dgn
baik. Tidak Gugup dan Gagap sekalipun cemas. Masih tampak tenang
sekalipun ada rasa takut menghadapinya). Orang yg BERANI bukanlah orang
yg tidak punya rasa takut.
SETIAP ORANG PASTI PUNYA RASA TAKUT, namun yg membedakan adalah tingkat pengendalian dirinya. Makin mampu menguasi dirinya di saat cemas, itulah pribadi yg berani.
===> Poin "d ", Tidak SEDIH terhadap sesuatu yg tidak bisa dicapainya (Ikhlas menerima kegagalan).
KENAPA ORANG BANYAK YANG STRESS ? Salah satu jawabnanya adalah tidak bisa menerima kenyataan yg terjadi. Itu point terpentingnya.
Dalam
hal hidup tentu saja tidak semua yg kita inginkan terwujud. Bahkan yg
kerap terjadi adalah banyak keinginan kita yg tidak sesuai dengan
kenyataan. Antara harapan dan kenyataan sangat berbeda. Nah dalam posisi
seperti itu biasanya orang TIDAK MENERIMA APA YANG TERJADI, wujudnya
bisa sedih, minder, stress, dll.
ORANG YANG BERANI ADALAH MEREKA YANG SIAP MENERIMA REALITAS, SEKALIPUN PAHIT. Sedangkan mereka yg tidak SIAP MENERIMA REALITAS termasuk kategori PENGECUT. SEORANG MUKMIN MUSTAHIL PENGECUT. Jika ada orang mengaku beriman tapi kok tidak siap menerima realitas, maka orang tersebut layak dipertanyakan keimanannya.
===>
Point "e", Tidak GUNDAH jika sedang menerima musibah/ujian (Siap
menghadi masalah/bukan menghindarinya). Gundah adalah rasa semacam
diliputi kebimbangan sehingga yang bersangkutan tak bisa berbuat
apa-apa. Ada 4 bentuk GODAAN SYETAN, salah satunya apa yg disebut
dengan kebimbangan.
Bisikan hati terpetakan menjadi 2: (a).
Bisikan Malaikat, yg kemudian disebut hati nurani, (b). Bisikan Syetan,
yg kemudiaan disebut hawa nafsu. Jika bisikan itu condong pada
kebenaran, pasti berasal dari nurani. Sebaliknya, jika bisikan itu
condong pada kemunkaran, pasti berasal dari nafsu.
DAN ORANG YANG DILIPUTI KEBIMBANGAN PASTI JIWANYA TIDAK TENANG. Akibatnya mengganggu kinerja aktifitas dlm bekerja ataupun dlm beribadah. Tidak konsentrasi. Akibat lanjutannya ialah KEPALA PUSING, NAFSU MAKAN BERKURANG, dan SENSITIF (mudah emoasi). Nah bukankah hal-hal yg demikian itu adalah keburukan ? Dan bukankah tiap-tiap keburukan berarti berasal dari bisikan SYETAN ? Itu berarti siapa sj yg gundah dlm menghadapi masalah maka sesungguhnya dirinya telah mendengarkan bisikan Syetan daripada bisikan Malaikat. Dalam konteks inilah SEORANG MUKMIN MUSTAHIL GUNDAH. Jika ada orang yg mengaku beriman tapi gundah ketika menghadapi ujian/musibah maka dlm konteks pemahaman IBN MISKAWAIH, orang tersebut digolongkan PENGECUT. DAN SEORANG MUKMIN MUSTAHIL PENGECTUT.
===> Point "f", Kalau lagi marah & mengadakan pembalasan dilakukan secara terukur disesuaikan obyek dan waktunya.
Tiap
orang pasti berpotensi marah dan pasti pernah marah. Marah adalah
fitrahnya manusia, karena itu marah bukanlah sikap buruk. Justru kalau
ada orang yg tidak bisa marah dan belum pernah marah, pasti orang
tersebut bukan manusia, tapi Malaikat. Hanya Malaikat MAKLUK ALLAH yg
tidak pernah marah.
Marah itu bukanlah aib. Baik dan
tidaknya marah tergantung ekspresi yg diungkapkan apakah terukur sesuai
dengan subyek, obyek dan waktunya ? Misalnya ada orang yg berbuat
munkar. TIAP MUSLIM WAJIB MARAH melihat kemunkaran itu, tapi dlm
mengekspresikan kemarahan dilihat dulu SIAPA YANG AKAN DIMARAHI ITU ?
APAKAH JENIS KEMUNKARANNYA ITU TERGOLONG BESAR ATAU BIASA ? APAKAH
WAKTUNYA TEPAT, DAN APAKAH CARANYA JUGA TEPAT ?
Contoh
kasus KENCING DI DALAM MASJID. Tentu sj Masjid tidak boleh dikencengi,
karena Ia tempat suci. Jika ada yg mengencengi masjid, tentu kita wajib
marah. Cuma harus dilihat SUBYEKNYA: apakah anak kecil atau orang
dewasa ? Apakah orang Normal ataukah tidak, dll ? Pernah suatu ketika
RASULULLAH S.A.W sedang berbincang-bincang di masjid, mendadak datang
seorang BADUWI dan KENCING DIMASJID. UMAR BIN KHATAB hendak
menghajarnya, tapi langsung dicegah RASULULLAH. Pertanyaannya adalah
MENGAPA RASULULLAAH MENCEGAHNYA ? jawabannyaa karena Ia adalah orang
Baduwi. Dan diliaht daro obyek perkaranya, bisa dimaafkan. Air kencing
bisa dsiram dalam waktu hitungan detik sudah bersih, tapi LUKA HATI
bisa dibawa sampai mati. Nah ORANG BADUWI akan luka hati jika UMAR
SAMPAI MENGGAMPARNYA. MENDAMPRATNYA. Kesalahan orang Baduwi tidak
sebanding dengan efeknya. Kaus ini persis anak kecil yg kencing di
masjid, lalu takmirnya marah-marah tidak terukur. Mereka lupa bahwa yg
dihadapi adalah anak kecil, tapi dimarahi kaya orang dewasa.
NAH ORANG YANG MARAH namun tidak tahu tempat dan situasi itulah yg disebut pribadai SEMBERONO (tidak pakai pertimbangan). Atau sebaliknya ada kemunkaran sama sekali tidak marah, itulah pengecut. MERKA YANG MARAH MELIHAT KEMUNKARAN, NAMUN KEMARAHANNYA TETAP TERKENDALI SESUAI SITUASI DAN KONDISI ITULAH YANG DINAMAKAN PERIBADI PEMBERANI.
Bertitik tolak dari pandangan di atas, kiranya KEBERANIAN itu mengandungi 8 cabang sikap, yaitu:
- Berjiwa Besar (misalnya pd kasus berani mengakui kesalahan & Meminta maaf)
- Pantang Mundur (siap menghadapi sesuatu sekalipun ada rasa takut)
- Ketenangan Jiwa (Tidak panik ketika ada sesuatu yg menakutkan)
- Sabar (tidak sedih jika ditimpa musibah)
- Teguh Pendirian (tidak gundah/bimbang dlm menghadapi masalah)
- Ulet/Tahan terhadap bentuk ujian
- ENJOY/BAHAGIA dalam mengerjakan sesuatu hakekatnya berat
- ENJOY/BAHAGIA dalam meninggalkan ssuatu hakekatnya berat
SIAPAPUN YG MEMILIKI KEBERANIAN, MAKA DENGAN SENDIRINYA DALAM DIRINYA TERKANDUNG 8 SIKAP DI ATAS.
CARA MENUMBUKAN KEBERANIAN
Ada pepatah "Tanpa diajari berenang, anak Itik dengan sendirinya sudah pintar berenang. Begitulah dengan kumunkaran, tanpa diajari kita sudah pintar dengan sendirinya. SEBALIKNYA, untuk berbuat kebaikan diperlukan 4 hal, yaitu: NIAT, TEKAD, ILMU & LATIHAN". Begitu pulalah dengan KEBERANIAN.
Jika
ingin bisa berenang, tapi takut tenggelam: ceburkan ke Laut, maka
seketika itu tangannya bergerak-gerak ingin hidup, dan sesungguhnya saat
itu pula Ia sudah bisa berenang, hanya saja kualitas nafasnya yg
belum teratur. Nah disitulah fungsinya guru, mendampingi dan
membimbing hingga bisa berenang. Sebaliknya, ingin bisa berenang tapi
tidak pernah praktik menceburkan ke air yg dalam, sudah pasti
selamanya tidak bisa berenang. Ini tidak ubahnya belajar naik sepeda
atau menyetir mobil, mesti dipraktikkan. Jika tidak praktikkan
(dilatih), kapan bisa nyetir sungguhan.
Ketika orang
takut bayang-bayang Gandaruwo, Kuntil anak, dll, maka cara terbaik
adalah mengajak mereka ke kuburan yg sepi. Praktik langsung. Tentu
saja sebelum praktik dibekali wawasaan (ilmu) terkait OBYEK YANG
DIHADAPI.
INTINYA disesuaikan dengan apa yg ditakutinya, lalu dilakukan MUJAHADAH. Mujahadalah adalah prakting secara sungguh-sungguh. Nah disinilah PENTINGNYA GURU YANG BERANI. Jika Gurunya ADALAH ORANG YANG BERJIWA PEMBERANI: INSYAALLAH MURIDNYA MENJADI PEMBERANI.
SEMOGA BERMANFAAT
CATATAN:
Mohon
maaf jika dalam pembahasan ada kata-kata yg kurang berkenan di hati
antum. Bisa jadi maksud Rossita baik, namun karena keterbatasan dalam
menyusun kata-kata maka sangat mungkin terjadi kesalaahpahaman. Syukrn
WebRepOverall rating
Tidak ada komentar:
Posting Komentar