kala ibu pergi
ibu selepas pergimu
takkan kubiar pelipis ini terus menerus basah
tak kubiar tangis ini tumpah
hingga aku melemah
walau susah
tak kubiar mata ini sembab hingga aku terjerembab
tumpah dan melemah
tak daya dan tak buahkan apa-apa
ibu
tak kubiar tetes air mengalir
basahi dinding kamar
basahi selendang putihmu dalam rindu
takkan kubiarkan lemahku kotori bekas wangi sajadahmu
tak rela kunodai hijau warna kesayanganmu
warna lembut pada jilbabmu
warna ayu pada anggun langkah hidupmu
akan kubasuh dukaku kala pergimu
dengan lirih dawai tasbih yang bergetar dalam hatiku
agar terus sampai keperaduanmu
agar terus terdengar hingga di daun pintu syurga itu
kusimpan slalu rindu dalam hati
ku sirami slalu peluk cium penuh kasih
lewat iringan petuahmu
lewat belai tangan lembutmu
engkau yang teramat kusayang
terus slalu akan kualiri rasa bahagia dan banggamu
lewat untaian alfatihah
lewat sgala amal jariyah
lewat doa-doa rindu
yang akan terus kualiri
hingga mengalir tak terputus
ke pangkuanmu
ibu
_ku cipta sinar untuk hatimu yang tenang_
(untaian sederhana untuk alm ibu nyai dan jagoan beliau yg tersayang)
oleh Diah Maharani pada 06 Oktober 2011 jam 15:36
aku rindu ibu
ibu
dengarkah kau?
tetes air jatuh kepelimbahan
adakah kau rasa di hati?
ibu
pekik jerit tertahan
lirih dalam lara
hanya mampu kusimpan dalam-dalam
dalam diam
ibu
aku rindu pelukmu
kasihmu syahdu walau sendu
indah tuturmu dan lembut
penuh belai dan kasih yang hangat
walau engkau dalam lemah
ibuku,
atas kasih di pelupuk mata syahdumu
tak sanggup untukku perlihatkan sgala tangis
tak rela kupangkukan sgala susah di bahu ringkihmu walau kau tegar
tak mampu kutuang sakitku di telapak syurga itu
kubuang jauh sgala gundah dan sedih
lalu kukubur sgala tangis diam-diam
_aku sayang ibu_
oleh Diah Maharani pada 01 Oktober 2011 jam 15:50
Tuhan! terangilah hati
Tuhan
kali ini aku menangis
dimanakah dapat kubuang segala kaluh dan bengis?
Tuhan
di sini aku kembali meratap
ratap hati yang tak pernah menetap
amat pilu dan pengap
Tuhan
aku luka
lagi-lagi aku rasai bara itu bakarkan raga
panas, tuhan!
panas!
kemarin kupikir inilah syurga
abdiku dalam sajadah indah
tak megah namun bahagia
tapi Tuhan,
samar
semua samar-samar terdengar
samar-samar terlihat
seperti karam yang pecah
karam yang porakporanda
karam yang diporakporanda
sekilas seolah riuh sapa kiamat
sekilas seolah malaikat ridwan yang berkunjung dari syorga
sekilas
ya, terkadang datang hanya sekilas
Tuhan
tak sanggup lagi kulanjutkan cerita
ku adukan saja semua lara dalam senyum walau paksa
terangilah hati ini, Tuhan!
dalam apapun kejadian dan kepedihan
bahagia dan sedihku
teranglah slalu dalam hati!
oleh Diah Maharani pada 01 Oktober 2011 jam 15:24
Sebongkah
ku pecah bongkahan batu hatiku
mengeras keras
tak lepas walau sekalipun bilah pisau menghunus sang hulu
berlalu pergi merpatiku
mencari makna dan arti
dari hidup dan puisi di hidupku
kemanalah akan berlari
sedang pautan hatiku berdiri kokoh di sini
di bilah bambu ia bersandar
tak peduli suka maupun pedih
ia sedih kala ku pedih
ia pedih kala ku tak mampu redakan sedih
kemanalah merpatiku
rebahlah disini
buang jauh sebongkah pedih
dua bongkah
tiga bongkah
dan bahagialah adamu
disini
slalu
**diahkembalibelajarmerabarasalewatderaiderainadadankata*
Tulisan de' Diah dalam bentuk puisi, pernah di posting ke blog ini, untuk itu, bagi sahabat pengunjung blog yang ingin mengenal lebih dekat lagi dengan sosok wanita periang ini, silahkan Klik Disini
(keterangan lengkap tentang penulis ada disana)
Terimakasih de' Diah maharani tuk karya-karyanya, semoga bermanfaat bagi pembaca.
Terimakasih de' Diah maharani tuk karya-karyanya, semoga bermanfaat bagi pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar