Kerap...
kau saksikan aku lelap dalam letih
tak kenakan busana asa kala terjaga
kerap...
kau saksikan aku mendulang resah
mencumbu gelisah disiklus harimu
kerap...
kau saksikan aku menggendong cemas
berjalan tertatih menapak masa depan
tiba-tiba
dilazuardi masa...
kau hentak lamunku,
"lihaat...! genang air, onggok besi, tumpuk kayu,
didepanmu....
bukankah ia tebarkan sakit dan bau?
bukankah ia berkarat dan punah?
bukankah ia berayap dan musnah?
maka genggamlah DIAM dlm anganmu...!!
jadilah seperti mereka !!!
jika kau ingin hidupmu tak bermakna bagi penghuni semesta."
disudut waktu....
Kau bisikan aku sesuatu,
"lihat.. dedaunan MATI, kering meranggas
jatuh ke bumi yang sama kau pijak.
kematiannya berharga, krn meng-HIDUP-i sesama."
disimpang galau
kau sentuh kembali sadarku...
"air, besi, kayu, tlah MATI dlm ke-HIDUP-an,
MANAKALA berteman dgn DIAM.
daun, senantiasa BEKERJA menyerap sinar kebijakan
menebar energi pada akar kehidupan,
bercengkrama dengan ranting keikhlasan,
berderma pada dahan dan batang dlm kearifan.
Bahkan...,ketika kerontang tulang kehidupannya mengering,
tlah ia siapkan tunas kebajikan,
meski berpisah dari dahan lepas dari ranting
ia persembahkan diri pada akar tuk serap humus yg suburi pohon kehidupan
Dia tetap HIDUP dalam ke-MATI-an"
Di ufuk fajar
kembali kau sentuh nalarku...
"Cita-citamu hanyalah sebatas angan,
jika tak kau gantungkan pada Sang Pemilik Alam."
sebenarnya...
kembali sang fajar bertutur...
"Cita-citamu ada dalam Jangkauanmu,
dia bersembunyi dalam Pandanganmu, dalam Visimu.
sayangnya...
kau kerap keliru tetapkan tujuan...
bahkan anganpun tak sanggup gapai citamu
jika semata kemilau dunia yg kau tuju.
maka....
jangan salahkan diri
jika kau kerap didera gelisah dlm hati
jangan salahkan hati
jika kau kerap dilanda gundah menanti pasti
Camkan kata-kataku... sang pagi tlah menjemputku."
Pagi ini aku sendiri
menatap lambaian sang fajar
kubentangkan benang merah kata
dalam binar guratan asa
ternyata....
Jika aku hidup, belajar dan bekerja
dlm KEDEKATAN dengan Pemilik Semesta
tak ada cita2ku yang berada diluar Jangkauan
karena ia hanya berada diluar Pandanganku
maka...
kuhias pagi dengan do'a,
Yaa Rabb...
Kami bermohon agar Kau pelihara kami
kerabat, sahabat dan keluarga yang kami cintai
agar senantiasa dalam kesehatan, kedamaian dan kesejahteraan
jadikan pagi ini pembuka pandangan kami
luaskan hati ini untuk menuju
kehidupan yang lapang dan tenang. Aamiin
Cipayung, 071011
AS
kau saksikan aku lelap dalam letih
tak kenakan busana asa kala terjaga
kerap...
kau saksikan aku mendulang resah
mencumbu gelisah disiklus harimu
kerap...
kau saksikan aku menggendong cemas
berjalan tertatih menapak masa depan
tiba-tiba
dilazuardi masa...
kau hentak lamunku,
"lihaat...! genang air, onggok besi, tumpuk kayu,
didepanmu....
bukankah ia tebarkan sakit dan bau?
bukankah ia berkarat dan punah?
bukankah ia berayap dan musnah?
maka genggamlah DIAM dlm anganmu...!!
jadilah seperti mereka !!!
jika kau ingin hidupmu tak bermakna bagi penghuni semesta."
disudut waktu....
Kau bisikan aku sesuatu,
"lihat.. dedaunan MATI, kering meranggas
jatuh ke bumi yang sama kau pijak.
kematiannya berharga, krn meng-HIDUP-i sesama."
disimpang galau
kau sentuh kembali sadarku...
"air, besi, kayu, tlah MATI dlm ke-HIDUP-an,
MANAKALA berteman dgn DIAM.
daun, senantiasa BEKERJA menyerap sinar kebijakan
menebar energi pada akar kehidupan,
bercengkrama dengan ranting keikhlasan,
berderma pada dahan dan batang dlm kearifan.
Bahkan...,ketika kerontang tulang kehidupannya mengering,
tlah ia siapkan tunas kebajikan,
meski berpisah dari dahan lepas dari ranting
ia persembahkan diri pada akar tuk serap humus yg suburi pohon kehidupan
Dia tetap HIDUP dalam ke-MATI-an"
Di ufuk fajar
kembali kau sentuh nalarku...
"Cita-citamu hanyalah sebatas angan,
jika tak kau gantungkan pada Sang Pemilik Alam."
sebenarnya...
kembali sang fajar bertutur...
"Cita-citamu ada dalam Jangkauanmu,
dia bersembunyi dalam Pandanganmu, dalam Visimu.
sayangnya...
kau kerap keliru tetapkan tujuan...
bahkan anganpun tak sanggup gapai citamu
jika semata kemilau dunia yg kau tuju.
maka....
jangan salahkan diri
jika kau kerap didera gelisah dlm hati
jangan salahkan hati
jika kau kerap dilanda gundah menanti pasti
Camkan kata-kataku... sang pagi tlah menjemputku."
Pagi ini aku sendiri
menatap lambaian sang fajar
kubentangkan benang merah kata
dalam binar guratan asa
ternyata....
Jika aku hidup, belajar dan bekerja
dlm KEDEKATAN dengan Pemilik Semesta
tak ada cita2ku yang berada diluar Jangkauan
karena ia hanya berada diluar Pandanganku
maka...
kuhias pagi dengan do'a,
Yaa Rabb...
Kami bermohon agar Kau pelihara kami
kerabat, sahabat dan keluarga yang kami cintai
agar senantiasa dalam kesehatan, kedamaian dan kesejahteraan
jadikan pagi ini pembuka pandangan kami
luaskan hati ini untuk menuju
kehidupan yang lapang dan tenang. Aamiin
Cipayung, 071011
AS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar